Aminah Shreiy
E-Mail: Susila.waty44[aT]yahoo.co.id
Aminah Shreiy (nama pena). Penulis lahir di Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, 11 Agustus 1990 . Penulis Sekarang adalah Mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau, jurusan pendidikan bahasa Inggris semestes 8. Sambil kuliah penulis juga menghabiskan waktu untuk mengabdi di SMPIT Al-ihsan Boarding School sebagai pengasuh asramah. Penulis mulai tertarik menulis sejak menduduki bangku SMA.Daftar Buku
Jumlah buku:11. Cinta di Atas Cinta
Kehidupan seorang perempuan bernama Aminah dikupas tuntas di sini, dari kehidupan ia kecil hingga maut menjemputnya. Ia hanya menginginkan cinta dan kebersamaan dalam hidupnya. Memang Aminah berhasil menemukan cinta dan kebersamaan itu, akan tetapi tetap ada akhir dari semua itu. Dari kecil ia juga mempertanyakan arti dari kebersamaan itu, Mengapa di setiap pertemuan ada perpisahan ? Pertanyaan tersebut selalu hadir dalam setiap kehidupannya. Aufa juga turut hadir mewarnai kehidupannya. “Ada dua sendok, untukmu satu.” Ucap Aminah seraya menyodorkan satu sendok pada Aufa. Mau tak mau Aufa menerima sendok itu. “Ini masakan Mama asli, walaupun Mama sibuk, Mama tetap menyiap ini semua dari subuh untukku.” Sambung Aminah lagi. “Iya, enak, Ibumu pintar sekali masak.” Ucap Aufa sambil melahap steak kakap masakan Mama Aminah, hidangan itu sungguh menggiurkan. Porsinya cukup banyak, Seharus porsi steak kakap itu cukup untuk lima orang . Tapi karena mungkin Aufanya yang kelaparan semuanya habis dilahap Aufa. “Enak!” Sekali lagi Aufa berseru kata enak yang diakhri cekukan kekenyangannya. “Masih banyak lagi menunya. Ada ikan bakar, ayam dadu ala Mama , Udang kari, dan banyak deh pokoknya.” Ucap Aminah agak sedikit pamer.
Kehidupan seorang perempuan bernama Aminah dikupas tuntas di sini, dari kehidupan ia kecil hingga maut menjemputnya. Ia hanya menginginkan cinta dan kebersamaan dalam hidupnya. Memang Aminah berhasil menemukan cinta dan kebersamaan itu, akan tetapi tetap ada akhir dari semua itu. Dari kecil ia juga mempertanyakan arti dari kebersamaan itu, Mengapa di setiap pertemuan ada perpisahan ? Pertanyaan tersebut selalu hadir dalam setiap kehidupannya. Aufa juga turut hadir mewarnai kehidupannya. “Ada dua sendok, untukmu satu.” Ucap Aminah seraya menyodorkan satu sendok pada Aufa. Mau tak mau Aufa menerima sendok itu. “Ini masakan Mama asli, walaupun Mama sibuk, Mama tetap menyiap ini semua dari subuh untukku.” Sambung Aminah lagi. “Iya, enak, Ibumu pintar sekali masak.” Ucap Aufa sambil melahap steak kakap masakan Mama Aminah, hidangan itu sungguh menggiurkan. Porsinya cukup banyak, Seharus porsi steak kakap itu cukup untuk lima orang . Tapi karena mungkin Aufanya yang kelaparan semuanya habis dilahap Aufa. “Enak!” Sekali lagi Aufa berseru kata enak yang diakhri cekukan kekenyangannya. “Masih banyak lagi menunya. Ada ikan bakar, ayam dadu ala Mama , Udang kari, dan banyak deh pokoknya.” Ucap Aminah agak sedikit pamer.