Suci Bucan
E-Mail: sucibucan[aT]yahoo.co.id
Profil penulis : Nama pena : Suci Bucan TTL : Koto Dua Baru (Kab. Kerinci), 4 Juli 1983. Istri dari Budi Candra Irawan dan ibu dari seorang putra yang bernama Fathan Hadopan. Selain menjadi ibu rumah tangga, penulis juga berprofesi sebagai kontraktor. Mempunyai hobi menulis sejak dari Sekolah Dasar. Berdomisili di Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi sejak Februari 2007. Ber-Muara di-Sabak adalah novel pertama yang diterbitkan. Harapan penulis semoga pembaca terhibur dan dapat mengenal Muara Sabak yang merupakan daerah domisili penulis yang sangat dibanggakan. Ingin tahu lebih banyak tentang penulis, silahkan kunjungi disini : sucibucan@yahoo.co.id Follow @SuciRahmadiyant Facebook : Suci BucanDaftar Buku
Jumlah buku:11. ber-Muara di-Sabak
‘aku takkan sanggup berlama-lama berada disini.’ itulah kalimat yang selalu muncul dibenak Fathan sejak pesawatnya mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi. pemuda itu merasa begitu terbebani dan tersiksa ketika diminta oleh orang tuanya untuk mengurus kebun-kebun mereka yang berada di Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur, karena informasi yang didapatkannya tentang daerah itu sangat tidak menyenangkan untuknya. Tetapi, apa yang terjadi ketika dia bertemu dengan seorang gadis bernama Mutiara? Bagaimana pula dengan keindahan alam daerah itu, adat, ritual dan budaya? apakah semua itu mampu menaklukkan Fathan? ikuti perjalanannya selama berada di Muara sabak dan kisah cintanya yang mengharukan. Kenapa akhirnya muncul kalimat,
‘aku takkan sanggup berlama-lama berada disini.’ itulah kalimat yang selalu muncul dibenak Fathan sejak pesawatnya mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi. pemuda itu merasa begitu terbebani dan tersiksa ketika diminta oleh orang tuanya untuk mengurus kebun-kebun mereka yang berada di Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur, karena informasi yang didapatkannya tentang daerah itu sangat tidak menyenangkan untuknya. Tetapi, apa yang terjadi ketika dia bertemu dengan seorang gadis bernama Mutiara? Bagaimana pula dengan keindahan alam daerah itu, adat, ritual dan budaya? apakah semua itu mampu menaklukkan Fathan? ikuti perjalanannya selama berada di Muara sabak dan kisah cintanya yang mengharukan. Kenapa akhirnya muncul kalimat,