AD. Rusmianto
E-Mail: wie_rusmianto[aT]yahoo.com
AD. Rusmianto (Awi) bernama lengkap Agus Dwi Rusmianto, kelahiran Jogjakarta, adalah lelaki yang sekarang domisili di Tasikmalaya. Menulis mencipta sebuah dunia kata. Tulisannya masuk di beberapa antologi.Daftar Buku
Jumlah buku:11. Afasia
Puisi pada dasarnya adalah curahan hati. Puisi akan menjadi katarsis ketika ia mampu melahirkan pikiran-pikiran dan perasaan positif dari apa-apa yang menggelisahkan dirinya. Cinta, benci, marah, sedih, senang, cemburu, dendam, sepi, dan lain hal yang ada diri berbaur bagai benda-benda yang berterbangan dalam pusaran angin tofan, pada saatnya puisi akan membersihkannya. Terbitnya kumpulan puisi tunggal munggaran AD. Rusmianto semoga menjadi awalan yang baik untuk kepenyairannya ke depan, dan semoga juga tidak lantas merasa menjadi besar. Selamat. (Ashmansyah Timutiah - Pimpinan Komunitas Cermin Tasikmalaya) Seandainya ingin memahami semua yang tertuang di atas, maka orang yang bergelut dalam dunia Puisi haruslah cerdas dan tahan banting. “Orang ber-Puisi harus memahami tentang kesejarahan Puisi itu sendiri sebab sejarah adalah cerminan Pandora juga cermin untuk penyair”. Dan persoalan ini telah di setubuhi AD Rusmianto (Tatang Pahat, Esais Budaya) Komunitas penulis yang langsung terjun ke wilayah penerbitan, patut diapresiasi dengan serius. Karya-karya mereka acapkali mengejutkan. Kantung-kantung kecil kreativitas itu dijalani dan dihayati AD. Rusmianto. Pada saatnya bisa menjadi lokomotif penarik gerbong-gerbong kreatif komunitas yang bergairah. Perjalanan ekstensial itu ditemukan dalam “Afasia” (Duddy RS. - Pegiat Komunitas)
Puisi pada dasarnya adalah curahan hati. Puisi akan menjadi katarsis ketika ia mampu melahirkan pikiran-pikiran dan perasaan positif dari apa-apa yang menggelisahkan dirinya. Cinta, benci, marah, sedih, senang, cemburu, dendam, sepi, dan lain hal yang ada diri berbaur bagai benda-benda yang berterbangan dalam pusaran angin tofan, pada saatnya puisi akan membersihkannya. Terbitnya kumpulan puisi tunggal munggaran AD. Rusmianto semoga menjadi awalan yang baik untuk kepenyairannya ke depan, dan semoga juga tidak lantas merasa menjadi besar. Selamat. (Ashmansyah Timutiah - Pimpinan Komunitas Cermin Tasikmalaya) Seandainya ingin memahami semua yang tertuang di atas, maka orang yang bergelut dalam dunia Puisi haruslah cerdas dan tahan banting. “Orang ber-Puisi harus memahami tentang kesejarahan Puisi itu sendiri sebab sejarah adalah cerminan Pandora juga cermin untuk penyair”. Dan persoalan ini telah di setubuhi AD Rusmianto (Tatang Pahat, Esais Budaya) Komunitas penulis yang langsung terjun ke wilayah penerbitan, patut diapresiasi dengan serius. Karya-karya mereka acapkali mengejutkan. Kantung-kantung kecil kreativitas itu dijalani dan dihayati AD. Rusmianto. Pada saatnya bisa menjadi lokomotif penarik gerbong-gerbong kreatif komunitas yang bergairah. Perjalanan ekstensial itu ditemukan dalam “Afasia” (Duddy RS. - Pegiat Komunitas)