Ainul Uyun
E-Mail: ainuluyun22[aT]gmail.com
Anak pertama yang dilahirkan di Desa Ongkoe Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan dari pasangan Syarifuddin dan Dina pada tanggal 22 Agustus 1998 dengan diberi nama Ainul Uyun. Sekarang menekuni pendidikan di IAI As'adiyah Sengkang Kab. WajoDaftar Buku
Jumlah buku:21. Oleh-Oleh Terindah
Aini menghapus air matanya, sembari memeluk ibunya yang sedari tadi berada di sampingnya. Ibunya kemudian meninggalkannya untuk memasak karena waktu sudah menuju malam hari, senja sudah hampir menampakkan dirinya di ufuk barat. Dia pun bergegas untuk mandi agar terasa segar apalagi baru saja Aini menghujani bantal dan pipinya. Kekecewaan yang dia alami tidak menyurutkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan karena bukan seberapa besar dan terkenalnya perguruan tinggi, tetapi bagaimana kita mampu
Aini menghapus air matanya, sembari memeluk ibunya yang sedari tadi berada di sampingnya. Ibunya kemudian meninggalkannya untuk memasak karena waktu sudah menuju malam hari, senja sudah hampir menampakkan dirinya di ufuk barat. Dia pun bergegas untuk mandi agar terasa segar apalagi baru saja Aini menghujani bantal dan pipinya. Kekecewaan yang dia alami tidak menyurutkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan karena bukan seberapa besar dan terkenalnya perguruan tinggi, tetapi bagaimana kita mampu
2. Salahkah Bila Dia Ayahku
Senja kian menjelang, matahari semakin bersembunyi di balik gelapnya malam. Ayah Nadia pun pulang, dia disambut dengan muka murung dari Nadia dan muka kesal dari ibu Nadia. Ayah Nadia pun heran dengan kejadian itu, pulang-pulang bukannya disuguhi kopi atau teh, tetapi ini malah dengan wajah yang lain dari biasanya. Ibu Nadia masuk ke dalam kamar, sedangkan Nadia masih tetap duduk di ruang tamu sambil matanya berkaca-kaca. Ayahnya yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Nadia. Dia berbicar
Senja kian menjelang, matahari semakin bersembunyi di balik gelapnya malam. Ayah Nadia pun pulang, dia disambut dengan muka murung dari Nadia dan muka kesal dari ibu Nadia. Ayah Nadia pun heran dengan kejadian itu, pulang-pulang bukannya disuguhi kopi atau teh, tetapi ini malah dengan wajah yang lain dari biasanya. Ibu Nadia masuk ke dalam kamar, sedangkan Nadia masih tetap duduk di ruang tamu sambil matanya berkaca-kaca. Ayahnya yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Nadia. Dia berbicar