Tantiana Budiarti
E-Mail: tantianabudiarti[aT]yahoo.co.id
Daftar Buku
Jumlah buku:11. Persembahan Tania
Perjalanan pasti memiliki akhir. Termasuk perjalanan hidup gadis bernama Tania. Ketika usianya 19 tahun, ia harus menerima kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan. Penyakit ganas yang dikenal dengan sel kanker bersarang di otaknya. Hari demi hari dilalui dengan rasa sakit yang sama. Berbagai cara penyembuhan dilakukan orang tuanya. Tania rajin mengkonsumsi obat, dan yang paling membantu adalah kondisi psikis Tania yang cukup stabil walaupun sedang dalam kondisi sakit. Tania menjalani hari – harinya seperti gadis sehat. Ketegaran yang ia miliki membuat ia semakin kuat menahan rasa sakit yang makin hari makin bertambah parah. Dua tahun berlalu, Tuhan masih memberikan Tania umur panjang. Namun suatu ketika, dia terlalu memaksakan diri dan tidak mengikuti perintah Dokter untuk melanjutkan kemoterapi, kondisinya semakin memburuk. Suatu hari, ia tidak bisa menentukan pilihan, mau tidak mau rumah sakit menjadi tempat tinggal dia. Tania tidak menyia–nyiakan sisa hidupnya begitu saja. Dia mempersiapkan semuanya, dia tahu bahwa cepat atau lambat kanker di otaknya akan merenggutnya. Tania mempersiapkan sebuah persembahan terakhir yang akan diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Jika suatu saat tubuhnya hanya tinggal raga, dia masih bisa berguna buat orang lain. Dia hanya tidak ingin mati muda dengan sia – sia. Perjalanan hidup Tania dapat membuat para pembaca termotivasi dan menghargai betapa berartinya sebuah kehidupan, baik kehidupan diri sendiri orang lain, mensyukuri setiap nafas yang diberikan oleh Tuhan dan pentingnya arti kehadiran orang tersayang.
Perjalanan pasti memiliki akhir. Termasuk perjalanan hidup gadis bernama Tania. Ketika usianya 19 tahun, ia harus menerima kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan. Penyakit ganas yang dikenal dengan sel kanker bersarang di otaknya. Hari demi hari dilalui dengan rasa sakit yang sama. Berbagai cara penyembuhan dilakukan orang tuanya. Tania rajin mengkonsumsi obat, dan yang paling membantu adalah kondisi psikis Tania yang cukup stabil walaupun sedang dalam kondisi sakit. Tania menjalani hari – harinya seperti gadis sehat. Ketegaran yang ia miliki membuat ia semakin kuat menahan rasa sakit yang makin hari makin bertambah parah. Dua tahun berlalu, Tuhan masih memberikan Tania umur panjang. Namun suatu ketika, dia terlalu memaksakan diri dan tidak mengikuti perintah Dokter untuk melanjutkan kemoterapi, kondisinya semakin memburuk. Suatu hari, ia tidak bisa menentukan pilihan, mau tidak mau rumah sakit menjadi tempat tinggal dia. Tania tidak menyia–nyiakan sisa hidupnya begitu saja. Dia mempersiapkan semuanya, dia tahu bahwa cepat atau lambat kanker di otaknya akan merenggutnya. Tania mempersiapkan sebuah persembahan terakhir yang akan diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Jika suatu saat tubuhnya hanya tinggal raga, dia masih bisa berguna buat orang lain. Dia hanya tidak ingin mati muda dengan sia – sia. Perjalanan hidup Tania dapat membuat para pembaca termotivasi dan menghargai betapa berartinya sebuah kehidupan, baik kehidupan diri sendiri orang lain, mensyukuri setiap nafas yang diberikan oleh Tuhan dan pentingnya arti kehadiran orang tersayang.