Perasaan cinta yang sangat mendalam kepada Latya membuat Idan sangat mantap memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Kota Yogyakarta. Cita dan cintanya yang terpendam sejak masih sama-sama duduk di bangku SMA membuatnya bersikeras untuk mengejar dan menyatukan cintanya di kota tersebut, walaupun sebenarnya ia mengetahui sejak SMA Latya sudah mempunyai kekasih yang bernama Putra. Meski begitu dengan sikap keseharian Latya kepadanya, ia pun sangat yakin kalau sebenarnya Latya juga mempunyai rasa cinta yang sama kepada dirinya. Mereka berdua akhirnya dipertemukan Tuhan dalam kesempatan terindah. Hal itu dimanfaatkannya untuk mengambil hati dan perasaan Latya secara utuh. 

Berbeda halnya dengan Esa, saudara sepupu Idan, karena dipandang berhasil dalam kurun waktu satu tahun mengelola puluhan hektar perkebunan kelapa sawit milik orang tuanya di wilayah Riau, ayahnya pun memutuskan agar Esa juga melanjutkan studinya di Kota Yogya seperti Idan. Kisah perkenalan dengan Karen dan persahabatannya dengan Seno menghantarkannya kembali berkecimpung di dunia narkoba dan seks bebas. Demikian pula halnya dengan rasa cintanya yang begitu mendalam pada Mary, wanita bersuami yang dikenalnya di perempatan Malioboro, berprofesi sebagai terapis semi plus-plus. Sampai pada suatu ketika Esa mengetahui bahwa Seno dijebak dan dikhianati oleh Karen, kekasih gelapnya sendiri. Kisah cinta dan persahabatan mereka mengingatkan kita pada kerasnya kehidupan modern masa kini yang serba palsu. Lalu dari sudut pandang apakah Esa dan Idan memaknai kerasnya pergaulan masa kini dan bagaimanakah?