Sumarni Bayu Anita, S.Sos, M.A
E-Mail: anitashiva88[aT]gmail.com
SUMARNI BAYU ANITA, S.Sos, M.A, lahir di Prabumulih 8 Maret 1984. Ia besar dan kini tinggal di Palembang. Kuliahnya ia tamatkan di D3 PR UGM, S1 Ilmu Komunikasi UNS, dan S2 Kajian Budaya dan Media UGM. Kini, ia menjadi dosen di STISIPOL Candradimuka.Daftar Buku
Jumlah buku:21. Ilmu Komunikasi untuk Semua:
Warnai hari-hari penuh ceria bersama Ilmu Komunikasi “Rainbow Days of Communication 2015” merupakan ide utama penyelenggaraan event ini oleh Jurusan Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang. Ajang “Rainbow Days of Communications” yang dengan kata lain adalah Hari-hari Pelangi Komunikasi dihadirkan sebagai wadah edukasi dan apresiasi bagi seluruh warga komunikasi di Sumatera Selatan, khususnya mahasiswa dan experts. Ke depan, ajang ini akan meluas ke seluruh Indonesia. Melalui tema besar “Communicate for a Future”, para insan komunikasi akan diajak untuk menemukan formula yang cemerlang dengan mengandalkan aktivitas komunikasi dan cara-cara lain yang inovatif dan kreatif demi mendorong sebuah pergerakan dan perubahan sosial yang berarti bagi kehidupan di masa depan. Adapun karya dalam buku ini merupakan hasil riset, kajian, dan analisa pustaka akademisi baik dosen maupun mahasiswa di bidang Ilmu Komunikasi dari beragam perspektif dengan tema utama “Ilmu Komunikasi Untuk Semua”. Buku ini dapat menjadi tambahan referensi bagi peminat Ilmu Komunikasi dan menjadi kontribusi bagi pengayaan literatur penelitian Ilmu Komunikasi untuk mengembangkan kajian Ilmu Komunikasi di Sumatera Selatan bahkan Indonesia yang lebih baik.
Warnai hari-hari penuh ceria bersama Ilmu Komunikasi “Rainbow Days of Communication 2015” merupakan ide utama penyelenggaraan event ini oleh Jurusan Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang. Ajang “Rainbow Days of Communications” yang dengan kata lain adalah Hari-hari Pelangi Komunikasi dihadirkan sebagai wadah edukasi dan apresiasi bagi seluruh warga komunikasi di Sumatera Selatan, khususnya mahasiswa dan experts. Ke depan, ajang ini akan meluas ke seluruh Indonesia. Melalui tema besar “Communicate for a Future”, para insan komunikasi akan diajak untuk menemukan formula yang cemerlang dengan mengandalkan aktivitas komunikasi dan cara-cara lain yang inovatif dan kreatif demi mendorong sebuah pergerakan dan perubahan sosial yang berarti bagi kehidupan di masa depan. Adapun karya dalam buku ini merupakan hasil riset, kajian, dan analisa pustaka akademisi baik dosen maupun mahasiswa di bidang Ilmu Komunikasi dari beragam perspektif dengan tema utama “Ilmu Komunikasi Untuk Semua”. Buku ini dapat menjadi tambahan referensi bagi peminat Ilmu Komunikasi dan menjadi kontribusi bagi pengayaan literatur penelitian Ilmu Komunikasi untuk mengembangkan kajian Ilmu Komunikasi di Sumatera Selatan bahkan Indonesia yang lebih baik.
2. PEMPEK PALEMBANG Mendeskripsikan Identitas Wong Kito Melalui Kuliner Lokal Kebanggaan Mereka
Dari ide awal sebagai oleh-oleh, pempek kemudian menjadi “Palembang yang bisa dibungkus” untuk bisa dibagi-bagi kepada orang lain yang ingin mengenalnya. Kuliner menjadi sebuah produk budaya yang istimewa karena tak hanya bisa dilihat, namun juga bisa dirasakan. Ketika pempek sudah masuk ke dalam mulut seseorang, secara sosial ia tengah berusaha untuk mengenal lebih akrab lagi dengan Palembang. Namun klasifikasi pempek mana yang dimaksud? Pempek kelas apa yang ditengarai mampu mempengaruhi sekaligus mengidentifikasi pempek sebagai produk pasar. Lalu apa wacana dominan yang melekat di masyarakat Palembang tentang pempek sebagai kuliner yang layak dijadikan ciri lokalitas kota mereka? Dari buku ini, Anda diajak untuk memahami tentang bagaimana makanan bisa menjadi identitas bagi seseorang. Selain mengungkapkan tentang temuan ragam kelas pempek di tataran konsumsi, buku ini juga mengklasifikasi tentang varian Pempek Palembang dalam tataran produksi yang ternyata berjumlah hingga 29 jenis. Buku ini juga mencoba mendeskripsikan tentang siapa itu Wong Kito, mulai dari sejarah diri, sejarah kota, karakteristik mereka, hingga bagaimana mereka menceritakan pengalaman kulturalnya dengan kuliner kebanggaan khas daerah mereka: Pempek Palembang. Menarik, kritis, dan lengkap. Dak mungkin Wong Palembang kalo dak seneng makan pempek. Makanan pokok Wong Palembang itu iyolah pempek. --Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin--
Dari ide awal sebagai oleh-oleh, pempek kemudian menjadi “Palembang yang bisa dibungkus” untuk bisa dibagi-bagi kepada orang lain yang ingin mengenalnya. Kuliner menjadi sebuah produk budaya yang istimewa karena tak hanya bisa dilihat, namun juga bisa dirasakan. Ketika pempek sudah masuk ke dalam mulut seseorang, secara sosial ia tengah berusaha untuk mengenal lebih akrab lagi dengan Palembang. Namun klasifikasi pempek mana yang dimaksud? Pempek kelas apa yang ditengarai mampu mempengaruhi sekaligus mengidentifikasi pempek sebagai produk pasar. Lalu apa wacana dominan yang melekat di masyarakat Palembang tentang pempek sebagai kuliner yang layak dijadikan ciri lokalitas kota mereka? Dari buku ini, Anda diajak untuk memahami tentang bagaimana makanan bisa menjadi identitas bagi seseorang. Selain mengungkapkan tentang temuan ragam kelas pempek di tataran konsumsi, buku ini juga mengklasifikasi tentang varian Pempek Palembang dalam tataran produksi yang ternyata berjumlah hingga 29 jenis. Buku ini juga mencoba mendeskripsikan tentang siapa itu Wong Kito, mulai dari sejarah diri, sejarah kota, karakteristik mereka, hingga bagaimana mereka menceritakan pengalaman kulturalnya dengan kuliner kebanggaan khas daerah mereka: Pempek Palembang. Menarik, kritis, dan lengkap. Dak mungkin Wong Palembang kalo dak seneng makan pempek. Makanan pokok Wong Palembang itu iyolah pempek. --Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin--