Krishna Mihardja
E-Mail: krishna_mihardja[aT]yahoo.com
Krishna Mihardja, belajar menulis saat menjadi mahasiswa IKIP Yogyakarta. Kesenangannya itu diteruskan hingga sekarang menjadi guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 15, Jalan Tegal Lempuyangan No. 61 Yogyakarta.Daftar Buku
Jumlah buku:61. Pratisara
Cerpen-cerpen Krishna Mihardja selalu tampil bersahaja dan apa adanya. Kesederhanaan serupa diperlihatkan pula dalam cerpen-cerpen yang terkumpul di antologi Pratisara yang memuat 29 cerpen, sebagian besar pernah dimuat dalam majalah berbahasa Jawa dan sebagian kecil lainnya merupakan cerpen-cerpen baru dan belum pernah dipublikasikan. Kesederhanaan itu setidaknya dapat dicermati dari judul-judul cerpen yang hanya terdiri atas satu atau dua kata dan selalu berkaitan dengan benda-benda di sekeliling kita, misalnya “Kursi”, “Topeng”, “Kacamata”, “Lara Cangkem”, serta “Jenengku Asu”. Meskipun hadir dengan judul-judul sangat sederhana, bukan berarti cerpen-cerpen Krishna Mihardja tidak mempunyai nilai lebih (dalam konteks nggegirisi dan ngedab-edabi). Kesederhanaan judul dan cara bertuturnya justeru menghasilkan cerpen yang dapat dimaknai sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi ia mengejek diri sendiri lewat tokoh-tokohnya dan di sisi lainnya menohok para penguasa dan masyarakat dengan kritik-kritik sosial dengan cara glenyengan tetapi begitu mengena dan terasa tajam mengiris. (HERRY MARDIANTO, adalah seorang Dosen, juga Peneliti di Balai Bahasa Yogyakarta, yang tinggal di Yogyakarta.)
Cerpen-cerpen Krishna Mihardja selalu tampil bersahaja dan apa adanya. Kesederhanaan serupa diperlihatkan pula dalam cerpen-cerpen yang terkumpul di antologi Pratisara yang memuat 29 cerpen, sebagian besar pernah dimuat dalam majalah berbahasa Jawa dan sebagian kecil lainnya merupakan cerpen-cerpen baru dan belum pernah dipublikasikan. Kesederhanaan itu setidaknya dapat dicermati dari judul-judul cerpen yang hanya terdiri atas satu atau dua kata dan selalu berkaitan dengan benda-benda di sekeliling kita, misalnya “Kursi”, “Topeng”, “Kacamata”, “Lara Cangkem”, serta “Jenengku Asu”. Meskipun hadir dengan judul-judul sangat sederhana, bukan berarti cerpen-cerpen Krishna Mihardja tidak mempunyai nilai lebih (dalam konteks nggegirisi dan ngedab-edabi). Kesederhanaan judul dan cara bertuturnya justeru menghasilkan cerpen yang dapat dimaknai sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi ia mengejek diri sendiri lewat tokoh-tokohnya dan di sisi lainnya menohok para penguasa dan masyarakat dengan kritik-kritik sosial dengan cara glenyengan tetapi begitu mengena dan terasa tajam mengiris. (HERRY MARDIANTO, adalah seorang Dosen, juga Peneliti di Balai Bahasa Yogyakarta, yang tinggal di Yogyakarta.)
2. Pada Sebuah Gardu
Pada Sebuah Gardu menceritakan anak-anak yang bermain domino di gardu. Salah seorang dari mereka sedikit terganggu jiwannya karena tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah. Anak-anak itu akhirnya memutuskan untuk membantu temannya tersebut.
Pada Sebuah Gardu menceritakan anak-anak yang bermain domino di gardu. Salah seorang dari mereka sedikit terganggu jiwannya karena tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah. Anak-anak itu akhirnya memutuskan untuk membantu temannya tersebut.
3. DEMIT
Semua cerpen dalam naskah ini berlatar sosial dan budaya kehidupan Jawa. Cerita pada naskah ini dimaksudkan untuk membalikkan tahayul dengan logika dan nalar sehat.
Semua cerpen dalam naskah ini berlatar sosial dan budaya kehidupan Jawa. Cerita pada naskah ini dimaksudkan untuk membalikkan tahayul dengan logika dan nalar sehat.
4. MERAPIKU, PUISIKU, DAN ORANG-ORANG DI SEKELILINGKU
MERAPIKU berisi tentang bencana meletusnya Gunung Merapi beberapa waktu yang lalu hingga kejadian-kejadian pasca-letusan. Tentu saja sebagai puisi, bukan cerita fakta secara fisik yang ada dalam puisi, melainkan sesuatu yang dekat dengan hati.
MERAPIKU berisi tentang bencana meletusnya Gunung Merapi beberapa waktu yang lalu hingga kejadian-kejadian pasca-letusan. Tentu saja sebagai puisi, bukan cerita fakta secara fisik yang ada dalam puisi, melainkan sesuatu yang dekat dengan hati.
5. KONTROVERSIAL
KONTROVERSIAL berisi sepuluh cerita pendek yang semuanya saya harapkan menjadi sesuatu yang baru bagi remaja-dewasa seumur anak SMA, untuk kemudian mereka akan lebih smooth saat memegang buku-buku sastra umum (sastra beneran).
KONTROVERSIAL berisi sepuluh cerita pendek yang semuanya saya harapkan menjadi sesuatu yang baru bagi remaja-dewasa seumur anak SMA, untuk kemudian mereka akan lebih smooth saat memegang buku-buku sastra umum (sastra beneran).
Sebelumnya [1] [2] Selanjutnya