DR. Arif Zulkifli
E-Mail: bangazul[aT]gmail.com
Lulusan Program Doktor UI Ilmu Lingkungan, memiliki web site www.bangazul.com. bercita-cita melihat Indonesia Hijau dan Nyaman untuk semua orangDaftar Buku
Jumlah buku:11. Banjir Jakarta, Solusi Bukan Adaptasi
Banjir di Jakarta selalu menjadi masalah sejak dahulu. Siklus banjir di Jakarta juga semakin lama semakin kecil, dari semula R50 (setiap 50 tahun terjadi banjir besar di Jakarta di zaman Belanda), menjadi R20, R10, dan R5. Bukan tidak mungkin kedepannya siklus banjir akan menjadi setiap tahun apabila tidak dilakukan penanganan terpadu. Masalah semakin bertambah mengingat Ruang terbuka hijau di Jakarta kurang dari 10%, hanya 35% dari 48 situ di Jakarta yang berfungsi optimal, 1,4 milyar m3 air limpasan tidak meresap ke tanah sehingga menyebabkan banjir. Tiga belas sungai utama di Jakarta mengalami penyempitan sehingga kemampuannya mengalirkan air minim. Penurunan permukaan tanah karena pengambilan air tanah. Hutan yang ada di Jakarta hanya sekitar 0,72 persen dari luas wilayah. Berbagai permasalahan diatas dijawab pemerintah DKI Jakarta dengan mengajukan proyek-proyek raksasa seperti Deep Tunnel (Terowongan Multifungsi = TM) dan Giant Sea Wall (GSW). Pembangunan TM direncanakan menelan dana berkisar Rp 16 triliun dan selesai sekitar empat tahun. Sedangkan GSW menelan biaya sekitar Rp 100 Triliun dan memakan waktu 10 tahun. Proyek-proyek raksasa tersebut menjadi harapan masyarakat, untuk jangka waktu beberapa tahun kedepan. Sungguh hal yang ironis, apabila masyarakat diminta beradaptasi dengan banjir bukan diberikan solusi untuk mengatasi banjir. Jakarta baru, dibawah kepemimpinan Bapak Joko Widodo diharapkan dapat memberikan solusi yang taktis terhadap fenomena banjir yang selalu menghantui warga DKI ketika musim hujan.
Banjir di Jakarta selalu menjadi masalah sejak dahulu. Siklus banjir di Jakarta juga semakin lama semakin kecil, dari semula R50 (setiap 50 tahun terjadi banjir besar di Jakarta di zaman Belanda), menjadi R20, R10, dan R5. Bukan tidak mungkin kedepannya siklus banjir akan menjadi setiap tahun apabila tidak dilakukan penanganan terpadu. Masalah semakin bertambah mengingat Ruang terbuka hijau di Jakarta kurang dari 10%, hanya 35% dari 48 situ di Jakarta yang berfungsi optimal, 1,4 milyar m3 air limpasan tidak meresap ke tanah sehingga menyebabkan banjir. Tiga belas sungai utama di Jakarta mengalami penyempitan sehingga kemampuannya mengalirkan air minim. Penurunan permukaan tanah karena pengambilan air tanah. Hutan yang ada di Jakarta hanya sekitar 0,72 persen dari luas wilayah. Berbagai permasalahan diatas dijawab pemerintah DKI Jakarta dengan mengajukan proyek-proyek raksasa seperti Deep Tunnel (Terowongan Multifungsi = TM) dan Giant Sea Wall (GSW). Pembangunan TM direncanakan menelan dana berkisar Rp 16 triliun dan selesai sekitar empat tahun. Sedangkan GSW menelan biaya sekitar Rp 100 Triliun dan memakan waktu 10 tahun. Proyek-proyek raksasa tersebut menjadi harapan masyarakat, untuk jangka waktu beberapa tahun kedepan. Sungguh hal yang ironis, apabila masyarakat diminta beradaptasi dengan banjir bukan diberikan solusi untuk mengatasi banjir. Jakarta baru, dibawah kepemimpinan Bapak Joko Widodo diharapkan dapat memberikan solusi yang taktis terhadap fenomena banjir yang selalu menghantui warga DKI ketika musim hujan.