Kategori Kumpulan Puisi
UKULELE REMBULAN
~ dari Sukabungah, Sukajadi
Putri cilik dan ukulele rembulan
Berangkat dari khazanah bintang-bintang
Untuk tampil di bawah jembatan layang
Di istana debu persimpangan jalan
Kakinya tegak di dekat loreng zebra
Bersandal jepit kemuning matahari
Denting dawainya diumbar lentik jari
Hendak bersaing dengan riuh suara
Gaunnya kelabu pagi lepas hujan
Disoroti lampu hijau, kuning, merah
Nyanyiannya bicara tentang apakah?
Tenggelam dalam bunyi hari mengejan
Kulitnya coklat tanah bumi yang basah
Dibalur sejuk angin semenjak pagi
Nyanyiannya—berapa putaran lagi?
Mata berliannya—ke mana mengarah?
Putri cilik dan ukulele rembulan
Sesekali menepi hindari tonton
Mengaso di peraduan blok-blok beton
Di puri jelaga percabangan jalan
01\21
Buku ke-lima belas,ditulis dengan tinta hitam yang bebas.
Yang semakin diurutkan,kalbu ini malah kian ditaklukkan.
Lantaran kalimat-kalimat yang berjajar,justru pada pipi sendiri mereka menampar.Sebegitu menusuk,sedemikian menghujam.
Membongkar habis perihal perangai yang acapkali dirundung lalai.
Ya,sederet petuah dibuku ini,justru lebih tertuju kepada rasa di jiwa,yang kerap terberai entah kemana.Terlalu erat terpenjara di ruang fana dunia,dan menjadikan akal serta harta sebagai pujaan utama.
Maka sebelum benar-benar celaka,kini patahan-patahannya aku kumpulkan.Sekeping demi sekeping,sepuing demi sepuing.
Merengkuh damai pada luka pedih di masa silam.Yang masih menganga,bahkan hingga sekarang.
JANTUNGMU MANGGIS
Jantungmulah manggis pangsa delapan
Ungu, tergores-gores, sebab cinta
Terpetik di antara yang tercipta
Sarat belas kasih dan pengharapan
Isinya putih bersih, suci murni
Sejati iman dan sabar dan lembut
Saat semua susut dan semrawut
Cucurkan manis, gagah dan berani
Terbalut tebal ungu pangsa putih
Kuasa dan murka dan keadilan
Di muka getah kuning kebatilan
Tiada melemah atau meletih
Darahnya ungu kental, cerah nyala
Masuk ke jiwa merasukkan pahit
Ah, getir dan legi bisa serakit
Demi mujur nasib yang kena bala
Jantungmulah manggis pangsa delapan
Ungu, tergores-gores, sebab cinta
Lalu berdenyut aku dan semesta
Seiring degupnya di kegelapan
03\20
PUSARAN MAWAR
~ untuk Ut
Asmaramu adalah pusaran mawar
Bebas dari gerigi dan dari duri
Memikat jiwa, gairahku tercuri
Melompat, menghambur tanpa hati tawar
Lesap diriku, tiada penolakan
Berkisar, terhisap inti asmaramu
Harum nyawamu dan semarak auramu
Cinta sejati sebak dalam olakan
07\17
MENARI BERSAMA GANGGANG
~ dari Pantai Tablolong
Selama semangat kita muda
Lebuh aspal adalah lintasan
Bagi mesin yang kita perkuda
Lari sedang surya keemasan
Di ceria musim kepanasan
Pepohon yang meranggaslah pagar
Julangan lontar pemandu sorak
Kita mendungas dan segar bugar
Penampakan ajaib terserak
Jenuh buyar dan jengkel terorak
Kita menari bersama ganggang
Berbangga bersama landak laut
Seiring riang alun melenggang
Apa pun yang baik kita kaut
Di seberang sini dari maut
Kupang, 11\15
Sebanyak 40 sajak dari 33 penyair muda tersaji dalam buku ini. Mereka berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia dengan latar belakang berbeda-beda. Dari Banda Aceh hingga Polewali Mandar di Sulawesi Barat, dari pelajar SMP hingga mahasiswa S2; mereka memberikan makna masing-masing atas kemerdekaan, yang akhirnya mengerucut kepada sebuah harapan besar untuk masa depan bangsa Indonesia. Buku
Sajak ini mengandung cerita
Cerita tentang keadaan indonesia
Ada yang mengatakan indonesia sedang baik-baik saja
Ada pula yang mengatakan bahwa indonesia belum sepenuhnya merdeka
Sajak ini bukan berupa senjata
Tak memakan korban jiwa
Tak akan mengancam negara
Hanya rangkaian kata yang dihunuskan kepada penguasa
Sajak ini bukan bermaksud untuk meruntuhkan dinding penguasa
Melainkan hanya ingin mengingatkan kepada mereka
Berjuta manusia mempertaruhkan harapan kepada nya
Dan ini hanya simbol peringatan agar mereka tidak lupa
Apabila sajak ini membuat tuan marah
Kami curiga bahwa tuan tentu punya salah
Jikalau sajak ini membuat tuan bahagia
Maka tuan sedang berada dalam barisan rakyat indonesia
Buku ke sepuluh, di penghujung tahun duaribu duapuluh. Di dalamnya terbubuh candramawa sebanyak tujuh, tersimpul judul sejumlah limapuluh, senandika keluh semasa dasawarsa ditempuh.
Bukan! Bukan hendak bersilang lengan merasa jumawa. Bukan pula hendak meninggi diri merengkuh bangga. Angka ini hanya sebagai penanda, atas usia yang kian menua. Angka yang menggerogoti raga, pada jiwa yang tertawan senja.
Philip Pullman, seorang penulis yang memperoleh Associate Lindgren Memorial Award 2009 pernah berkata, “Kanak-kanak membutuhkan seni, dongeng, dan puisi serta musik sebanyak mereka butuh cinta, makanan, udara segar, dan bermain.” Oleh karena itulah, sejak dini anak-anak harus dikenalkan kepada baca-tulis puisi. Antologi puisi ini adalah buah dari penerapan mata pelajaran ekskul kelas puisi pada SD Gratis Kuncup Melati Semarang, sebuah sekolah dengan murid dari latar belakang keluarga kurang mamp
i wonder how many stars left
should i count until
the end.
Orang-orang yang menabur benih dengan mencucurkan air
mata, akan menuai dengan sorak-sorai
Namun, mengapa ketika aku melaksanakannya, mengikuti
kompas yang Kau berikan padaku, aku bagai janda yang
sebatang kara?
Janda yang mengumpulkan remah-remah makanan untuk
dimakan lalu mati bersama buah hatinya.
Di manakah penyelamat untuk janda itu? Mana Elia yang
diutus oleh-Mu ‘tuk membawa mukjizat?
Di manakah Tuhan akan daku?
Ataukah aku yang mengabaikan berkat-berkat kecil-Nya?
Namun, mengapa hanya ber
Kumpulan geguritan ini terdiri atas beberapa tema,
antara lain tema muatan lokal Kabupaten Kulon Progo,
religiusitas, nasionalis, dan tema umum kehidupan sehari-hari.
Penulis berharap semoga Karya Inovasi Seni Kumpulan
Geguritan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan
dapat menginspirasi untuk mereka yang ingin menulis/
menyusun Karya Inovasi Seni Kumpulan Geguritan.
Hidup menyajikan manis, bahagia, pahit dan kesedihan. Jika kemarin kamu bahagia, dan sekarang kamu merasa sedih, jangan khawatir. Aku ada menemanimu, mengobati segala rasamu. Memberimu secawan cinta tanpa keangkuhan.
Untukmu yang tengah berjuang, yang mempertahankan dan yang patah hatinya, mari kita sederhanakan semua luka dan bahagia menjadi hanya 60 menit saja lewat buku yang sedang kamu genggam.
Setelahnya, kamu akan bangun dan tersenyum.
Antologi puisi satu Pena Seribu Mimpi merupakan karya di penghujung masa SMA. Bagi penulis,karya yang merupakan tindak lanjut dari materi ujian praktik Bahasa Indonesia di SMAIT Fithrah Insani Bandung ini diharapkan bisa mewarnai khazanah dunia literasi, abadi dalam ruang sejarah hidup mereka, menjadi pelipur di kala rindu, dan teman di kala sepi suatu saat nanti.
***
Selamat atas buku antologi puisinya. Semoga setelah lulus tetap semangat bersastra. (Asma Nadia, penulis novel best seller)
Sel
Grets Lewis Theodore Walilo, lahir di Batu Malang 13 April 1997. Merupakan anak dengan perpaduan darah Jawa dan Papua. Pendidikan taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama dijalaninya di Wamena, Papua. Setelah lulus seleksi beasiswa, ia melanjutkan pendidikan sekolah menengah atasnya di Macleans College, Auckland New Zealand. Kemudian ia melanjutkan kuliahnya di Australia. Namun, kuliahnya di University of New South Wales (UNSW) di Sydney Australia sempat mengalami hambatan sehingga pada
jangan jauh-jauh, Nak
jangan berjalan terlalu jauh, petuah ibunda guru
karena haus dengan rasa sakit
adalah dua hal yang berbeda
kau bisa menahan salah satunya
namun tidak akan pernah mampu
melepas keduanya
secara bersamaan
ketika ia mengalir masuk melalui setiap sesapnya
sambil kau gumamkan tentang lesapnya
yang menjadi kabur di udara
setelah bergumul dengan aneka curiga
saat itu kau baru tersadar
bahwa yang terasa hangat di mulutmu
bukanlah air susu
melainkan air matamu
yang kau telan send
Cinta
Kau hadir tanpa ku minta
Kau kenalkan aku pada kata bahagia
Kau ajarkan aku bagaimana cara tertawa
Kau temani aku dalam gejolak jiwa
Dan kau antarkan aku pada kata rindu
Rindu
Kau hadir dengan hati yang pilu
Kau kenalkan aku dangan kata risau
Kau ajarkan aku penantian baru
Kau temani aku dengan hati yang mengadu
Dan kau antarkan aku pada kata kenangan
Kenangan
Kau hadir setelah cinta berteman rindu
Kau mengingat cinta lewat rindu
Kau ajarkan rindu untuk yakin pada cin
Bukti kegilaan seseorang akan cinta
Kenapa irah-irahan antologi geguritam iki “Dhemit Nguntal Dhuwit”? Dhemit iku aran liya saka setan utawa lelembut. Luwih saka iku, laku dedhemitan asring digunakake marang tindakan sesidheman yaiku meneng-menengan ora ana siji wong kang weruh. Korupsi itu umume dilakoni kanthi sesidheman alias nglimpekke. Yen bisa aja nganti ana sing weruh lan oleh-olehane rupa dhuwit kang panas utawa haram. Geguritan kang kapacak ana ing buku iki ditulis dening penyair asal sakdengah daerah, kayata Jakarta, Bekasi, Ngawi, Sragen, Banyumas, Mojokerto , Semarang lan liya-liyane. Antologi geguritan iki mbokmewa nembe siji-sijine buku kang isine geguritan ngemu tema nolak korupsi kang diterbitake ana ing sastra Jawi.
“Tanggal Merah” Berangkat dari kesadaran bahwa hidup adalah proses mencari. Ia bukan hal yang diam, melainkan bergerak menuju pemenuhannya. Pencarian itu dimulai dari penerimaan akan situasi “belum lengkap”, ada hal yang masih harus terus diusahakan, situasi yang oleh penulis disimbolkan dengan "tanggal merah". Setiap kali kita merayakan hal-hal yang ditandai dengan tanggal merah, sadar atau tidak, di antara kegembiraan dan nostalgia, kita tahu ada hal yang sudah dicapai, tetapi tidak semuanya.