CITRA adalah novel psikologi, begitulah saya ‘dengan gegabah’ menyebutnya. Setidaknya, novel ini menceritakan pergolakan batin tokohnya atau pergolakan jiwa atau pencarian identitas diri dalam tokohnya pada masa perkembangan kejiwaannya.

Cici adalah seorang siswa SMA yang juga seorang primadona sekolahnya karena dia adalah ‘the best actress’ dalam festival teater remaja. Mai, teman dekat Cici, adalah teman sekolahnya yang menjadi anggota Kelompok Ilmiah Remaja dan pernah memenangkan lomba KIR tinagkat nasional. Dua sekawan yang sedang berkembang ini selalu menatap kehidupan dengan arah yang berbeda, Mai dari arah ilmiah sedangkan Cici melihat kehidupan ini dari sisi sosial budaya. Masalah yang timbul dalam diri Cici yang cuek dalam segala hal akan dipandang lain oleh Mai yang selalu mengenakan pakaian jilbab.

Intrik bermula saat Cici, anggota teater Teras, memiliki masalah dengan kehidupan dalam kelompoknya. Mai yang sebenarnya tak menyukai model ‘anak teater’, tentu saja memanas-manasi Cici agar hengkang dari dunia teater. Kemudian muncul Bu Tami, guru bahasa Inggris, yang tiba-tiba melatih teater Teras bersama pelatih sebelumnya yaitu Pak Budi dan Mas Anton. Keberadaan Bu Tami ini ternyata membuat Cici terasa terpinggirkan dari perhatian Pak Budi.

Cici merasa bahwa semua yang ada pada diri Bu Tami, tak satupun yang mengenakkan hatinya. Untuk memproklamirkan eksistensi dirinya, setidaknya di depan Pak Budi, Cici memotivasi rekan-rekannya untuk membuat grup teater bayangan. Grup tetabuhan musik baru ini harus bisa mengalahkan grup yang dilatih oleh Bu Tami, guru Bahasa Inggris, yang dianggapnya ‘mencari perhatian’ Pak Budi. Bahkan Cici membuat ulah lain untuk memperlihatkan dirinya itu lebih patut diperhatikan daripada Bu Tami.

Anggapan Cici terhadap Bu Tami ternyata tak seperti kenyataannya. Cici memahaminya, meski tak juga menerimanya. Cici, anak SMA ini, memang lebih suka menjadi seorang teaterawan daripada seorang siswa yang mendapat ranking tiga dalam jumlah nilai ujiannya. Dia belum mengerti  siapa dirinya, meski dua sisi dalam kehidupannya menemukan kesuksesan yakni prestasi akademik dan prestasi non akademiknya. Meski begitu, dia adalah Cici yang akhirnya mengenakan pakaian yang ‘lebih sedikit bersedekah aurat’ seperti yang dimaui Mai. Dia adalah Cici yang akhirnya mendapatkan hadiah buku dari Pak Budi, yang berjudul Metamorfosa, buku yang awalmnya hanya diketahui judulnya saja, juga saat dia pertama memilikinya.

Begitulah novel CITRA, yang bisa juga berarti Cici atau Mai yang sedang mencari citra dirinya atau baru dalam taraf mencitrakan dirinya. Atau bisa juga berarti Dewi Citra Nareswari, nama lengkap dari Cici.