slogan leutika prio

Christie Damayanti

Christie DamayantiE-Mail: christie.suharto[aT]yahoo.com

Seorang stroke & cancer survivor, arsitek, motivator, filateli dan pemerhati Jakarta. Terus berkarya walau dalam keterbatasan sebagai insan pasca stroke dengan lumpuh ˝ tubuh sebelah kanan.




Daftar Buku

Jumlah buku:62

6. Bagaimana Cara Menjelajah Jepang --Tips untuk Traveling Disabilitas--
Bagaimana Cara Menjelajah Jepang      --Tips untuk Traveling Disabilitas--Mencoba menjadi seperti “tidak terjadi apa-apa” untuk disabilitas baru karena terserang stroke atau kecelakaan, itu tidak mudah. Apalagi, mencoba melupakannya. Bagaimana kalau kita belajar menerima diri kita dengan keadaan apa pun itu sehingga hari kita lebih damai dan justru belajar dengan kondisi kita yang sudah berbeda? Itulah yang aku lakukan, ketika aku langsung menerima diriku dengan lumpuh tubuh kananku, yang benar-benar berbeda 180 derajat dan aku belajar dengan baik serta nikmat dalam berkat dari Tuhan, untuk bisa melakukan hal-hal yang aku ingin lakukan, walau tidak mudah. Traveling keliling dunia merupakan hobiku dan bagaimana aku tetap bisa melakukan hobiku ini, walau sekarang berada di atas kursi roda ajaibku. Nikmatilah apa yang kita punya, Bersyukurlah apa yang Tuhan berikan, Dan, berserahlah kepada apa yang Tuhan rencanakan untuk hidup kita, Sehingga, kita akan terus berbahagia, karena Tuhan bekerja terus untuk kita..

7. OSAKA, KYOTO, & NAGOYA
OSAKA, KYOTO, & NAGOYACerita tentang Osaka dan Nagoya, merupakan cerita pengalamanku sendiri ketika pada akhirnya aku bisa terbang lagi ke Jepang, setelah 3 tahun pandemi. Maret 2023 ini adalah penerbanganku pertama lagi untuk menghadiri 2 undangan, yaitu wisuda anakku Michelle yang lulus S-1 di Universitas Meimai di Chiba dan undangan dari Profesor Pitoyo Hartono, ke Universitas Chukyo di Nagoya. Dan, karena ini adalah undangan, aku memang banyak bercerita tentang perjalananku di Osaka (setelah wisuda anakku selesai di Chiba) dan di Yagoto, salah satu distrik di Nagoya, tempat adanya Universitas Chukyo. Cerita tentang wisuda anakku, akan kutuliskan di buku-buku tentang “Michelle, Malaikat Kecilku”. Ternyata juga, dalam perjalananku ke Nagoya dari Tokyo adalah perjalanan yang penuh inspirasi untukku sendiri. Bahwa, setiap perjalananku ke Jepang sejak tahun 2017 dalam 3× setahun (kecuali masa pandemi), merupakan perjalananku yang penuh inspirasi.

8. Mengungkap Flores - Cerita Perjalanan tentang Pariwisata, Budaya & Kepedulian Sosial
Mengungkap Flores - Cerita Perjalanan tentang Pariwisata, Budaya & Kepedulian SosialSepertinya, tidak akan pernah habis jika kita bicara tentang budaya, adat, serta keindahan alam Pulau Flores ini. Bahkan, jika kita mau telurusi kampung adat demi kampung adat di sana, untuk Kabupaten Nagekeo saja terdapat 128 kampung adat dengan berbagai suku dan budaya serta adatnya masing-masing, bagaimana dengan seluruh Pulau Flores? Belum lagi tentang titik-titik wisatanya mungkin bisa dibilang masih “setengah perawan”, yang belum diolah apalagi dibangun untuk objek wisata dalam dan luar negeri, berapa besar “harta karun” Indonesia, hanya di Pulau Flores saja? Apalagi bicara tentang keindahan alamnya yang sangat damai, tenang, dan bersahaja. Buku ini hanya bercerita tentang sebagian saja wajah Pulau Flores. Hanya 1 minggu kami mengeksplore di sana, tetapi jika kami diberi kesempatan 1 bulan, mungkin bisa berkali lipat cerita-cerita yang akan ada dalam beberapa buku, dan bisa menjadi dokumen dan bahan literasi bagi warga di sana serta bagi wisatawan yang juga datang ke sana. Sebuah pulau bunga yang harum dan wangi, untuk menambahkan “koleksi harta karun” Indonesia, sebagai bagian dari warisan dunia..

9. Kehidupan Purba 1.200 Tahun Kampung Adat BENA Tertua di Flores dari Zaman Megalitikum
Kehidupan Purba 1.200 Tahun  Kampung Adat BENA Tertua di Flores dari Zaman MegalitikumKetika setelah aku menjalani traveling ke Kampung Adat Bena serta menyusuri sebagian Pulau Flores ini, aku mendapatkan jawaban dari sebuah pertanyaanku tentang perjuangan dan merawat kehidupan. Karena, keadaanku yang sangat terbatas ini, kadang kala aku susah sekali untuk terus berjuang, untuk masa depanku. Tetapi ternyata, kehidupan masyarakat purba Kampung Adat Bena yang sudah berumur lebih dari 1.200 tahun lalu, sangat intens untuk merawat dan memperjuangkan masyarakatnya untuk tetap hidup dalam kebersahajaannya, bukan semata-mata saat ini adalah masa-masa modern dan mereka menjadi masyarakat yang modern. Semuanya berawal dari keluhuran jiwa masyarakat purba, dan jika kita amati dengan seaksama, kebersahajaan merekalah yang mampu membawa kehidupan kita di zaman modern itu, bisa survive. Mereka hidup dengan sederhana dan damai dalam 9 suku yang tinggal di sana di 45 rumah-rumah adat mereka. Sungguh sikap yang sederhana dan sangat bersahaja, juga ketika mereka menyambut kami dari Jakarta yang excited banyak bertanya dan mereka menjawabnya dengan senyum hormat. Belajarlah kita lewat kehidupan mereka yang tenang dan damai.

10. Negeri Antah Berantah Kampung Adat Nunungongo Kampung Purba Suku Rendu
Negeri Antah Berantah  Kampung Adat Nunungongo Kampung Purba Suku Rendu“Cerita” tentang Kampung Adat Nunungongo ini akan memberikan banyak dampak, bagi Indonesia dan bagi dunia, jika kita benar-benar ingin mencoba untuk melestarikan kehidupan purba Kampung Adat Nunungongo ini. Dan bagiku sendiri, Kampung Adat Nunungongo ini, memberikan dampak luar biasa untukku! Bukan hanya sebuah kenyataan yang memberikan banyak inspirasi untukku saja sampai-sampai aku fokus sekali untuk menuliskannya secara detail, tetapi aku justru ingin sekali menuliskan banyak kampung adat.


Leutika Leutika