slogan leutika prio

Kategori Kumpulan Cerpen

141. Rindu Sepasang Purnama

Rindu Sepasang Purnamauntuk sinopsis/sampul belakang, terlampir pada naskah. berisi testimoni beberapa orang.

142. Pelangi di Akhir Gerimis

Pelangi di Akhir GerimisPara tetangga menatap curiga sembari mencari-cari tahu sudah berapa bulan Astri hamil di luar nikah. Hal itu membuat ibunya semakin meradang dan mengancam akan membakar pakaian Astri yang menjadi biang kekacauan ini. Namun Astri tetap teguh memegang prinsipnya. Hingga suatu hari... Bagaimana kisahnya, hingga sepotong pakaian bisa menuai konflik ibu dan anak? Bahkan juga membuat para tetangga berbisik-bisik curiga? Bagaimana pula triks Astri menyelesaikan persoalan ini? Ikuti kisahnya pada buku Kumpulan Cerpen Pelangi di Akhir Gerimis ini. Berisi cerita-cerita sederhana namun dirangkai dalam alur yang tertata rapi tak terduga khas Dian Auliya, akan membuat Anda terpikat dan tercerahkan! ~**~ “Membacanya seperti menari di atas pelangi. Sarat hikmah. Ini fiksi yang mencerdaskan. Mengangkat pemikiran pembaca. Irtifa'ul fikr! Hontou ni!” (Hikari Inqilabi, Redaktur Majalah Remaja Islam D’Rise) “Rangkaian cerita yang renyah dan memesona. Cocok untuk siapa saja yang ingin mengutip hikmah dari cuplikan kehidupan.” (Alga Biru–Penulis Buku Muslimah Semesta) “Dian Auliya, cerpenis yang memiliki kekhasan bila berkarya. cerpen-cerpennya mampu menghadirkan sensasi rasa beda. Tak seperti cerpenis kebanyakan, bermain diksi namun hampa makna. Memutar-mutar alur cerita, dengan akhir membekaskan kesan. Kumpulan cerpen

143. Selendang Itu Berkalung pada Nisan Tak Bernama

Selendang Itu Berkalung pada Nisan Tak BernamaMembaca Sekar Rampai karya peserta didik Sanggar Aksara seperti tidak pernah menyangka bahwa karya-karya tersebut adalah hasil dari pemikiran anak-anak remaja. Ambillah misal karya Selendang Itu Berkalung pada Nisan Tak Bernama karya Dian Mustika yang berhasil menyajikan estetika melampaui usianya. Penulis yang juga menulis Obituari Tanpa Harus Menunggu Mati dan Kesempatan Terakhir Penuh Kenangan memiliki kharakter yang sangat kuat. Ketiga cerpen tersebut tidak hanya menyajikan estetika bahasa, judul,gaya bahasa, tetapi juga pemikiran yang luar biasa dari seorang anak muda Terakhir, buku ini kami harapkan dapat menjadi tongkat estafet untuk kesusastraan Indonesia. Dan, para pejuang gerilyawan itu, percayalah, masih banyak yang akan memberikan kejutan-kejutan berikutnya!

144. Langkah-Langkah Kecil Mencari Matahari

Langkah-Langkah Kecil  Mencari MatahariApalah arti embun yang kuteteskan untuk menenggelamkan perih hatimu? Sedang kau tak juga mengusir sendiri perih itu dari relung jiwa yang mengikis halus bahagia. “ Hari yang cerah!” ucapmu dengan raut wajah yang begitu jarang mampu kueja. Ya, aku pun menanggapimu dengan senyum mengembang, “ Lihatlah!” Kau arahkan pandanganku pada matahari yang menjilati embun di setiap pagi. Tawamu lepas, menerawang jauh lewat sorot matamu. Mantap menembus cakrawala mimpi. (Mengejar Matahari, Zuliana Ibrahim) Ingin rasanya aku bercumbu dengan malam. Sunyi. Kuintip bintang menggodaku dari balik daun jendela. Akh, ingin sekali aku bersinar seperti bintang. Tak pernah redup. Selalu setia menemani manusia yang sedang berhati pilu, sunyi, atau gundah. AKU HEBAT Liku jalan berhasil kutaklukkan meski peluh bercampur air mata kini telah kudapat segenggam kemenangan jangan biarkan aku tenggelam dalam luka “Aku percaya bahwa dapat adalah hasil dari mau. Kegagalan bukan akhir dari segalanya,” batinku sebelum merangkai mimpi dalam lelap. Semoga aku bisa melukis bahagia pada kanvas dunia. Dimulai dari langkah kecil. (Langkah Kecil, Anesti Rahayu)

145. Matahari untuk Brilian

Matahari untuk BrilianLaki-laki ini. Jika aku tak berperasaan, akan aku katakan bahwa anak-anak akan lari ketakutan melihat wajahnya. Tapi lagi-lagi. Sejak dulu tak ada yang berubah. Otaknya selalu brilliant. Tak sekerdil diriku. Apa lagi hatinya, jiwanya, semangatnya, seolah menggantikan wajah seramnya untuk selalu terlihat tersenyum. Tidak hanya itu. Kakinya memang buntung. Tapi tidak untuk segala pemikirannya yang gila. “Bagaimana dengan timnas Indonesia,ha ?” Sejenak brillian tersenyum. Lalu menepuk pundakku. “Bukankah matahari tidak harus bisa kita raih ? tapi setidaknya kita bisa meraih merkurius. jarak Merkurius tak terlalu berbeda. Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Apa yang kita inginkan belum tentu menjadi apa yang kita butuhkan. Tapi bisa jadi apa yang kita inginkan juga menjadi apa yang kita butuhkan. Dan itu kau.” Senyum hangat tak pernah tertinggal disetiap kesempatan hidup Brillian *** Terkadang Tuhan mendidik makhluk-Nya tak hanya melalui firman-firman-Nya dalam kitab suci. namun juga lewat adegan yang tak terhingga harganay. seperti dalam kisah brilian. siapakah Brilian?

146. Hadiah Agung di Kordoba

Hadiah Agung di KordobaKordoba, Tahun 835 Masehi “Ambil pedangmu, mari kita beradu pedang! Bagiku tidak masalah, aku akan mengalahkanmu. Ini pedangku, pendek saja. Kemenangan tidak dilihat dari senjata yang bagus Leo,” tantang Umar. “Kamu pasti kalah, Mar!” Leonel sinis. “Belum tentu, mari kita coba!” Kedua bocah Kordoba ini saling membenturkan pedang mereka. Hampir setiap dua sampai tiga kali adu bentur, Umar melesatkan pedangnya ke pinggang kiri dan kanan Leo. Dominasi serangan dilakukan Umar, sementara Leonel terus melesat cepat melompat mundur sambil membungkukkan badannya. Namun akhirnya pedang panjang pun jadi tak guna. “Ahaaaa ... kamu kalah, Leo,” sorak Umar gembira. Umar tersenyum kecut. Ia menang. Tapi pada akhirnya keduanya merasa bergembira bisa bermain dengan pedang kayu mereka. Langit telah saga. Burung-burung kenari sudah kembali ke sarang-sarang mereka. Savana meredupkan hijaunya, menggelap di cela-celanya. Angin pun seakan lelah meniup, mengitari kota dengan hembusan yang seadanya. Di tengah savana itu, kedua anak 10 tahunan ini berjalan pulang dengan riang. Mereka berkarib meskipun berbeda keyakinan, antara Muslim dan Nasrani. Keduanya saling berangkulan. Dan berjanji esok akan bertemu lagi dalam sebuah persahabatan yang panjang.

147. Hope for the Next Indonesia

Hope for the Next IndonesiaBuku ini berisi kumpulan surat yang ditujukan untuk Joko Widodo dan Dahlan Iskan. Berisikan keinginan, harapan, dan cita-cita masyarakat Indonesia akan keberadaan dua tokoh nasional tersebut. Semoga dengan hadirnya buku ini dapat membuka gerbang wawasan dan memberikan pembelajaran pada kita tentang sosok kepemimpinan yang baik untuk negeri ini.

148. Seriosa Biru

Seriosa BiruKomposisi rupa dan rasa dari segala sisi terangkum dalam kumpulan aksara yang mencerminkan keluasaan wawasan para pengguratnya. Tanpa meninggalkan identitas pribadi, kumpulan cerpen, esai, dan puisi ini tersaji dengan irama khas masing-masing pribadi. Berbagai teknik penulisan tampak begitu variatif dalam setiap tulisan. Hal ini terlihat jelas dari setiap tulisan dalam kumpulan cerpen, esai, dan puisi yang tersaji ini. Setiap cerita dalam cerpen-cerpen yang tersaji mengusung berbagai nilai, dan pesan-pesan yang ada baik tersirat maupun tersurat agar bisa dijadikan pelajaran bagi siapa saja yang membacanya. Beragam isu yang disampaikan dalam kumpulan esai ini menunjukkan kekritisan para penulisnya dalam memandang berbagai hal yang ada dalam setiap lini kehidupan. Selanjutnya kumpulan puisi yang ada di sini mengusung berbagai tema yang sarat dengan makna.

149. Pelangi Persahabatan

Pelangi PersahabatanPersahabatan tak ubahnya bagaikan pelangi yang kaya akan warna. Begitu juga dengan kehidupan terutama yang terjadi pada lika-liku hidup para remaja saat ini. Hidup tanpa sahabat ibarat makan tanpa garam, ya akan terasa hambar. Mereka bilang “loe n gue end”. Namun, persahabatan seperti apa yang akan berdampak baik bagi orang lain. Tentunya persahabatan yang membuat hidup lebih baik, lebih dekat dengan Tuhan, lebih patuh pada kedua orangtua. Nah, teman-teman, penasaran dengan kisah “Pelangi Persahabatan” yang begitu indah. Temukan hikmahnya di balik ceritanya. Selamat membaca teman-teman.

150. Hybrid Theory 0.1

Hybrid Theory 0.1Seringkali theory dipandang sebagai kajian yang rumit dan membosankan. Tapi buku “Hybrid Theory” memberikan pandangan beda dan mematahkan konstruksi bahwa theory itu rumit. “Hybrid Theory” menunjukkan bahwa secara sadar maupun tidak, di dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengaplikasikan theory. Buku ini berisi tentang antologi beberapa cerpen mengenai kehidupan sehari0-hari yang lazim namun berdasarkan theory komunikasi yang ada.

151. HOTEL-HOTEL

HOTEL-HOTELTiba di Surabaya sekitar jam 21.00 WIB, tapi mencari dan memilih hotel hampir menghabiskan waktu 3 jam. Terkadang Alda menolak begitu melihat penampilan luarnya, terkadang juga menolak ketika membuka pintu kamarnya, acapkali juga menolak waktu membuka pintu kamar mandinya. Akupun lama-lama jadi ikut-ikutan mengembangkan kepekaan ku dalam menilai 'seram ' atau tidaknya suatu hotel.

152. Lelaki Bertattoo Itu

Lelaki Bertattoo ItuAtas usul temannya Endo, sore itu Donny mendatangi dokter Marliyanti Kurniawan, dokter kecantikan & akupunktur di klinik Wonder Skin Center.

153. Jujurlah Matahariku

Jujurlah Matahariku23 Kisah tentang kehidupan Anak-anak Indonesia Yang mengajak kita, untuk lebih mengenal, memahami dan mencintai mereka sepenuh hati

154. Happy Mommies

Happy MommiesTerlanjur Hamil?? Eits, jangan berpikiran negatif dulu ya…Maksudnya, bagaimana kalau pasutri yang baru saja menikah, baru saja mulai menapaki kehidupan baru dan ternyata mendapati kalau sang istri langsung “isi”? Kumpulan cerpen ‘chicklit’ jaman sekarang rata-rata bercerita mengenai kehidupan lajang dan bagaimana menuju fase pernikahan atau fase “happily ever after”. Jarang lho ada kumpulan cerita pendek bercerita mengenai kehidupan SETELAH pernikahan, setelah fase “happily ever after.” Yaitu fase saat seorang wanita hamil dan memiliki anak; Ibu hamil dan Ibu baru (pregnant and new mothers). Padahal fase kehamilan dan memiliki anak, punya banyak cerita yang, terkadang, jauh dari sekedar “happy-happy”. Mulai dari masa hamil muda yang mual-mual, hamil tua yang bikin badan terasa pegal-pegal. Itu baru fase kehamilan. Belum lagi fase menjadi Ibu, mendapat tambahan tugas membesarkan seorang manusia kecil yang rentan dengan serangan “baby blues.” Kumpulan cerita pendek ini berupaya membidik fase tersebut, dimana ceritanya dituturkan dengan ringan, mudah dicerna baik oleh ibu hamil, ibu baru, pasutri baru hingga para single yang masih takut menapaki jenjang rumah tangga. Pada beberapa cerita, di bagian akhir terdapat tips dan trik pengalaman penulis. Pokoknya, setelah baca buku ini, dijamin tersenyum, tertawa dan bisa berkata “hamil? siapa takut!”

155. KETIKA CINTA SALING TERTUKAR

KETIKA CINTA SALING TERTUKARBuku ini adalah karya anak-anak PROKUMA Disc 2. Mengisahkan beraneka ragam cerita pendek dengan kapasitas dan kekhasan masing-masing penulis dalam menyampaikannya. Cinta… Ya kebanyakan tentang cinta. Bagaimana seharusnya cinta itu agar tidak tertukar dengan yang lain. Cinta nomor satu yang seharusnya kita berikan hanya untuk Allah, tidak untuk yang lain. Tidak boleh tertukar dengan makhluk-Nya yang belum pantas untuk dicintai. 21 penulis berkolaborasi memahat kata cinta di buku ini. Spesial diberikan untuk para pembaca sekalian yang ingin mengetahui cara bertukaran cinta yang asyik dan menyenangkan. Seru, lucu, dan unyu-unyu!!! Ada beberapa cerita yang akan membuat Anda terpaku sesaat, menangis sesaat, tertawa sesaat, kejang-kejang sesaat, dan kesurupan sesaat. Ya, hanya ada di buku ini. Segera dapatkan!!! Mumpung para penulisnya masih ada, kali aja entar pengin minta tanda tangan dan foto bareng, hehe… Oke, jangan pernah membaca buku ini saat khatib berada di atas mimbar ya, entar elu ditimpuk rame-rame sama jamaah mesjid. Mudah-mudahan buku ini menambah catatan amal penulis di akhirat dan tentu berkah. Semoga pula buku ini bisa sakinah, mawaddah dan warrahmah tentunya (eh ini emang siapa yang nikahan?)

156. Kucing Hitam & Sebutir Berlian

Kucing Hitam & Sebutir BerlianKucing hitam itu tercekik-cekik oleh sesuatu. Remah-remah tulang. Bulu karpet. Gulungan Benang. Entahlah. Tapi kemudian batuknya mengeluarkan muntahan. Sebutir berlian! Astaga… (“ Kucing Hitam & Sebutir Berlian “ ) Raut wajah wanita itu dibalur riak cemas. Anna Karenina. Seorang Rusia yang dihidupkan oleh Leo Tolstoy pada sebuah epik tahun 1967. Aku sungguh melihatnya semakin gusar. Gara-gara Papi. Tuh, lihat, tampaknya dia mau meloncat keluar dari sampul buku dan menampar punggungmu, Pap !.... (“Antara Papi, Junius & Internet” ) Khan dan Kishmetia berlari-lari kecil di antara pepohonan Zaitun yang berbuah lebat kehitam-hitaman. Mereka asyik bermain petak umpet dan saling melempar buah yang berguguran. Meski Ayesha, bibi mereka melarang untuk bermain ke wilayah perkebunan ini, namun Khan dan Kish kadang berpikir , apa salahnya jika datang sesekali?... ( “Airmata di Surga Zaitun”) Kulihat diriku sendiri berjalan menyusuri padang Lavender di akhir Juni. Kulitku seputih salju. Pipiku bersemu merah seranum apel. Rambut hitamku terurai lepas. Lihat, Betapa kontrasnya aku dengan warna-warna violet muda sepanjang pandangan mata ! …. ( “Seribu Musim Semi” ) Terkisahlah seorang filsuf yang termasyhur di jamannya. Filsuf itu telah sekian lama hidup bersama rambutnya yang memutih keperakan, sebuah perpustakaan dan seorang anak lelaki. Lantas istrinya ? Hmm.. Menurut kabar yang beredar, istrinya yang cantik telah pergi dan menikah lagi dengan seorang pemain sirkus keliling… ( “Menjemput Malaikat di Pohon Kebijaksanaan” )

157. WILL YOU MARRY ME????

WILL YOU MARRY ME????Dan kini,aku berdiri tepat dimana 5 tahun lalu aku berdiri.dan membayangkan semuanya,membayangkan saat-saat aku kehilangan Revan.Pria yang sangat aku cintai,bahkan hingga saat inipun aku belum mendapatkan pengganti Revan.entah dengan Revan,mungkin sekarang dia sudah menikah dan mempunyai keluarga kecil yang bahagia.aku berjalan menyusuri tempat ini,sedangkan Jelita asyik dengan pameran lukisannya.ombaknya ternyata masih sama dengan 5 tahun yang lalu,begitu juga dengan tata letak kursi-kursi tamannya.tak banyak yang berubah,hanya tempat parkirnya yang sekarang sudah pindah.tiba-tiba…. “Flo,apa ini benar kamu??” ucap seorang pria. aku terkejut,ingin rasanya aku lari dan meninggalkan tempat ini.tapi bagaimana dengan Jelita?? “apa ini benar kamu yang aku lihat Flo??” ulang pria itu masih tak yakin. “eh,hei.kamu apa kabar??” ucapku berusaha bersikap sewajarnya. “aku baik,kamu sndiri??” ucapnya balik bertanya. “I’m fine,aku kira kamu sudah pindah ke NY??” tanyaku tak sabar ingin menyudahi pembicaraan ini.

158. Aku Melihat Neraka Bersarang di Matanya

Aku Melihat Neraka Bersarang di Matanya“Benar kau mencintainya?” interogasi berlanjut pada pertanyaan berikutnya. “Kurasa,” kata itu meluncur begitu saja dari bibirku meski sebelumnya telah kuputuskan untuk tak menjawab apa pun. “Jauhi dia!” “Kenapa?” tanyaku memprotes. “Kalau hanya karena laki-laki itu membawaku pergi diam-diam lalu mengantarku pulang terlalu malam, rasanya hukuman itu terlalu mengada-ada. Lebih-lebih Ibu belum mengenal laki-lakiku kecuali dari kaca jendela,” timpalku, meminta penjelasan. “Aku melihat neraka bersarang di matanya!” katanya bagai roket. Cepat dan membuatku terenyak. “Ha? Hahaha,” tawaku terbelah-belah teriris pisau yang menggelitik. Antara geli, lucu, dan bingung. “Neraka yang bersarang di matanya akan menjebakmu sedemikian rupa, berhati-hatilah karenanya,” pungkas Ibu seraya berlalu meninggalkanku. Aku bergeming dalam ketermenunganku, dalam remang yang seolah telah mengurungku dalam pekatnya. *** Kutipan di atas diambil dari salah satu cerpen yang menjadi judul buku ini. Dengan bahasa yang lugas dan sederhana, cerita-ceritanya meluncur dengan indah dan bermakna. Kisah-kisah di sekitar kita yang dikemas dengan apik menyuguhkan nilai-nilai lain dari kehidupan manusia. (Mash, Penikmat Sastra)

159. Zahra : Dan Sepasang Merpati di Notre Dame

Zahra : Dan Sepasang Merpati di Notre DameSetahun lalu, gejolak muda yang penuh rasa ingin tahu itu tersentak ketika menyadari suatu kenyataan di mana pun tempat yang dilihatnya, maka dia akan menemukan bahwa semua hal memiliki pasangan. Seperti sepasang merpati yang dia temui di Notre Dame, laki-laki dan perempuan di Place de la Concorde, siang dan malam di langit Paris, serta gelap dan terang di sudut-sudut kota. Kenyataan-kenyataan dalam hidup yang dia temui membentuk sebuah pertanyaan dalam benaknya, mengapa segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan?

160. Kolase Waktu

Kolase WaktuSaat kubuka, aku sampai di dunia semut—yang keseluruhannya berukuran sebesar manusia—yang tengah berbaris rapi menyalurkan makanan. Mereka begitu kompak. Belum genap menyempurnakan rasa, aku sudah terperangah dengan ‘penglihatan’ sejumlah kawanku yang semenit lalu masih bersama di dunia roh. Ada yang menjelma tikus, buaya, babi. Ada yang menjelma raja atau pendeta. Mereka mengenaliku. Aku tersenyum, seperti ada sesuatu tak bernama yang meluap-luap dalam diriku. Baiklah. *** “Kau yakin pada pilihanmu?” Aku mengangguk mantap. Kukembalikan pisau pembunuh waktu yang dipinjamkan Tuhan padaku. Aneh, sepertinya pisau itu menyukai keputusanku sekalipun ia tak dapat menyembunyikan kehausan di wajahnya. Tuhan tersenyum. “Kau hebat. Buktikan pada-Ku kau bisa moksa. Dunia yang baru saja kau lihat, bisakah kau membuatnya lebih indah? Bantulah manusia-manusia itu lepas dari nafsunya!” Aku tersenyum. Kau tahu, sesungguhnya kau tak tahu apa yang akan terjadi padamu sebelum engkau melaluinya. Waktu memandangku penuh arti. Kami bergandengan mesra. Sebagaimana kutipan di atas, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi sebelum kita melaluinya. Dengan pilihan kata-kata yang tak biasa didengar, kumpulan cerpen Kolase Waktu ini bisa menjadi teman untuk merenungi waktu yang telah kita lalui dan mengintrospeksi apa yang telah kita lakukan. (Mash, Penikmat Sastra)


Leutika Leutika