Kategori Kumpulan Cerpen
“Ada cerita seru narapidana yang kabur dan bersembunyi di Kampoeng Satoe. Tapi akhirnya hatinya malah tertaut di Kampoeng Satoe.” – Andri Surya –
Niko adalah sosok laki-laki tampan dengan kesuksesan yang dia bangun sejak meniti kariernya pada sebuah kontraktor. Namun dibalik segala yang dia miliki ternyata hidupnya tidaklah seindah yang dibayangkan.
Cinta. Selalu memiliki kisah dan arti tersendiri bagi para pelakunya. Terutama bagi para remaja. Cinta pun tidak selamanya memiliki makna yang satu. Beragam kisah terukir; bahagia, bersama, duka, lara, perpisahan, perjuangan dan berbagai kisah unik lainnya. Beragam kisah itu terangkum indah dalam bouquet ini. Selama 7 senja 7 purnama, bouquet ini dirapal dengan mantra pun dupa. Sehingga membuat ianya memiliki daya magis untuk dinikmati sebagai persembahan anak muda untuk dunia.
Disusun oleh Komunitas Sastrawan Muda Pelantar Kusam Tanjungpinang. Sebuah komunitas yang memayungi anak-anak muda Kota Gurindam dalam bersastra dan berkesenian.
Sebenarnya mereka mengawasi kita, saat kauarahkan pandangan mereka berbalik di belakangmu. Jika kau berlari ia pasti mengikuti dalam pikiranmu. Astaga..!! Bangunlah dari misteri ini, sesungguhnya pandaganmu lebih menakutkan.
Sebuah pengalaman ghaib terkadang membuat kita takut, tapi sering kali banyak mengundang rasa penasaran. “Aku Benar-Benar Bertemu Setan” memberi sebuah pengakuan mistis. Mereka yang berhasil mereda rasa takut kini berusaha berbagi pengalaman mistis. Berbagai penampakan yang mereka lihat merupakan bukti bahwa makhluk itu benar-benar ada.
“Sebuah buku yang ditulis dengan cinta, mempertaruhkan kreativitas para penulisnya, hadir menyapa segenap pembaca. Menulis cerpen dengan memadukan lagu di dalamnya, merupakan wajah baru karya sastra yang patut kita apresiasi dengan riang gembira.
Komala Sutha dengan fasihnya berkisah dalam cerpen Gadis Kecil Mengetuk Pintu. Bagaimana seorang Rey yang nyaris tiap hari selalu terganggu dengan ketukan pintu kamar kosnya. Mia, gadis kecil itu, yang mau tidak mau tetap harus mengganggunya. Bermanja-manjalah juga dengan cerpen Lukisan Air Hujan (Rahmani Zam-zam), Cerita Mendung tentang Aladin (Alveng Subrata), Si Pemilik Senyuman (Silvia Dyah Puspita Sari), Helena (Joy Amarta), Menjemput Impian (Galih Harsul Lisanti), Asa Pun Merekah (Harry Gunawan), Seraut Wajah di Atas Kanvas (Nina Rahayu Nadea), Bahasa Cinta (Astri), Deritamu Bahagiaku, Bahagiamu Deritaku (Miyosi Ariefiansyah), Kutunggu Kau di Detik Ke-15 (Nida Rosyada), Ilalang dalam Mata Hati (Levina Nyt), Gadis Kecil Mengetuk Pintu (Komala Sutha), Cinta yang Akan Menyempurnakannya (Yulie), Memenjarakan Koruptor Masa Depan (Rizal Mubit), Sore di Kota Atlas (Nurfita Kusuma Dewi) dan Selamat Jalan Cinta, Selamat Datang Cinta (Dhaya).
Selamat menikmati!
Merangkai puzzle bisa jadi merupakan hal yang sangat menyenangkan, tapi bisa juga malah menjadi hal yang sangat melelahkan karena menuntut kesabaran dan ketelitian. Begitu pula jika kita meresapi makna cinta, entah cinta kepada sesama makhluk maupun kecintaan kita kepada Tuhan sebagai Pemilik Cinta Sejati. Ada beragam bianglala rasa yang bisa kita rasakan saat meresapi makna cinta, mungkin rasa senang, sedih, kecewa, cemburu, atau malah menciptakan keputusasaan. Jika cinta diibaratkan sebagai puzzle, maka tentu kita sebagai pemainnya harus menyediakan segenap kesabaran dan ketelitian agar kepingan-kepingannya bisa menjadi satu kesatuan puzzle cinta yang utuh.
Namun, serapi apa pun rangkaian puzzle cinta yang berhasil kita susun, tetap saja belum sempurna jika itu hanya berisi kepingan-kepingan cinta yang hanya tertuju pada sesama makhluk karena pada hakikatnya segala cinta yang ada di muka bumi takkan berarti tanpa ada cinta dari Tuhan sebagai Pemilik Segala Cinta.
Antologi Cita Cahaya adalah sebuah antologi cerpen dan puisi karya para pemenang lomba menulis cerpen dan puisi Xpresi, Riau Pos tahun 2010.
“Ketika hidup memang harus memilih, bahkan dalam hal keyakinan sekalipun.”
Saat berhadapan dengan Tuhan sekalipun, Tuhan meminta kita untuk memilih saat kita sedang bersama-Nya. Merasakan ketenangan bak dininabobokkan bidadari-Nya, atau merasa disekap problema yang nyatanya untuk menguji kesetiaan seorang hamba?
Manusia tidak dapat terpisahkan oleh sikap egoisnya sebagai hamba. Menuntut banyak hak dari Tuhan ketika baru saja menunaikan kewajibannya. Dan urusan kita dengan Tuhan, memang tak selaras matematika yang satu ditambah satu sama dengan dua.
Inilah kumpulan cerpen yang menghadirkan berbagai warna kehidupan dalam berbagai keyakinan. Ditulis berdasarkan kesadaran penulis akan ragam agama yang seharusnya menjadikan kita saling menghormati dan menyayangi atas nama Tuhan kita masing-masing.
Kumpulan cerpen Titik Terakhir ini ditorehkan oleh Yudistira Kusuma bersama teman-teman dari FLP Cabang Ciputat lainnya yang ingin menghadirkan makna Tuhan dalam setiap kepala hamba-Nya.
Kumpulan cerita pendek dalam antologi ini penulis memang bercerita tentang perempuan, namun bukan dalam euforia masalah keperempuanan yang melulu mengeksplorasi seksualitas. Atau, mengikut-ikut tema-tema yang sudah ada. Apalagi disamaratakan dengan para penulis senior pendahulunya, semacam Djenar Maesya Ayu (Jangan Main-main dengan Kelaminmu), Ayu Utami (Saman), dan Herlinatiens (Garis Tepi Seorang Lesbian). Dalam buku ini sangatlah jauh, berbeda, dan kami—khususnya (berdua)—perlu masih banyak belajar dari mereka yang terlebih dahulu sudah malang melintang dalam cerita tema-tema perempuan dalam hal ini sastra sensualitas. Dan perlu diketahui dalam buku Kumcer (kumpulan cerita) Neraka di Mulut Ibu ini adalah bercerita mengenai berbagai kisah yang sering kali kita temui di mana-mana. Bahkan menggedor-gedor kesadaran kita, betapa begitu rumit dan kompleksnya realitas masalah yang terjadi pada sosok bernama perempuan.
Anda akan dibawa hanyut ke telaga rindu dalam cerpen karya Xanjeng Nura ini, Senandung Rindu yang Karatan. Tak pelak, Anda juga akan terbang membumbung dengan karya-karya penulis lainnya yang tergabung dalam buku kumpulan cerpen ini. Nikmati racikan cerita khas masing-masing penulisnya: Rindu Terkikis Bayu (Suden Basayev), Membingkai Miniatur Cinta (Sambya Adzkiya), Sang Pesulap dan Ayahnya (Ummu Fatimah Ria Lestari), Cinta Cahaya Mata (Murti Yuliastuti), Desember (Zein el-Arham), Janji (Arieshava Masduki), Sejatinya Cinta Mengantarmu ke Surga (Ayicha Sheila), Surga untuk Ibu (Salma Madani), Seperti Edelweiss (Ari Kurnia), Gerimis Malam (Na’imah Awan Nur), Tawa Kematian (Sisilia Wisye), Takdir Cinta (lyn'), Tiga Perempuan (Ike), Rencananya dengan Rencana-Nya (Fatihah Kamil), Aku Bangga Menghamilimu (Om Dompet), dan Senandung Rindu yang Karatan (Xanjeng Nura)
Selamat menikmati!
Bagaikan sebatang lilin yang menyala dalam kegelapan. Meskipun kadang sosoknya kecil mungil, tetapi selalu berdiri kokoh. Mencoba memberi manfaat kepada sekelilingnya. Tak jarang apinya diombang-ambingkan angin, meredup, bergoyang, kecil, namum berusaha untuk memberi cahaya dalam kegelapan. Menerangi, melindungi, dan memberi petunjuk arah bagi sekelilingnya.
Bapak adalah sosok egois yang selalu meyakini apa yang sudah dipercayainya. Berusaha memasukkan keyakinan itu kepada anak-anaknya. Tanpa peduli sesuai atau tidaknya dengan zaman dan musim yang selalu berganti. Bahkan tanpa mempedulikan apakah anak-anaknya setuju atau tidak dengan paham yang diyakininya.
Sosok angkuh yang tak hirau lagi akan usia dan fisiknya yang kian menua. Ia ingin selalu tampak tegar dan gagah di hadapan anak-anaknya. Merasa mampu mengerjakan apa pun yang menjadi niatnya.
Di balik itu, Bapak adalah seorang teman yang sangat mendukung bahkan selalu berusaha agar anak-anaknya dapat memiliki apa pun yang dinginkan.
Mozaik, paradoks, satir kehidupan berkelit kelindan melingkupi kita. Tertulis dalam rahasia langit yang sering tak terbaca. Pencarian dan perjalanan dalam usaha menemukan diri sendiri, entah sendiri entah bersama, kadang sangat melelahkan. Kadang sangat menakjubkan.
Berbagai pengalaman dan tempaan cobaan membuat kita tiada takut lagi menumpahkan resah dan pertanyaan-pertanyaan. Lalu menikmati dan bertualang dengan segala ombak badainya. Demi untuk mencari jawabnya. Demikian terus menerus, tak berkesudahan. Mungkin demikianlah hidup yang sesungguhnya. Yang seharusnya.
Tiga belas cerpen dalam Kumcer TUGU ini membawa kita melalui jalan yang berkelok, berundak, menanjak, terjun, bergelombang. Mungkin menuju TUGU. Penemuan terhebat. Penemuan atas diri sendiri. Penaklukan atas diri sendiri.
Judul : Hujan Terakhir Mar
Penulis : FLP Karawang
Tebal : 72 hal
Sinopsis
”Aku selalu menyukai Hujan, Dalam ritme indahnya, ingin sekali kulukis pelangi dengan kata, walau tak mungkin aku bisa melihatnya, tapi aku merasakannya !
Tak Melayu Hilang di Jawa, sebuah kumpulan cerpen yang memadukan dua unsur lokalitas budaya; Jawa dan Melayu. Di dalamnya terdapat 18 cerpen yang selain kental dengan nilai-nilai lokalitas, juga kental akan nilai-nilai yang telah terdegradasi zaman. Diramu dengan berbagai macam tema yang menarik untuk disimak. Penulisnya adalah pemuda asli Jawa yang kini melabuhkan biduk rantaunya di Kota Gurindam Negeri Pantun Tanjungpinang. Maka berpadulah dua unsur budaya yang mempengaruhi karyanya.
Sepotong kayu tolong dibawa,
Ke hutan sebelah di kebun nanas.
Ini dia Tak Melayu Hilang di Jawa,
Isinya cerdas, idenya bernas.
Imajinasi yang tersisa dalam pikiran agaknya mampu merumuskan sebuah alur cerita yang berkesan, adakalanya kesan itu mengharukan, menyedihkan, dan membahagiakan. Dan masing-masing kisah yang tersedia di sini memiliki keragaman setting tempat dan waktu. Begitu pula dalam penciptaannya. Ada langit sebagai media yang pas untuk menggambarkan tajuk pada antologi cerpen ini, juga ada siang dengan nyalang matahari yang sesuai bagi selayang pandang waktu yang tersedia di sisinya.
Kumpulan cerpen ini mencoba untuk menghadirkan dimensi kehidupan yang ada di luar ruang indrawi manusia. Meski ada beberapa yang menyodorkan sisi kehidupan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena keragaman manusia itu sendiri yang masih butuh persediaan wacana yang ideal serupa dengan perjalanan hidupnya yang lurus atau dinamis dalam dirinya. Untuk itu bacalah kumpulan cerpen yang memiliki banyak perbedaan ide maupun visi ini,sebab kalian akan menemukan banyak inspirasi di dalam bacaan buku kumpulan cerpen ini
Senja:
Senja adalah saat dunia menjadi gelap karena cahaya telah meninggalkannya,
Senja adalah saat dunia merajut keindahan dalam pelukan siang dan belaian malam.
Kata Mereka Tentang Buku Ini
Anak lahir dengan diberi bekal berbagai potensi. Potensi-potensi ini ada yang berkembang dan ada yang tidak. Buku ini membuktikan bahwa jika diasah dengan tajam, ternyata potensi anak dalam berkarya tulis dapat berkembang secara baik dan dahsyat. Puisi, cerpen, esai, dan karya tulis lain bisa menjadi wahana berharga bagi pengembangan dirinya. Meskipun isi buku ini merupakan karya anak, namun sangat bagus dan perlu dibaca bukan hanya oleh anak-anak, tetapi semua kalangan usia. Bahasanya mengalir begitu natural, terkadang lucu tapi menyenangkan, bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi anak-anak yang lain.
Ilam Maolani, S. Ag. M. Pd. (Pendidik/Penulis/Pemerhati Pendidikan dan Sosial)
Mengumpulkan karya siswa SD kemudian menerbitkannya dalam bentuk buku merupakan sebuah usaha yang asyik. Saya kira, tanpa perjuangan yang khusyuk dan serius, hal ini tidak mungkin terwujud. Sebuah langkah inspiratif ini adalah bentuk reward bagi siswa yang sangat dahsya
Leumeung, meskipun membawanya adalah hal yang merepotkan, tapi yang namanya leumeung menjadi oleh-oleh wajib setiap kali Khalda balik ke Bandung, kota tempatnya kuliah. Khalda sendiri tidak pernah suka dengan makanan yang terbuat dari ketan itu. Namun, demi request teman-temannya yang selalu berharap Khalda membawa leumeung, terlebih Ryan, ia bela-belain bawa leumeung jauh-jauh dari Malingping ke Bandung.
Eits, atas permintaan Ryan ternyata Khalda bukan cuma rela membawakannya leumeung, tapi juga ikut menikmatinya. Jadi, leumeung-nya yang enak atau Ryan-nya yah?
Ada juga cerita Azzura yang bercita-cita menerbitkan novel, tapi tujuannya hanya untuk bertemu cinta pertama. Emang bisa gitu?
Lalu persahabatan Rimel dan Suci yang terpaksa berantakan gara-gara rebutan cowok pujaan. Segitu pentingkah cowok pujaan bagi Suci hingga ia membenci sahabatnya sendiri, dan membuatnya mati?
Ini hanya sebagian kisah dari 15 cerpen yang disuguhkan di antologi cerpen “Leumeung Cinta”.
Ada dua ekor katak, yang satu tinggal di sawah dan yang satu lagi tinggal di darat (jalan). Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan, “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku di sawah.”
Katak yang tinggal di jalan menjawab, “Aku sudah terbiasa di sawah, aku malas untuk pindah ke sawah lagi.”
Beberapa hari kemudian, katak yang tinggal di sawah menjenguk katak yang tinggal di jalan. Namun katak yang tinggal di sawah menemukan si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.