Kengerian selalu membayangi Colosseum, sejak zaman keemasan Romawi Kuno. Banyak sekali orang terbunuh oleh gladiator, dan mungkin darah dari ribuan orang tertumpah di pelataran Colosseum lewat terkaman singa-singa buas.

 

Bahkan, sebagian warga Kota Romawi Kuno pun terkubur di Catacombe, sebuah kuburan bawah tanah di Kota Roma, sebagai warga kelas dua yang selalu dikejar-kejar tentara Romawi, sebagai kaum Kristiani. Sangat mengerikan dengan cerita-cerita yang luar biasa mendirikan bulu kuduk, bahkan sampai sekarang, dengan cerita sekelebat yang aku dengar lewat orang-orang di sekitar bangunan-bangunan tersebut.

 

Apakah sedemikian mengerikannya Kota Roma? Tidak adakah cerita apik dan romantis di sana?

 

Kota Roma memang cukup “mengerikan” lewat cerita-cerita kuno serta bangunan-bangunan megah berarsitektur kuno.  Namun, Kota Roma pun merupakan kota religius, di mana hampir 95% dihuni oleh warga beragama Katolik Roma. Dentang gereja pun terus membahana ketika kami di sana. Apalagi Vatican City, yang memang merupakan salah satu negara terkecil dengan gereja terbesar di dunia.

 

Sebagai penyandang disabilitas di atas kursi roda, tentu ada beberapa pengalaman menarik selama di Roma. Walau pemerintah kota tetap mempertahankan material penutup jalan dengan batuan alam dan sebenarnya cukup bermasalah dengan roda kursi rodaku, tetapi fasilitas-fasilitas disabilitas di Roma tetap sesuai dengan standar yang ada, kecuali sebuah gereja yang memang “tidak ramah” bagi disabilitas.

 

Penasaran ingin datang dan benar-benar melihat “hantu-hantu” di sana? Atau, justru ingin ke sana karena kereligiusannya? Abaikan dengan cerita-cerita yang bertolak belakang karena Roma dan Vatican City memang layak untuk dikunjungi.