Mohammad Fachri
E-Mail: winara164[aT]gmail.com
Lahir di Medan pada 16 April 1969. Sejak di bangku SMA sangat menyenangi bidang tulis menulis dan sangat antusias dalam mempelajari bidang agama Islam. 31 Hari adalah buku keduanya. Buku pertamanya adalah Muhammad Saw on Facebook (Mizan-2009)Daftar Buku
Jumlah buku:11. 31 HARI
“Selama tiga puluh satu hari ke depan kita tidak akan berhubungan dengan cara apapun…Biarkan semua berjalan apa adanya agar diri kita merasakan apa yang seharusnya kita rasakan. Jika kita benar-benar saling membutuhkan, jiwa kita akan merintih merasakan kepedihan yang amat sangat. Hal ini sudah cukup membuat kita yakin untuk kembali bersatu.” Jelas Faisal. “Jika tidak?” Tanya Laksmi. “Jika tidak….atau keraguan masih melanda jiwa kita masing-masing, berarti kita memang tidak ditakdirkan untuk menyatu. Cinta membutuhkan keyakinan, Laksmi. Hal yang tidak kita miliki saat ini.” Jawab Faisal. Dalam 31 HARI ke depan, keputusan itu harus dibuat. Tiada lagi ruang untuk menunggu bagi Faisal dan Laksmi. Apakah mereka akan menyatu merangkai kenangan indah yang begitu banyak telah membekas di jiwa mereka? Atau berpisah demi untuk mengubur dendam masa lalu kedua orangtua mereka? 31 Hari adalah sebuah kisah penuh kekuatan dalam meraih masa depan yang dilandasi oleh ketaqwaan. Sebuah kisah dengan berbagai ujian hidup yang menyertai tanpa henti yang pada akhirnya berbuah pada begitu banyak hal ‘baik’ yang tak terduga. Begitu banyak pesan-pesan moral yang tertuang dalam novel ini bagai membuka lembaran-lembaran hikmah yang tak ada habis-habisnya untuk digali. Mohammad Fachri dengan begitu detail menghadirkan sisi-sisi keindahan kota Washington DC. Demikian pula penggambaran Islam sebagai rahmatan lil Alamin dituturkan dalam bahasa yang santun tanpa menggurui. Mampukah Laksmi dan Faisal mewujudkan impian mereka untuk menyatu?
“Selama tiga puluh satu hari ke depan kita tidak akan berhubungan dengan cara apapun…Biarkan semua berjalan apa adanya agar diri kita merasakan apa yang seharusnya kita rasakan. Jika kita benar-benar saling membutuhkan, jiwa kita akan merintih merasakan kepedihan yang amat sangat. Hal ini sudah cukup membuat kita yakin untuk kembali bersatu.” Jelas Faisal. “Jika tidak?” Tanya Laksmi. “Jika tidak….atau keraguan masih melanda jiwa kita masing-masing, berarti kita memang tidak ditakdirkan untuk menyatu. Cinta membutuhkan keyakinan, Laksmi. Hal yang tidak kita miliki saat ini.” Jawab Faisal. Dalam 31 HARI ke depan, keputusan itu harus dibuat. Tiada lagi ruang untuk menunggu bagi Faisal dan Laksmi. Apakah mereka akan menyatu merangkai kenangan indah yang begitu banyak telah membekas di jiwa mereka? Atau berpisah demi untuk mengubur dendam masa lalu kedua orangtua mereka? 31 Hari adalah sebuah kisah penuh kekuatan dalam meraih masa depan yang dilandasi oleh ketaqwaan. Sebuah kisah dengan berbagai ujian hidup yang menyertai tanpa henti yang pada akhirnya berbuah pada begitu banyak hal ‘baik’ yang tak terduga. Begitu banyak pesan-pesan moral yang tertuang dalam novel ini bagai membuka lembaran-lembaran hikmah yang tak ada habis-habisnya untuk digali. Mohammad Fachri dengan begitu detail menghadirkan sisi-sisi keindahan kota Washington DC. Demikian pula penggambaran Islam sebagai rahmatan lil Alamin dituturkan dalam bahasa yang santun tanpa menggurui. Mampukah Laksmi dan Faisal mewujudkan impian mereka untuk menyatu?