Christie Damayanti
E-Mail: christie.suharto[aT]yahoo.com
Daftar Buku
Jumlah buku:626. Bagaimana Cara Menjelajah Jepang --Tips untuk Traveling Disabilitas--
Mencoba menjadi seperti “tidak terjadi apa-apa” untuk disabilitas
baru karena terserang stroke atau kecelakaan, itu tidak mudah.
Apalagi, mencoba melupakannya.
Bagaimana kalau kita belajar menerima diri kita dengan keadaan
apa pun itu sehingga hari kita lebih damai dan justru belajar
dengan kondisi kita yang sudah berbeda?
Itulah yang aku lakukan, ketika aku langsung menerima diriku
dengan lumpuh tubuh kananku, yang benar-benar berbeda 180
derajat dan aku belajar dengan baik serta nikmat dalam berkat dari
Tuhan, untuk bisa melakukan hal-hal yang aku ingin lakukan,
walau tidak mudah.
Traveling keliling dunia merupakan hobiku dan bagaimana aku
tetap bisa melakukan hobiku ini, walau sekarang berada di atas
kursi roda ajaibku.
Nikmatilah apa yang kita punya,
Bersyukurlah apa yang Tuhan berikan,
Dan, berserahlah kepada apa yang Tuhan rencanakan untuk
hidup kita,
Sehingga, kita akan terus berbahagia, karena Tuhan bekerja
terus untuk kita..

7. OSAKA, KYOTO, & NAGOYA
Cerita tentang Osaka dan Nagoya, merupakan cerita
pengalamanku sendiri ketika pada akhirnya aku bisa terbang
lagi ke Jepang, setelah 3 tahun pandemi. Maret 2023 ini adalah
penerbanganku pertama lagi untuk menghadiri 2 undangan, yaitu
wisuda anakku Michelle yang lulus S-1 di Universitas Meimai di
Chiba dan undangan dari Profesor Pitoyo Hartono, ke Universitas
Chukyo di Nagoya.
Dan, karena ini adalah undangan, aku memang banyak bercerita
tentang perjalananku di Osaka (setelah wisuda anakku selesai di
Chiba) dan di Yagoto, salah satu distrik di Nagoya, tempat adanya
Universitas Chukyo.
Cerita tentang wisuda anakku, akan kutuliskan di buku-buku
tentang “Michelle, Malaikat Kecilku”.
Ternyata juga, dalam perjalananku ke Nagoya dari Tokyo adalah
perjalanan yang penuh inspirasi untukku sendiri. Bahwa, setiap
perjalananku ke Jepang sejak tahun 2017 dalam 3× setahun
(kecuali masa pandemi), merupakan perjalananku yang penuh
inspirasi.

8. Mengungkap Flores - Cerita Perjalanan tentang Pariwisata, Budaya & Kepedulian Sosial
Sepertinya, tidak akan pernah habis jika kita bicara tentang budaya, adat, serta keindahan alam Pulau Flores ini. Bahkan, jika kita mau telurusi kampung adat demi kampung adat di sana, untuk Kabupaten Nagekeo saja terdapat 128 kampung adat dengan berbagai suku dan budaya serta adatnya masing-masing, bagaimana dengan seluruh Pulau Flores?
Belum lagi tentang titik-titik wisatanya mungkin bisa dibilang masih “setengah perawan”, yang belum diolah apalagi dibangun untuk objek wisata dalam dan luar negeri, berapa besar “harta karun” Indonesia, hanya di Pulau Flores saja? Apalagi bicara tentang keindahan alamnya yang sangat damai, tenang, dan bersahaja.
Buku ini hanya bercerita tentang sebagian saja wajah Pulau Flores. Hanya 1 minggu kami mengeksplore di sana, tetapi jika kami diberi kesempatan 1 bulan, mungkin bisa berkali lipat cerita-cerita yang akan ada dalam beberapa buku, dan bisa menjadi dokumen dan bahan literasi bagi warga di sana serta bagi wisatawan yang juga datang ke sana.
Sebuah pulau bunga yang harum dan wangi, untuk menambahkan “koleksi harta karun” Indonesia, sebagai bagian dari warisan dunia..

9. Kehidupan Purba 1.200 Tahun Kampung Adat BENA Tertua di Flores dari Zaman Megalitikum
Ketika setelah aku menjalani traveling ke Kampung Adat Bena
serta menyusuri sebagian Pulau Flores ini, aku mendapatkan
jawaban dari sebuah pertanyaanku tentang perjuangan dan
merawat kehidupan. Karena, keadaanku yang sangat terbatas ini,
kadang kala aku susah sekali untuk terus berjuang, untuk masa
depanku.
Tetapi ternyata, kehidupan masyarakat purba Kampung Adat
Bena yang sudah berumur lebih dari 1.200 tahun lalu, sangat
intens untuk merawat dan memperjuangkan masyarakatnya untuk
tetap hidup dalam kebersahajaannya, bukan semata-mata saat ini
adalah masa-masa modern dan mereka menjadi masyarakat yang
modern.
Semuanya berawal dari keluhuran jiwa masyarakat purba, dan
jika kita amati dengan seaksama, kebersahajaan merekalah yang
mampu membawa kehidupan kita di zaman modern itu, bisa
survive.
Mereka hidup dengan sederhana dan damai dalam 9 suku yang
tinggal di sana di 45 rumah-rumah adat mereka. Sungguh
sikap yang sederhana dan sangat bersahaja, juga ketika mereka
menyambut kami dari Jakarta yang excited banyak bertanya dan
mereka menjawabnya dengan senyum hormat.
Belajarlah kita lewat kehidupan mereka yang tenang dan damai.

10. Negeri Antah Berantah Kampung Adat Nunungongo Kampung Purba Suku Rendu
“Cerita” tentang Kampung Adat Nunungongo ini akan memberikan banyak dampak, bagi Indonesia dan bagi dunia, jika kita benar-benar ingin mencoba untuk melestarikan kehidupan purba Kampung Adat Nunungongo ini.
Dan bagiku sendiri,
Kampung Adat Nunungongo ini, memberikan dampak luar biasa untukku! Bukan hanya sebuah kenyataan yang memberikan banyak inspirasi untukku saja sampai-sampai aku fokus sekali untuk menuliskannya secara detail, tetapi aku justru ingin sekali menuliskan banyak kampung adat.
