Senja kian menjelang, matahari semakin bersembunyi di balik gelapnya malam. Ayah Nadia pun pulang, dia disambut dengan muka murung dari Nadia dan muka kesal dari ibu Nadia. Ayah Nadia pun heran dengan kejadian itu, pulang-pulang bukannya disuguhi kopi atau teh, tetapi ini malah dengan wajah yang lain dari biasanya. Ibu Nadia masuk ke dalam kamar, sedangkan Nadia masih tetap duduk di ruang tamu sambil matanya berkaca-kaca. Ayahnya yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Nadia. Dia berbicara dengan nada yang sangat lembut. Dia membujuk Nadia agar mau menceritakan semua hal yang terjadi. 

 

Akhirnya, setelah dibujuk, Nadia pun mengatakan semuanya kepada ayahnya. Ayahnya sempat tersentak, Nadia menjadi sangat bingung dengan hal ini. Ayahnya sebenarnya mengizinkan anaknya untuk pergi ke Jepang, tetapi dia tidak yakin mampu untuk mendapat uang sebanyak itu dalam waktu singkat. 

 

Ayah Nadia pun menyuruhnya untuk istirahat dulu, “Nanti Ayah pikirkan lagi, Nak. Kamu tidur sana, sudah larut ini.” 

 

Seminggu telah berlalu, Nadia tidak kunjung mendapatkan uang yang diinginkan. Ayahnya semakin giat untuk bekerja agar anaknya dapat mencapai impiannya itu. Nadia hanya membantu ayahnya dengan berjualan jalangkote yang dititip di warung-warung dekat rumahnya. Tiga hari menjelang deadline, Nadia tetap mempersiapkan pakaiannya untuk dibawa ke Jepang. Ibunya tetap belum mengizinkan anaknya karena banyaknya biaya dan jauhnya perjalanan ke sana. Apa yang selanjutnya dilakukan ayah Nadia?