Adink Babel
E-Mail: primadikarta[aT]gmail.com
Prima Dikarta, yang lebih akrab disapa Adink Babel adalah satu dari sekian banyak anak bangsa yang memilih menyuarakan ide dan gagasan melalui tulisan. Lahir 24 tahun silam, tepatnya pada 17 maret 1990 di bumi Serumpun Sebalai, Bangka Belitung.Daftar Buku
Jumlah buku:11. Di bawah Langit Kebangsaan
Apa kabar bangsamu, nak?. Barangkali engkau lupa dan lebih disibukan dengan jadwal malam minggu atau konser boyband kesayanganmu. Sempit sekali waktu untuk sempat melihat apa yang terjadi pada peradaban yang saat ini sebenarnya adalah tanggung jawabmu. Ah sudahlah, berkelit sana sini menunjuk bahwa bangsa ini urusan mahasiswa fakultas sosial dan politik. Anak teknik diam saja, yang penting bagaimana setelah lulus bekerja diperusahaan asing. Anak ekonomi bagaimana bekerja di BUMN, anak bahasa bagaimana mendapatkan pekerjaan harapannya. Juga dinamika agama yang jadi tanggung jawab ustadz dan pemuka agama. Cukup bayar pajak dan tidak menjadi teroris sudah lebih dari cukup menjadi warga negara yang baik. Tidurlah, mengamati berita tentang perkembangan bangsa adalah tugas manusia sok idealis, sok tahu dan sok sibuk. Celaka, jika yang seperti ini yang terpatri dalam kolom pemikiran kita!. Ingatlah, yang terpenting dari belajar dan kuliah yang selama ini kita jalani bukan sekedar untuk tahu, tapi untuk bisa peka. Soal rezeki, Tuhan yang atur. Tapi untuk bisa peka dan tidak apatis, kemauan kita yang atur, kemauan untuk memilih menjadi bermanfaat atau tidak. Dengan peka akan menghasilkan rasa memiliki, dengan rasa memiliki akan menghasilkan cara dan solusi, dengan cara dan solusi akan menghasilkan perubahan. Perubahan memang selalu diawali dari rasa peka. Itu hukumnya. Dan buku ini menawarkan obar penyubur kepekaan tersebut. Semoga. ‘Dibawah langit kebangsaan’, mencoba berinteraksi dengan pikiran anda untuk lebih variatif. Menggali yang selama ini masih terpendam pleh runitas s
Apa kabar bangsamu, nak?. Barangkali engkau lupa dan lebih disibukan dengan jadwal malam minggu atau konser boyband kesayanganmu. Sempit sekali waktu untuk sempat melihat apa yang terjadi pada peradaban yang saat ini sebenarnya adalah tanggung jawabmu. Ah sudahlah, berkelit sana sini menunjuk bahwa bangsa ini urusan mahasiswa fakultas sosial dan politik. Anak teknik diam saja, yang penting bagaimana setelah lulus bekerja diperusahaan asing. Anak ekonomi bagaimana bekerja di BUMN, anak bahasa bagaimana mendapatkan pekerjaan harapannya. Juga dinamika agama yang jadi tanggung jawab ustadz dan pemuka agama. Cukup bayar pajak dan tidak menjadi teroris sudah lebih dari cukup menjadi warga negara yang baik. Tidurlah, mengamati berita tentang perkembangan bangsa adalah tugas manusia sok idealis, sok tahu dan sok sibuk. Celaka, jika yang seperti ini yang terpatri dalam kolom pemikiran kita!. Ingatlah, yang terpenting dari belajar dan kuliah yang selama ini kita jalani bukan sekedar untuk tahu, tapi untuk bisa peka. Soal rezeki, Tuhan yang atur. Tapi untuk bisa peka dan tidak apatis, kemauan kita yang atur, kemauan untuk memilih menjadi bermanfaat atau tidak. Dengan peka akan menghasilkan rasa memiliki, dengan rasa memiliki akan menghasilkan cara dan solusi, dengan cara dan solusi akan menghasilkan perubahan. Perubahan memang selalu diawali dari rasa peka. Itu hukumnya. Dan buku ini menawarkan obar penyubur kepekaan tersebut. Semoga. ‘Dibawah langit kebangsaan’, mencoba berinteraksi dengan pikiran anda untuk lebih variatif. Menggali yang selama ini masih terpendam pleh runitas s