“Tanggal Merah” Berangkat dari kesadaran bahwa hidup adalah proses mencari. Ia bukan hal yang diam, melainkan bergerak menuju pemenuhannya. Pencarian itu dimulai dari penerimaan akan situasi “belum lengkap”, ada hal yang masih harus terus diusahakan, situasi yang oleh penulis disimbolkan dengan "tanggal merah". Setiap kali kita merayakan hal-hal yang ditandai dengan tanggal merah, sadar atau tidak, di antara kegembiraan dan nostalgia, kita tahu ada hal yang sudah dicapai, tetapi tidak semuanya. Ada sesuatu yang seharusnya ada, tetapi absen. 

 

Kumpulan puisi dalam buku ini adalah serangkaian percobaan untuk merekam proses pencarian hal-hal yang absen itu. Di dalamnya akan ditemukan absurditas, humor, satire, kritik sosial. Puisi-puisi yang ditulis dalam kurun waktu 2017–2018 ini berisi cukup banyak pergulatan penulis dengan kenyataan yang dijumpai sehari-hari, di jalan raya, di stasiun, di kamar mandi, di rumah ibadah, dan sebagainya. Ada kegelisahan akan betapa mudahnya orang kehilangan orientasi. Ada optimisme bahwa tidak semua hal sudah benar-benar rusak. Ada kejailan dengan coba mempermainkan pendangan-pandangan yang dianggap final dan tak boleh dipertanyakan. Ada pula puisi-puisi yang terkesan belum selesai atau mengalami kebuntuan ide, tetapi tetap dimasukkan, sebagai pengingat bahwa hidup memang kompleks, di dalamnya tak semua hal selesai. Akhirnya, dalam proses pencarian itu, ada banyak hal yang coba dipertemukan, disandingkan, dikontraskan, bukan untuk menegaskan beda, tetapi justru untuk merayakan perbedaan-perbedaan itu. Selamat menikmati “Tanggal Merah”.