Penulis ingin sedikit bercerita tentang Kota Hammerfest, sebuah kota yang dikisahkan dalam buku ini. Hammerfest adalah kota paling utara di Norwegia, mungkin di dunia. Lokasinya berdekatan dengan Kutub Utara. Tak heran kalau suhu udaranya sangat dingin, bisa sampai di bawah nol. Angin yang bertiup cukup kencang, menambah rasa dingin bagi kita yang tinggal di sana. Salju lebat hampir selalu turun di Hammerfest, terutama pada musim dingin. Belum lagi yang namanya badai salju, sering terjadi di Hammerfest! Jadi, salju atau es selalu ada, walaupun musimnya sudah musim panas. Karena itu, rasa dingin yang menyengat kulit hampir terus-menerus berlangsung sepanjang tahun.
Belum lagi, matahari yang jarang bersinar saat musim dingin, menambah suasana Kota Hammerfest sebagai kota yang gelap dan dingin. Suasana ini tidak hanya dalam hitungan hari, tapi dalam beberapa bulan. Bayangkan saja, kita hidup dalam kegelapan dan dingin berbulan-bulan! Kalau sudah musim panas, matahari seperti tak mau tenggelam. Kadang hampir 24 jam mengalami siang terus. Bagi kita yang biasa hidup di Indonesia, hal ini rasanya berat sekali. Kita mau tidur malam, masa langitnya terang benderang seperti siang hari!
Namun, di tengah kondisi cuaca yang ekstrem dan salju yang tebal di Kota Hammerfest, banyak kisah mulia masyarakatnya yang menyentuh hati nurani penulis. Kondisi kota yang sangat apik, tertib, dan fasilitasnya yang sangat maju, rasanya hampir mustahil bisa ada di sebuah kota yang sangat dingin dan bersalju seperti Hammerfest. Semangat kerja keras bangsa Norwegia ternyata mampu mengatasi segala rintangan alam yang terbilang ekstrem itu untuk mencapai sebuah bangsa yang makmur. Saat ini, Norwegia adalah bangsa nomor 2 termakmur di dunia. Apakah kita, bangsa Indonesia, tidak bisa seperti Norwegia?