slogan leutika prio

Christie Damayanti

Christie DamayantiE-Mail: christie.suharto[aT]yahoo.com

Seorang stroke & cancer survivor, arsitek, motivator, filateli dan pemerhati Jakarta. Terus berkarya walau dalam keterbatasan sebagai insan pasca stroke dengan lumpuh ½ tubuh sebelah kanan.




Daftar Buku

Jumlah buku:62

16. Kekuatan disabilitas dalam Paralimpiade Tokyo 2020
Kekuatan disabilitas dalam Paralimpiade Tokyo 2020Disabilitas memang dianggap sebagai orang yang “tersingkir” dan tidak perlu masuk di dunia persaingan dengan orang non-disabilitas. Disabilitas memang dianggap sebagai orang yang perlu dan patut dikasihani dan dilindungi, dan tidak perlu berjuang untuk sebuah kebanggaan. Sebaiknya hanya duduk diam dan aka nada orang yang membantunya. Tetapi, kenyataannya tidak demikian, karena memang ada yang benar membantu bagi personal disabilitas? Tidak semua keluarga yang bisa membantu, bahkan negarapun dangat terbatas untuk membantu. Sehingga, para disabilitas pun harus berjuang untuk kehidupannya, termasuk para atlet disabilitas, yang pada kenyataannya sangat memprihatinkan di beberapa Negara. Tetapi, apapun yang terjadi bagi disabilitas itu adalah kenyataan, yang harus diantisipasi untuk memperoleh kehidupan yang aman dan nyaman. Tidak ada yang bisa mendukung para disabilitas itu, selain dirinya sendiri. Dukungan keluarga dan Negara pun, tidak mungkin sedetail yang disabilitas butuhkan, sehingga mereka poun harus tidk boleh manja. Para atlet disabilitas pun, alau sudah mengharumkan nama Negara masing-masing, tetap harus berjuang untuk hidupnya. Dan, keberlanjutan kehifupan mereka, sekali lagi, sangat bergantung pada emangatnya untuk terus survive, sampai Tuhan memanggilnya pulang …… Dan, inilah realitas bagi kaum disabilitas (termasuk atlet-atletnya) dunia …..

17. Aku dan Kursi Roda Ajaibku di Sepanjang Jalur Protokol Jl. Sudirman-Jl. Thamrin : Pengamatan untuk Kota Ramah Disailitas
Aku dan Kursi Roda Ajaibku di Sepanjang Jalur Protokol Jl. Sudirman-Jl. Thamrin : Pengamatan untuk Kota Ramah DisailitasPerjalananku diseputaran jalur protocol Jalan Sudirman – Thamrin, berakhir di Hotel Le Meredien. Dari hotel ini juga, pagi itu kami berjalan sampai Jalan Thamrin, makan siang di sekitaran Bank BBD. Sempat naik JPO untuk melihat dari atas Jalur BusWay TransJakarta serta mencoba kenyamanan ramp untuk kursi roda ajaibku. Setelah itu, kami naik MRT di Stasiun depan Kedutaan Jerman di Jalan Thamtin, dan menuju Stasiun Gelora Senayan. Berjalan2 sekitaran sana dan naik turun JPO yang viral dengan bentuk yang intagramable. Dan, kembali ke Hotel Le Meredien, sekitar jam 18.00. Setelah itu, kami sedikit beristirahat dan pulang, dengan diantar mas Ivan ke rumahku. Aku memang ingin melihat dan merasakan sendiri, apakah aku mampu dengan nyaman untuk berkeliling dengan kursi rida ajaibku, karena itu yang aku mau bahwa, Jakarta harus segera memulai konsep “kita ramah disabilitas” nya. Juga, aku memang ingin melihat dengan detail, apa yang dikatakan banyak orang tentang kenyamanan pedestrian di jalur protocol Sudirman – Thamrin ini. Ya, memang. Pedestrian disepanjang jalan itu memang sangat nyaman, tetapi apakah hanya di jalur protokolnya saja? Bagaimana dengan jalur2 non-protokol nya? Bahkan, sedikir berbelok dari jalur itu saja, pedestrian sama sekali tidak nyaman ….. Sebagai ibukora, Jakaarta seharusnya membangun kota yang ramah untuk warganya, siapaun itu, terutama untuk disabilitas dan prioritas. Bukan hanya untuk pencitraan saja, dengan hanya membangun jalur2 protokolnya saja, yang ramah. Semoga, buku ini bisa membukakan mata dan hati kita, terutama pemerintah

18. We are The Right-Menuju Kota Ramah Disabilitas, Kesetaraan dan Pemenuhan Fasilitas Publik dalam Ruang Inklusi dan Non-Diskriminasi
We are The Right-Menuju Kota Ramah Disabilitas, Kesetaraan dan Pemenuhan Fasilitas Publik dalam Ruang Inklusi dan Non-Diskriminasi40 bab aku tuliskan pada buku ini, dengan 1 prolog dan 2 epilog. Tulisan di buku ini, sengaja aku persembahkan untuk teman-teman disabilitas. Keinginanku sudah jelas, aku ingin terus berjuang untuk ku sendiri dan jelas untuk teman2 disabilitas. Bagaimana aku ingin memberikan tempat yang nyaman dan “ramah disabilitas”. Jakarta, tempat aku tinggal dan teman-teman disabilitasku, memang masih jauh dengan kata “ramah disabilitas”, tetapi sedikit demi sedikit, pemerintah DKI Jakarta mulai untuk memperdulikan kami, kaum disabilitas. Termasuk dari tulisan-tulisanku yang aku selalu share lewat media social, aku berusaha untuk memberikan sebanyak mungkin informasi tentang kebutuhan dan fasilitas, supaya kota Jakarta tercinta ini, lebih banyak belajar tentang apa yang kami butuhkan. Aku berharap, buku ini bisa memberikan informasi tentang konsep serta kebutuhan untuk kami kaum disabilitas, dan mengangkat pendekatan bagaimana Jakarta bisa lebih jauh mendekati kota yang “ramah disabilitas”. Bukan hanya Jakarta saja, tetapi semua kota di dunia, untuk menjadi tempat yang “ramah disanilitas”, full dengan inklusi dan tanpa diskriminasi ……

19. Selamatkan Bumi Kita Berawal dari Seekor Cicak yang Memilih Makan Nasi daripada Nyamuk
Selamatkan Bumi Kita Berawal dari Seekor Cicak yang Memilih Makan Nasi daripada NyamukSekali lagi, bumi kita memang sudah rusak, bukan karena apa2 tetapi karena ulah manusia. Dengan rusakya bumi kita, kehidupan manusia pun terancam! Sekarang pun, sudah mulai bagaimana kita merasa babyak sekali kendala untuk memanage bumi. Bahkan, ulah manusia yang sporadic “merusak” bumi, tanpa mereka tahu bagaimana mas depan manusia karena ini …… Dan, Dimulai dengan seekor cicak bergenerasi yang hidup di kolong meja makan di rumahku, yang meminta nasi lewat matanya yang melotot, aku mengamati, mengapa cicak makan nasi, dimana nasi adalah makanan manusia? Mengapa cick tidak memakan nyamuk, yang memang makanannya? Dari pengamatan itulah, aku beruang untuk mengedukasi tentang penyelamatan bumi …… Lebay? Terserah saja! Yang penting, aku berusaha yng terbaik untuk menyelamatkan tempat tinggal kita di bumi tercinta kita ini ……

20. Kota Tua Jakarta Metropolitan Realitas, Konsep dan Harapan Potensi Wisata
Kota Tua Jakarta Metropolitan Realitas, Konsep dan Harapan Potensi WisataKota Tua Jakarta, sudah sangat terbeban, karena banyak yang meliriknya bukan untuk mengembangkannya, tetapi justru untuk menghancurkannya! Ketika pemerintah daerah Jakarta, bahkan pemerintah pusat masih sibuk dengan pembangunan infra-struktur Negara tanpa bisa menyisihjan waktu untuk pengembangan “kota tua” Jakarta, akan sangat memyesal jikasuatu saat Jakarta hanya tinggal “nama” saja, tanpa ditopang oleh peninggalan2 sejarahya ….. Bagi kita wara Jakaarta, Mulailah untuk membangun Negara, lewat hal2 yang remeh temen, tetapi menghasilkan sebuah konsep yang jelaa, untuk Indoneisa. Walau pada kenyataannya, konsep ini belum dapat memberikan nilai2 kepedulian, tetapi setidaknya kita bisa ikut memberikan kontribusi bagi Negara …… Sebuah “kota tua” Jakarta, yang akhirnya akan tersia-sia, JIKA kita tetap berada dalam keegoisan ……


Leutika Leutika