Alifanis Fui dan Dan Sigit
E-Mail: noveltembu[aT]gmail.com
Alifanis Fui Dan SigitDaftar Buku
Jumlah buku:11. Tembu
“Tembu, bagi saya adalah sebuah karya sastra. Sebagai novel pendek, bahasanya renyah, menari, bagus. Dan unik! Pencariannya cukup dalam, jujur dan adil pada diri sendiri. Ia mempertanyakan esensi keberadaan sesuatu yang diciptakan Tuhan dengan sedikit kegalauan karena penilaian yang riuh antara sesama ciptaan. Saya tak tahu berapa besar pengaruh Dan Sigit pada tulisan Alifanis Fui, tetapi saya pikir remaja putri ini adalah penulis berbakat yang perlu diperhatikan. Dan Dan Sigit telah memulainya. Semoga tetap setia menulis dan menjadi sastrawan yang menyejukkan udara kehidupan umat manusia.” Thomas Budi Santoso Penyair, Penasihat Dewan Kesenian Kudus “Kalian diharuskan menjadi fana. Sebuah pasif dan menunggu akhir yang nyata. Karena sastra tak hanya tentang membaca atau menulis, tapi juga menghayati..” Aila Nadari Mahasiswi-Penulis “Sebuah novel ringan yang enak dibaca. Banyak nuansa baru yang mungkin saja tak akan tersentuh kalau diungkap dengan sudut pandang ‘aku manusia’.” Supriyanto HP Kepala Perpustakaan MAN 2 Kudus “Kisahnya benar-benar di luar dugaan saya, tidak hanya ditampilkan dalam sudut pandang yang berbeda, tapi novel ini berdiri di pihak netral yang mengurai pro-kontra dari sisi tokoh yang tak terduga.” Fadhel Imaduddin A. Penikmat Sastra
“Tembu, bagi saya adalah sebuah karya sastra. Sebagai novel pendek, bahasanya renyah, menari, bagus. Dan unik! Pencariannya cukup dalam, jujur dan adil pada diri sendiri. Ia mempertanyakan esensi keberadaan sesuatu yang diciptakan Tuhan dengan sedikit kegalauan karena penilaian yang riuh antara sesama ciptaan. Saya tak tahu berapa besar pengaruh Dan Sigit pada tulisan Alifanis Fui, tetapi saya pikir remaja putri ini adalah penulis berbakat yang perlu diperhatikan. Dan Dan Sigit telah memulainya. Semoga tetap setia menulis dan menjadi sastrawan yang menyejukkan udara kehidupan umat manusia.” Thomas Budi Santoso Penyair, Penasihat Dewan Kesenian Kudus “Kalian diharuskan menjadi fana. Sebuah pasif dan menunggu akhir yang nyata. Karena sastra tak hanya tentang membaca atau menulis, tapi juga menghayati..” Aila Nadari Mahasiswi-Penulis “Sebuah novel ringan yang enak dibaca. Banyak nuansa baru yang mungkin saja tak akan tersentuh kalau diungkap dengan sudut pandang ‘aku manusia’.” Supriyanto HP Kepala Perpustakaan MAN 2 Kudus “Kisahnya benar-benar di luar dugaan saya, tidak hanya ditampilkan dalam sudut pandang yang berbeda, tapi novel ini berdiri di pihak netral yang mengurai pro-kontra dari sisi tokoh yang tak terduga.” Fadhel Imaduddin A. Penikmat Sastra