Inilah sebuah kisah nyata yang benar-benar terjadi. Ia mengalir dari telaga realita, bukan dari mata air inspirasi atau imajinasi. Sebuah kisah nyata yang melukiskan arti perjuangan yang sebenarnya. Sebuah kisah yang menceritakan tentang sepak terjang kehidupan Roisi. Dia adalah seorang anak yang bagaikan anak burung di sarangnya yang merintih kelaparan karena jauh dari ibu dan bapaknya. Kemudian, dia diasuh oleh kakek dan neneknya yang miskin dan tengah menjalankan sisa-sisa kerentaannya. Kendati demikian, mereka tiada mengenal letih dan lelah dalam mengasuh dan mendidik Roisi dengan berjuta-juta perjuangan, yang akhirnya setelah sayapnya sedikit tumbuh ia mencoba untuk terbang melintasi awan-awan perjuangan sampai ia menembus pintu-pintu langit kesuksesan. Pahit, asam, asin, dan pedasnya kehidupan pernah dia jilat dengan lidah perjuangannya yang akhirnya dia pun berhasil menjilat manisnya kehidupan ini.

Kisah ini juga menggambarkan sepak terjang Roisi dalam mencari seorang wanita yang kiranya bersedia mengulurkan tangannya untuk menjadi permaisuri hatinya di istana cintanya. Ia benar-benar ingin bersegera menghiasi bangunan pasutri pada usia paginya, yaitu ketika berumur 18 tahun, demi menjaga kesucian dirinya. Berbagai macam halangan dan rintangan berserakan di sepanjang perjalanannya dalam mencari jodohnya, namun ia berusaha melangkahinya dengan penuh kesabaran hingga akhirnya sampai kepada tujuannya.