slogan leutika prio

Nanik Ismiani

Nanik IsmianiE-Mail: nanik.ismiani[aT]yahoo.com

Nanik Ismiani lahir 25 Desember di Karanganyar (Surakarta), Jawa Tengah, adalah seorang penulis dan praktisi komunikasi, yang juga penikmat kopi dan penyayang kucing. Menurut Nanik, penyayang kucing bukan berarti harus selalu menampung kucing sebanyak banyaknya di rumah –meskipun ia sering trenyuh bila di jalan ada kucing telantar yang mengikutinya- tetapi juga harus mempertimbangkan tanggungjawabnya. Meski juga bukan lantas membiarkan kucing kucing liar telantar dan kelaparan di jalanan. Mereka, para kucing liar, juga harus diberi makan dan ditolong bila sakit. Selain beramal dan bersedekah untuk manusia (orang nggak mampu), kita juga harus ‘bersedekah’ kepada kucing yang kelaparan dan membutuhkan pertolongan. Nanik pernah menjadi wartawan Majalah Tempo dan bekerja di group Matari Inc, yang pada eranya juga merupakan perusahaan periklanan lokal terbesar di Indonesia, juga di sebuah perusahaan Jepang sebagai Kepala Departemen Komunikasi, dan menjadi dosen tidak tetap di jurusan Marketing Communication, Fikom, di sebuah universitas swasta di Jakarta, serta bersama teman-temannya pernah mendirikan sebuah lembaga yang bergerak di bidang social campaign (tetapi kemudian ia menarik diri karena terlalu kental dengan aroma politik). Buku “Tompa & Jeany Sahabat Istimewa”, merupakan curahan kisah yang terinspirasi oleh dua kucing kesayangannya (Tompa dan Jeany) yang salah satunya pernah diduga menderita sebuah kelainan bawaan, sehingga membutuhkan perawatan khusus dan perhatian ekstra. Nanik kini tinggal di Jakarta bersama Tompa dan Jeany, mengelola beberapa media perusahaan serta ikut menangani berbagai program brand building dan social campaign dari beberapa lembaga dan perusahaan. Selain buku “Tompa & Jeany Sahabat Istimewa”, ia juga telah menerbitkan beberapa karyanya yang lain. **




Daftar Buku

Jumlah buku:2

1. Tompa & Jeany Sahabat Istimewa
Tompa & Jeany Sahabat IstimewaTompa harus menjalani operasi enterotomy dan keluar masuk Rumah Sakit Hewan, kemudian menjalani hari hari yang berat: makan makanan blender-an, minum obat dalam jangka panjang, dan berada dalam pengawasan ketat seumur hidupnya. Setelah lebih dari setahun berjuang melewati masa masa sulit, Dokter Hewan lain yang kemudian menanganinya, menemukan sebuah penyebab yang berbeda. Lalu Tompa menjalani operasi enterectomy.** Kisah yang sangat menyentuh, menginspirasi, dan memperkaya pembacanya dengan pengetahuan tentang kucing sebagai hewan yang sangat patut untuk disayangi. Lebih dari itu, juga memberikan perenungan tentang makna sebuah pelajaran hidup yang diberikan Sang Pencipta kepada seorang manusia melalui seekor kucing yang tak berdaya. -Heddy Lugito, Jakarta, Direktur Pemberitaan Majalah Gatra, yang juga penyayang hewan- Buku ini wajib dibaca oleh orang-orang yang memutuskan akan mulai mengadopsi hewan kesayangan. Karena mengadopsi mereka berarti cinta dan komitmen seumur hidup mereka. -Drh Elievia Winarno, Jakarta, Dokter Hewan yang suka menulis dan membaca buku- Buku ini membuat saya malu….Terima kasih, buku ini telah membuat saya

2. Secangkir Kopi Hitam (Kumpulan Catatan Saat Mereguk Pahit Nikmat Secangkir Kopi Hitam)
Secangkir Kopi Hitam (Kumpulan Catatan Saat Mereguk Pahit Nikmat Secangkir Kopi Hitam)Secangkir Kopi Hitam (Kumpulan Catatan Saat Mereguk Pahit Nikmat Secangkir Kopi Hitam) Secangkir kopi hitam bagi saya adalah sebuah kenikmatan, gairah, kontemplasi, inspirasi, dan obsesi. Kenikmatan meresapi setiap keindahan hidup di setiap helaan nafas. Gairah menyelami detik demi detik yang penuh makna. Kontemplasi atas setiap jejak yang dipijak. Inspirasi dan obsesi di setiap saraf yang bergerak. i like a small cup of black coffee. Kopi hitam menjadi salah satu energi bagi saya dalam menjalankan berbagai aktivitas. Sebagai manusia bebas… Saya sempat menimba ilmu dan pengalaman di bidang komunikasi (media, advertising dan public relations) di beberapa perusahaan, Karena saya menyenangi dunia ‘warna-warni',yang lebih mengeksplor intelektualitas dan kreativitas daripada formalitas, maka, saya memutuskan untuk bebas. Dan inilah saya saat ini. Bersahabat dengan kopi hitam, bebas memilih aktivitas yang saya suka, dan tentu saja yang memiliki makna.. Kemudian lahirlah kumpulan catatan ini. Catatan catatan yang melintas di saat –biasanya- sedang mereguk pahit nikmat secangkir kopi hitam. Sederhana saja. Sebuah catatan biasa yang tidak muluk muluk dan tidak dirancang secara khusus. Hanya sekadar catatan kecil, yang menggarisbawahi dan memaknai sesuatu. Supaya saya bisa mengingatnya, mempelajari, memetik hikmah dari sebuah peristiwa dan mengambil manfaatnya.

Leutika Leutika