Kamu adalah aksara di ujung gelisah, pelangi di ujung rinai hujan, dan senja di ujung lelahku. Kamu: begitu aku.

Kamu pucuk-pucuk rerinduan yang tak pernah alfa mengecup pagi. Ada separuh harap yang masih tertelan waktu dan batas; temu.

Kamu sepenggal nama yang selalu kuselipkan dalam rapal–rapal doa dan sujudku. Aku tahu, kamu mencintaiku melebihi dirimu, tapi aku mencintaimu separuh nyawaku,

Aku pernah mencintai, disakiti. Tapi untukku keduanya jadi  pilihan lebih baik dari pada harus ditinggalkan  dan  meninggalkanmu.

Aku kehilangan detik demi detik yang selalu membuatku menganga karna bahagia dari mu yang mampu membuatku lupa; ada sakit hati di dalam cinta.

Tahukah kamu? Jarak dan perpisahanlah yang mendewasakan kita akan cinta. Betapa kehilangan itu menyakitkan dan mengajarkan berbagai kebaikan. Perbedaan di antara kita menjadi Sebuah Kebersamaan. Akhirnya, berapa banyak satuan jarak kerinduan sebagai pemisah, cinta akan selalu menemukan jalan untuk pulang. Dan itulah momen kita paling terindah.