slogan leutika prio

Buku Rekomendasi


Romeo, Dont Cry 2

Romeo, Dont Cry 2

Setelah mampu bertobat dan keluar dari dunia hitam serta memilih jalan hidup sebagai hamba Allah sejati, Romeo terus mengalami berbagai ujian. Ia difitnah telah melakukan pembunuhan sehingga terpaksa menjalani nasib sebagai buronan polisi dan kabur ke Bali. Tapi peruntungannya tidak membaik dalam menjalani pelarian. Di Bali, tanpa sengaja ia berkenalan dan berteman dengan Ireng yang merupakan pesaing bisnis haram dari Ichiro, seorang gembong narkoba asal Jepang yang mempunyai kaitan dengan mafia Yakuza. Akibatnya Romeo jadi berurusan dengan sang mafia. Dan anehnya, putri sang mafia, Akiko malah jatuh cinta kepada Romeo. Mampukah Romeo mempertahankan imannya untuk tetap berada di jalan Allah? Sanggupkah ia melepaskan diri dari jeratan sang mafia dan kembali ke Pekanbaru untuk membersihkan namanya dari tuduhan pembunuhan?


Akbar

Akbar

Novel ini menceritakan dua kisah kehidupan: Samantha dan Akbar. Samantha adalah gadis Amerika yang jauh dari agama. Terlalu banyak perang dan kekacauan yang mengatasnamakan agama. Baginya Tuhan telah mati. Sedangkan Akbar adalah seorang Muslim yang taat dari Indonesia. Akbar mendapat beasiswa ke Amerika. Lalu apa yang terjadi ketika takdir mempertemukan mereka?


Guru Kancil Murid Botol

Guru Kancil Murid Botol

Cerita “Guru Kancil Murid Botol”, mengkritisi hubungan ‘timpang’ antara dua kepentingan atas nama pendidikan. Kesederhanaan istilah dan bahasa yang dipilih diharapkan memudahkan pembaca untuk menangkap makna yang tersurat maupun yang tersirat. Buku ini pantas menjadi renungan bagi para guru, calon guru, dan siapa saja yang peduli dengan dunia pendidikan dengan segala dinamikanya.


Keringat Lelaki Tua, Kumpulan Cerpen

Keringat Lelaki Tua, Kumpulan Cerpen

Kumpulan cerpen ini sebagian sudah dimuat di Harian Kaltim Post dan dikirim dalam berbagai even. Cerpen-cerpen ini ditulis pada tahun 2008 ke atas. Banyak refleksi kemanusiaan kita temukan dalam cerpen-cerpen ini. Di sinilah kelebihan cerpen-cerpen Sunaryo Broto. Meski cara berceritanya datar, tapi selalu saja ada titik-titik yang membuat kita sebagai pembaca merasa tersentuh dan tersentak. Sentuhan dan sentakan itu bisa berasal dari tampilnya beragam karakter manusia dan cerita yang mengelilinginya. Dalam “Pada Sebuah Buku, Pada Seorang Kawan”, misalnya, kita tersentuh oleh cerita nostalgia zaman menjadi mahasiswa dalam keadaan keterbatasan fasilitas dan finansial. Sentuhan itu dipertajam dengan hadirnya tokoh Joko yang sampai sekarang pun masih hidup dalam keterjepitan ekonomi. Cerpen “Doa Ibu”, kita bisa digoda untuk teringat pada ibu kita masing-masing dengan berbagai cerita nostalgia yang kita alami. Romantisme keluarga dengan menampilkan indahnya kehidupan “berselara masa lalu” ini juga terulang setidaknya dalam cerpen “Mudik Lebaran” dan “Keringat Lelaki Tua”. Di cerpen “Doa Ibu”, selain dibawa bernostalgia kita juga diajak berdiskusi tentang kearifan kultural, semisal pada kasus tokoh “Ibu” dan beberapa tokoh lain yang memegang teguh tradisi. Tokoh “Aku” sebagai wakil anak muda atau generasi modern yang tidak percaya pada mistisisme generasi lama ternyata tetap tak bisa lari darinya dan ketika ingin mendobrak ia mengalami kegagalan. Cerpen “Galeri Librari Nurseri” menampilkan kisah kehidupan orang tua yang bahagia dengan masa tuanya. Dari sini kita tergoda untuk gemas pada kehidupan kemanusiaan kita. Kenapa tidak semua bisa memiliki jalan hidup yang lurus-lurus seperti itu? Kenapa harus ada cerita sedih? Kenapa harus ada yang hidupnya dibayang-bayangi oleh was-was, ketegangan, dan pertikaian? “Bagaimana Rasanya Dicium Artis Setenar Desi Ratnasari?” dengan bahasa yang tidak langsung telah mengkritik fenomena lunturnya penghargaan keperempuanan. Para perempuan telah melucuti perhiasan yang secara sakral tersemat dalam dirinya dan melakukan desakralisasi. Tokoh “Anton” tak siap menerima kenyataan bahwa “Sri Lestari” yang dulu lugu itu kini terbiasa berciuman dengan lelaki. “Kurban Sapi” membuat kita terhenyak dan tersadar bahwa seringkali justru orang-orang dari kalangan bawah atau miskin lebih memiliki keikhlashan dalam bekerja untuk kemanusiaan dan ghirah dalam menjalankan ajaran agama. Perihal orang miskin dan terpinggirkan ini, dalam konteks diskusi yang berbeda, juga muncul dalam “Puisi Guru dan Sekolah Laut” dan “Cerita Sendu dari Marangkayu”. “Sepasang Sandal Tertinggal di Masjid Nan Dou Ya” sangat menarik. Beberapa hal menggelitik kita; tentang kesahajaan hidup, barang-barang mewah yang justru membelenggu pemiliknya, kejujuran manusia, serta keragaman budaya. Persoalan keragaman budaya juga sedikit tersinggung dalam “Pesan Rindu dari Kathmandu”. Cerpen ini juga menghadirkan tema romantik dan kita menjadi trenyuh menyaksikan ketegaran perempuan yang mengalami loneliness hidup sebagai janda di negeri orang. Dari luar dia tampak sebagai aktivis yang energik, tapi di sebalik itu adalah kesunyian dan getir.


Nightmare in the Snowfields

Nightmare in the Snowfields

INI ADALAH LIBURAN MUSIM DINGIN TERBURUK BAGI JOWY... Jowy Bright melewati liburan musim dingin di rumah bibinya yang berada di Desa Scar Winter. Di desa itu terdapat sebuah mitos yang mengatakan bahwa disana terdapat suatu roh wanita jahat yang berusaha untuk bertahan hidup dengan cara menyerang lelaki, yang kerap disebut Wanita Salju. Baru saja beberapa hari ia berada disana, sudah berbagai hal tidak menyenangkan yang terjadi. Mulai dari sosok yang ia temukan di beranda kamarnya, seorang tak dikenal yang berada di rumah bibinya, juga seorang gadis yang melemparnya dengan bongkahan es hingga ia berdarah. Semua itu tampak cukup aneh bagi Jowy. Semua hal tersebut seakan mengatakan bahwa ia tak seharusnya berada di Desa Scar Winter. Dan benar saja. Suatu kejadian seakan menjadi pertanda bagi prasangka Jowy selama ini, dan tidak akan pernah membuat kehidupan Jowy kembali tenang. Jowy menjadi saksi mata atas kematian teman-temannya. Namun kesaksian itu malah membuat dirinya semakin terpojok, karena Jowy lah satu-satunya yang telah melihat 'dia', Si Wanita Salju. Dan wanita salju itu tidak akan pernah membuat Jowy bertahan hidup lebih lama lagi. Namun di balik itu semua, Jowy telah mempelajari suatu kenyataan pahit. Janganlah mempercayai apa pun yang ada di Desa Scar Winter!


ber-Muara di-Sabak

ber-Muara di-Sabak

‘aku takkan sanggup berlama-lama berada disini.’ itulah kalimat yang selalu muncul dibenak Fathan sejak pesawatnya mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi. pemuda itu merasa begitu terbebani dan tersiksa ketika diminta oleh orang tuanya untuk mengurus kebun-kebun mereka yang berada di Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur, karena informasi yang didapatkannya tentang daerah itu sangat tidak menyenangkan untuknya. Tetapi, apa yang terjadi ketika dia bertemu dengan seorang gadis bernama Mutiara? Bagaimana pula dengan keindahan alam daerah itu, adat, ritual dan budaya? apakah semua itu mampu menaklukkan Fathan? ikuti perjalanannya selama berada di Muara sabak dan kisah cintanya yang mengharukan. Kenapa akhirnya muncul kalimat,


Seven Of Wind Trilogy 2: Gurn and Eartixo

Seven Of Wind Trilogy 2: Gurn and Eartixo

Melio sangat berarti bagi Hudi…menyadarkan impian Hudi yang sudah hampir terlupakan Sedang bagi Melio, sosok Hudi bukan hanya penolong di tempat yang asing, tapi juga matahari di musim dingin. &&& Setelah menunggu sekian lama, akhirnya …Yusuf menemukan jejak pelaku bom cahaya yang membunuh tunangannya, dan ternyata informasi tentang pelaku bom itu berhubungan dengan Melio &&& Reno sebenarnya tidak peduli dengan masa lalu Yuyum, tapi begitu tahu Melio mempunyai hubungan dengan mantan suami Yuyum


Para Pengendali Naga, Nyanyian Perang di Tanah Naga

Para Pengendali Naga, Nyanyian Perang di Tanah Naga

“Mulai saat ini kau termasuk dalam keluarga Aralefh. Buang jauh-jauh nama keluarga aslimu dari ingatanmu. Sekarang..., nama Ayahmu adalah Kief Aralefh dan nama Ibumu adalah Hana Aedha. Ibumu sudah lama meninggal setelah kau dilahirkan dan kau diasuh oleh Ayahmu selama ini.” Ian memandangnya serius di ruang makan tadi. “Aku mengerti, Paman,” Siyan mengangguk pelan, kemudian menyantap rotinya. “Ingatlah Siyan...” Adel ikut bersuara, “Nama keluargamu sangat tabu untuk disebut. Mulai hari ini..., kau harus hidup dalam kebohongan agar nyawamu tetap selamat.” Siyan harus menyembunyikan identitas aslinya untuk menghindari kecurigaan orang-orang terhadap dirinya. Semenjak tinggal di rumah kawan Pamannya, dia harus membiasakan diri dengan topeng dan kepura-puraan agar tak ada orang yang tertarik dengan dirinya. Siyan berpikir, bahwa kehidupannya di Ibukota akan berjalan sesuai rencana. Namun ternyata perkiraannya salah! Salah seorang Pengendali Naga yang juga putera dari Jendral Hast, mengetahui rahasia Siyan yang sebenarnya! Mau tak mau, Siyan pun harus berhadapan dengan Xiesht putera Hast, karena pemuda itu terus-menerus mengajarnya! Selain masalahnya dengan Xiesht, tekanan yang dihadapi Siyan makin menguat ketika bertemu dengan orang-orang dari masa lalunya. Tak pelak, ini membuat emosi gadis itu tidak stabil dan membuat Naganya kesakitan. Dengan semakin beringasnya sikap Raja kepada enam Tetua Naga di enam provinsi, Siyan harus berpikir cepat agar perjanjian antara Raja Naga dengan leluhur Raja Avriedhas tidak patah. Dan... masa-masa yang makin menyulitkan pun tiba juga!


Shefa

Shefa

Shefa terkenal sebagai anak nakal karena sering melakukan hal-hal aneh. Bahkan ketika dia menjadi anak SMP, kelakuannya tidak juga berubah. Tak mengherankan bila Bunda menjadi khawatir dengan kelakuan Shefa. Akhirnya, tanpa diketahui Shefa, Bunda memindahkan Shefa ke sekolah asrama. Namun di Puri Mulia, sekolah barunya yang terkenal sangat disiplin, Shefa masih saja berulah. Keisengan pertama di Puri Mulia membuat dia berhasil mengungkap jati diri temannya yang selama ini dikenal aneh dan tidak punya teman. Shefa pun sempat kabur dari asrama ketika mengetahui kucing kesayangannya mati. Tak mengherankan bila meski baru satu semester, Shefa telah mendapat hukuman dari Mrs. Nafi, Guru Bahasa Inggris yang terkenal paling garang se-Puri Mulia. Meski begitu, di sela-sela keisengannya, Shefa juga mengalami berbagai peristiwa yang membuatnya sedih. Hingga akhirnya, ketika pentas seni akhir semester diadakan, Shefa yang berdiri di atas panggung mendapat tepukan meriah dari penonton. Apakah yang sebenarnya telah dilakukan Shefa?


Pratisara

Pratisara

Cerpen-cerpen Krishna Mihardja selalu tampil bersahaja dan apa adanya. Kesederhanaan serupa diperlihatkan pula dalam cerpen-cerpen yang terkumpul di antologi Pratisara yang memuat 29 cerpen, sebagian besar pernah dimuat dalam majalah berbahasa Jawa dan sebagian kecil lainnya merupakan cerpen-cerpen baru dan belum pernah dipublikasikan. Kesederhanaan itu setidaknya dapat dicermati dari judul-judul cerpen yang hanya terdiri atas satu atau dua kata dan selalu berkaitan dengan benda-benda di sekeliling kita, misalnya “Kursi”, “Topeng”, “Kacamata”, “Lara Cangkem”, serta “Jenengku Asu”. Meskipun hadir dengan judul-judul sangat sederhana, bukan berarti cerpen-cerpen Krishna Mihardja tidak mempunyai nilai lebih (dalam konteks nggegirisi dan ngedab-edabi). Kesederhanaan judul dan cara bertuturnya justeru menghasilkan cerpen yang dapat dimaknai sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi ia mengejek diri sendiri lewat tokoh-tokohnya dan di sisi lainnya menohok para penguasa dan masyarakat dengan kritik-kritik sosial dengan cara glenyengan tetapi begitu mengena dan terasa tajam mengiris. (HERRY MARDIANTO, adalah seorang Dosen, juga Peneliti di Balai Bahasa Yogyakarta, yang tinggal di Yogyakarta.)






Leutika Leutika