Leil Fataya
E-Mail: leilfataya[aT]yahoo.com
Leil Fataya,S.H., adalah seorang penggemar dan penulis fiksi pendek. Lahir di Yogyakarta, kota yang memberinya sejuta inspirasi. Saat ini penulis bermukim di kota hujan, Bogor. Mengenai profilnya, bisa ditengok melalui akun berikut https://twitter.com/leilfataya http://www.facebook.com/leilfataya http://leilfataya.blogspot.com/Daftar Buku
Jumlah buku:11. Kucing Hitam & Sebutir Berlian
Kucing hitam itu tercekik-cekik oleh sesuatu. Remah-remah tulang. Bulu karpet. Gulungan Benang. Entahlah. Tapi kemudian batuknya mengeluarkan muntahan. Sebutir berlian! Astaga… (“ Kucing Hitam & Sebutir Berlian “ ) Raut wajah wanita itu dibalur riak cemas. Anna Karenina. Seorang Rusia yang dihidupkan oleh Leo Tolstoy pada sebuah epik tahun 1967. Aku sungguh melihatnya semakin gusar. Gara-gara Papi. Tuh, lihat, tampaknya dia mau meloncat keluar dari sampul buku dan menampar punggungmu, Pap !.... (“Antara Papi, Junius & Internet” ) Khan dan Kishmetia berlari-lari kecil di antara pepohonan Zaitun yang berbuah lebat kehitam-hitaman. Mereka asyik bermain petak umpet dan saling melempar buah yang berguguran. Meski Ayesha, bibi mereka melarang untuk bermain ke wilayah perkebunan ini, namun Khan dan Kish kadang berpikir , apa salahnya jika datang sesekali?... ( “Airmata di Surga Zaitun”) Kulihat diriku sendiri berjalan menyusuri padang Lavender di akhir Juni. Kulitku seputih salju. Pipiku bersemu merah seranum apel. Rambut hitamku terurai lepas. Lihat, Betapa kontrasnya aku dengan warna-warna violet muda sepanjang pandangan mata ! …. ( “Seribu Musim Semi” ) Terkisahlah seorang filsuf yang termasyhur di jamannya. Filsuf itu telah sekian lama hidup bersama rambutnya yang memutih keperakan, sebuah perpustakaan dan seorang anak lelaki. Lantas istrinya ? Hmm.. Menurut kabar yang beredar, istrinya yang cantik telah pergi dan menikah lagi dengan seorang pemain sirkus keliling… ( “Menjemput Malaikat di Pohon Kebijaksanaan” )
Kucing hitam itu tercekik-cekik oleh sesuatu. Remah-remah tulang. Bulu karpet. Gulungan Benang. Entahlah. Tapi kemudian batuknya mengeluarkan muntahan. Sebutir berlian! Astaga… (“ Kucing Hitam & Sebutir Berlian “ ) Raut wajah wanita itu dibalur riak cemas. Anna Karenina. Seorang Rusia yang dihidupkan oleh Leo Tolstoy pada sebuah epik tahun 1967. Aku sungguh melihatnya semakin gusar. Gara-gara Papi. Tuh, lihat, tampaknya dia mau meloncat keluar dari sampul buku dan menampar punggungmu, Pap !.... (“Antara Papi, Junius & Internet” ) Khan dan Kishmetia berlari-lari kecil di antara pepohonan Zaitun yang berbuah lebat kehitam-hitaman. Mereka asyik bermain petak umpet dan saling melempar buah yang berguguran. Meski Ayesha, bibi mereka melarang untuk bermain ke wilayah perkebunan ini, namun Khan dan Kish kadang berpikir , apa salahnya jika datang sesekali?... ( “Airmata di Surga Zaitun”) Kulihat diriku sendiri berjalan menyusuri padang Lavender di akhir Juni. Kulitku seputih salju. Pipiku bersemu merah seranum apel. Rambut hitamku terurai lepas. Lihat, Betapa kontrasnya aku dengan warna-warna violet muda sepanjang pandangan mata ! …. ( “Seribu Musim Semi” ) Terkisahlah seorang filsuf yang termasyhur di jamannya. Filsuf itu telah sekian lama hidup bersama rambutnya yang memutih keperakan, sebuah perpustakaan dan seorang anak lelaki. Lantas istrinya ? Hmm.. Menurut kabar yang beredar, istrinya yang cantik telah pergi dan menikah lagi dengan seorang pemain sirkus keliling… ( “Menjemput Malaikat di Pohon Kebijaksanaan” )