Feby Siahaan dan keempat wanita—rekan seperjalanannya—sepakat bertualang ke Shangri La atau Xiangelila, yang disebut sebagai tempat paling indah di dunia. Kota ini terletak di ujung utara Yunnan, provinsi paling bawah Dataran Tiongkok. Petualangan semula hanya untuk bernostalgia pada Pegunungan Himalaya, yang bisa dijangkau dari Desa Feilasi, tak jauh dari Shangri La. Dari desa yang berada di ketinggian 3.500 masl ini kita bisa menatap puncak Meili Snow Mountain (6.470 m), yang merupakan ujung tertimur Pegunungan Himalaya. 

 

Feby dan kawan-kawan tidak sekadar disuguhi pemandangan makjleb deret-deretan pegunungan tropis dan salju yang sesak berhimpit, tetapi juga menemukan jejak sejarah suku Nakhi (Naxi) ribuan tahun silam yang budayanya sangat mirip dengan banyak suku di Indonesia. Salah satunya etnis minoritas yang hampir punah ini memuja ‘Garuda’ yang konon hewan penjaga salah satu dewa. Mungkinkah suku ini adalah leluhur kita? Feby dan rekannya memutuskan mendatangi satu desa terpencil, yang tersembunyi di celah-celah tebing setinggi ribuan meter di satu kawasan bernama Bala-Gezong. Di tempat (sangat) terisolasi ini mereka menemukan kampung yang menjadi saksi bisu keberadaan Nakhi (Naxi). Keingintahuan mereka untuk mengenal Nakhi berlanjut ke Baisha, kota kecil yang menghantarkan China menjadi pusat perdagangan dunia. 

 

Perjalanan ini penuh temuan tak terduga, baik dari segi tantangan fisik maupun temuan sejarah, agama, dan budayanya. Feby dan kawannya mengawali trip ini sebagai pelancong, mengakhirinya sebagai Indiana Jones.