slogan leutika prio

Kategori Kumpulan Puisi

81. Aku dan Duniaku (Antologi Puisi: Tentang Rasa)

Aku dan Duniaku (Antologi Puisi: Tentang Rasa)Buku ini lahir karena pertemuan dua anak manusia, yang terjadi bukan karena kebetulan, bertemu saat kopi darat karena senang mendengar program radio, mereka menderita insomnia, dari pertemuan itu, dan komunikasi maka cerita sayair ini terkumpul menjadi elegi cinta, 50 puisi tersaji di buku ini, tentang cinta, arti persahabatan, hubungan dengan alam, dan meditasi pribadi dengan sang Pencipta. Tentang Rasa Kendati perpisahan bukan akhir segalanya Kendati pertemuan awal segalanya Jangan tangisi perpisahan tapi tangisilah pertemuan… Perpisahan kalah membuat kita rindu Pertemuan kalah membuat bahagia Selama di atas bumi masih ada langit Disinilah manusia dipertemukan

82. 99 Puisi Tanpa R

99 Puisi Tanpa RSemua orang mungkin bisa untuk menerima segala kekurangan yang diberikan Tuhan kepada diri namun, tidak semuanya mampu untuk mengubah dan menggubahnya menjadi anugrah. Keterbatasan yang dimiliki penulis tidak berhasil menghambat kinerja imaginasinya untuk menetaskan karya yang bersumber dari apa yang dianggap sebagai kekurangan. Buku "99 Puisi Tanpa R" ini sepintas sama dengan puisi-puisi lainnya, ingat jika "sepintas", namun lain halnya jika pembaca meluangkan sedikit hati untuk menyerap rasa y

83. The 14th: A Wall to Remember

The 14th: A Wall to RememberThis is it! We finally made it, "The 14th: A Wall to Remember." The collection of English poems of Teacher and 14th year Students of Senior High School 2 Sekayu, South Sumatera, Indonesia. For Love, Life, Lost, and Laugh, may it will be Candle in the Jungle.

84. Love Lust Heartbreak

Love Lust HeartbreakPeople get... tumbled in LOVE, caught in LUST, stranded in HEARTBREAK. We don’t get to choose with whom, when or even where. Sometimes, we’re nothing but slaves of our own emotions. We are not always able to conquer these forces, yet we are entitled to find our solace. So, here with some paper and ink, I have decided to write them...

85. Bukan Cinta yang Buta, Engkaulah yang Buta

Bukan Cinta yang Buta, Engkaulah yang ButaOrang yang dicintai selalu nampak indah bagi yang mencintainya. Cinta menutupi seluruh kekurangan diri orang yang dicintai. Apa pun yang orang katakan kepadamu tentang orang yang engkau cintai, engkau tutup mata dan telingamu, karena orang yang tercinta adalah sosok yang sempurna di matamu. Jika engkau membayangkan dan membicarakan orang yang dicintai, kau tak akan membicarakan kekurangannya. Pijaran api pun kalau perlu kau padamkan untuk menutupi kelam pada sosok yang tercinta. Kau tahu,

86. Lukisan Jiwa Manusia

Lukisan Jiwa ManusiaPuisi adalah tulisan yang terukir indah serapan perasaan. Dengan yakin kita dapat menuangkan isi perasaan kita pada goresan tinta. Dengan puisi kita dapat bebas menuangkan buah pikir kita, perasaan resah, gundah, maupun senang yang menyelimuti diri. Puisi, serapan perasaan yang mengantarkan khayali ‘tuk indah dibaca dan dilantunkan. Dalam menulis puisi dibutuhkan imajinasi. Imajinasi yang melekat pada diri setiap insan pastilah berbeda. Itulah yang membuat puisi satu dengan yang lainnya tak sama

87. Rindu Berkisah

Rindu BerkisahMalam terbingkai rinai yang berderak Kecipak iramanya mainkan nada rindu Rindu pada sepenggal kisah yang terserak Dulu, saat kedewasaan belum mampu kitaramu Nuansa rindu bersinergi dalam riak sang rinai Rinai yang tak jemu menyirami kegersangan kalbu Setia menyirami bunga-bunga yang bermekaran di taman hati Rindu pun berkisah dan mengenergi dalam selaksa harap

88. PUZZLE Cinta : Romansa Ruang Hampa Cahaya

PUZZLE Cinta : Romansa Ruang Hampa CahayaCoretan hati dari Dira Ernawati (AsmaraDea), seorang Dosen Teknik yang jatuh cinta setengah mati dengan dunia fiksi dan puisi. Puzzle Cinta adalah kumpulan puisi pertamanya yang bercerita tentang berbagai rasa cinta yang manis, pahit, hambar dan kadang perih, semuanya lengkap tersaji disini. Total lebih dari 50 keping puisi terangkai untuk mewujudkan PUZZLE Cinta yang penuh rasa. Beberapa judul puisi yang menggelitik untuk dinikmati : Aku siap, sayang!, Pasung rasaku, Mencumbu rindu, Menunggu

89. Gulali Cinta

Gulali CintaDalam fase remaja, labilitas merupakan sebuah keniscayaan. Dimana setiap remaja selalu menemukan dirinya di zona yang sama. Dia akan terjatuh, terhanyut atau terseret arus, adalah pilihan masing masing. Namun setidaknya ada satu hal yang menjadikan labilitas sebagai perangai dan sosok yang sedang mencari. Kemudian ia keluar dari goa dan menyentuh secercah cahaya. Penanaman nilai kehidupan dari seorang remaja -yang mencari dirinya, novelis dan jurnalis muda Fifi Al Fiana Rasyidah tidak dapat dip

90. Dari Biru hingga Abu-abu

Dari Biru hingga Abu-abuKumpulan karya ini syarat dengan nilai imaji yang berpotensi menjadi sumber penyambung lahirnya inspirasi. Gaya, diksi, larik, dan tipografi telah dikemas dengan kandungan daya ungkap amanat yang dapat menjadi diskripsi jati diri penulis yang tampak sudah memiliki kekuatan memposisikan diri. Semua terpancar pada pribadi Putra, yang senantiasa terbaca sejak awal pertumbuhan karya hingga berbagai prestasi menguatkan makna yang terformulasi dalam kumpulan puisi ini. ( Suyoso M.Pd ) Pergolakan batin, kepekaan sosial, dan suara hati yang melankolis menjadi warna kental dalam kumpulan puisi ini. Kreativitas, daya imajinasi, dan kepekaan sosial yang dimiliki Syahputra Wibowo ibarat setetes air di padang gersang. Sejuk dan memiliki daya dorong motivasi yang kuat untuk berkreasi. ( Rohmad Widiyanto, M.Hum ) Dunia remaja penuh pesona dan angan, begitu juga dengan sosok Syahputra Wibowo. Ia masuk mengarungi perkembangan zaman. Ia masih muda belia tetapi sudah berkarya melalui kumpulan puisi yang luar biasa, sebagai tanda diri menjadi pemerhati bangsa. ( Moliati, S.Pd )

91. Melukis Waktu

Melukis WaktuKOMUNITAS SABDA BUNIAN adalah wadah bagi para pemula-penggiat sastra dan seni untuk mengembangkan kreatifitasnya. Komunitas yang terbentuk pada 17 April 2011 lahir dengan tekad memberikan dan menambah warna baru dalam kesusastraan Indonesia, khususnya Kota Tanjungpinang, Dengan semboyan “Satu Sabda Gurindam Jiwa”, mengukuhkan semangat kesatuan dan persatuan anggota komunitas untuk membangun dan mewujudkan mimpi-mimpi bersastra, dan berkesenian khususnya di ibu kota Provinsi Kepulauan Riau ini. Tentunya dalam berekspresi kearah positif suatu karyanya serta konsisten dalam bertutur dan bertindak untuk memunculkan ide-ide dan tindakan kreatifnya.

92. Romansa 13

Romansa 13Membaca Kumpulan Sajak Romansa 13, yang digoreskan oleh pena siswa siswi SMA Negeri 2 Sekayu serasa menikmati alunan lagu yang romantis. Ada lagu tentang matahari, rumputan, cinta ibu, angin, bahkan pantai yang mengalun merdu. Para penyair yang sedang tumbuh tersebut mencoba menggalunkan lagu-lagu romantis dalam bahasa puisi yang menggugah imajinasi. Aku ingin menjaring matahari /Dengan mata telanjangku /Tak peduli seberapa panas dan perih /Aku akan tetap menjaring matahari/Aku ingin membunuh rembulan/Dengan sesosok pungguk yang merinduinya (“Aku Ingin”). Personifikasi yang hidup dan menggugah imajinasi. Demikian juga: jikala aku seonggok debu jangan pernah kau genggam aku terlalu erat, / karena aku akan terikat dan keluar dari sela-sela jarimu (“Jika aku Seonggok Debu...”. Personifikasi yang mencoba menyadarkan pembaca mengenai hakikat keberadaan kita. Masih banyak penjelajahan imaji lainnya yang kesemuanya membawa kesegaran dan mendorong kita untuk menikmatinya.

93. Mengabadikan Kita : Tentang Perjalanan Senja

Mengabadikan Kita : Tentang Perjalanan SenjaAku namai ini rindu sebuah debaran dada sebelah kiriku dan baris puisiku yang tak mampu aku tuliskan hingga entah. Aku masih menunggu di sini, Nona. Di tepian telaga ketika senja merayap diam dalam rintik matamu. Aku rindu. Jika kamu adalah pagi, aku akan selalu merindukanmu seperti nyanyi puisi yang mencintai sajaknya Suatu kejutan yang tak terkira bisa memenangkan sebuah event yang luar biasa ini. Sebelumnya saya hanya coba-coba buat ikut event BYT ini untuk mencari pengalama

94. Mengejar Senja

Mengejar Senja“Mengajak pembaca berkelana dalam rangkaian kalimat laksana mengarungi samudera yang berisi riak dan gelombang serta karang yang menantang. Cinta dan rindu tidak akan pernah habis dalam kehidupan, tinggal bagaimana kita memaknainya, karena petunjuk itu bukan milik, perkataan, dan kalimat manusia.” (Soetan Radjo Pamoentjak - penulis kumpulan puisi Keris Tua Merajah Malam)

95. Dejavu Rindu

Dejavu Rindusudah ada

96. Ayo! Masuk Ke Duniaku

Ayo! Masuk Ke DuniakuDunia anak adalah dunia yang sangat mengasyikkan. kita bisa menemukan banyak hal yang unik dan menarik dari dunia tersebut. kumpulan puisi anak ini berisikan segala sesuatu yang ada dalam dunia anak-anak. tema dan isi dari puisi-puisi yang ada, meruapakan segala hal yang ditemui dan dirasakan oleh anak-anak setiap hari. kumpulan puisi ini juga memuat nilai-nilai karakter yang sangat dibutuhkan anak-anak untuk membantu mereka menjadi anak yang kreatif dan cerdas. kreatif dan cerdas dalam menyikapi segala hal yang ia temui dalam dunianya yang unik dan menarik.

97. Sekuntum Padma di Seberang Jendela

Sekuntum Padma di Seberang Jendelasebab saya pernah mendengar cinta, maka saya menikmati alunannya. sebab saya pernah membaca cinta, maka saya kemudian menuliskannya. sebab saya pernah mengalami cinta, maka saya mesti siap bila terluka. sebab cinta yang menjadikan saya sebagai manusia, maka saya tak hendak menghujat manusia lainnya. sebab sekian catatan cinta dalam buku ini bukan catatan cinta biasa, maka nikmati saja sampai halaman akhir tanpa mulut nyinyir atau mencibir.

98. PELANGI SEPERTIGA MALAM

PELANGI SEPERTIGA MALAMaku berpuisi di sini hari ini karena belati tak lagi tajam bernyanyi biar penaku menatah prasasti di bawah Arasy biar puisiku merobek langit membelah bumi Puisi adalah rehat bagi jiwa yang penat. Puisi adalah penawar dahaga di tengah teriknya sahara. Namun lebih dari itu, puisi adalah cermin tempat kita berkaca tentang eksistensi diri di hadapan Sang Pencipta. Ia adalah barisan kata tempat kita mengeja kehendak dan keagungan-Nya. Maka puisi adalah dzikir untuk mengingat-Nya. Maka puisi adalah

99. Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan

Sepasang Sayap yang Menerbangkan IngatanMengapa perlu puisi? Bukankah hidup tak melulu serangkaian kata? Bukankah hidup ini nyata, seperti air yang bisa kau sentuh? Apa artinya kata-kata, jika kau masih punya penghapus untuk membuatnya hilang jadi cerita Mengapa perlu puisi? Bukankah tak semua kegundahan harus dilantunkan dengan indah? Bagaimana dengan marah-marahku? Bagaimana dengan resah-resahku? Sesekali aku ingin memaki; kepadamu juga kepada hidup yang berputar-putar--membuatku jengah dan kau masih meminta sebuah puisi? Sesekali aku ingin teriak; dengan sekotor-kotornya kalimat dan akan membuatmu berhenti meminta Masihkah perlu puisi?

100. Detak Takut

Detak TakutAhh..., ternyata Hirish Prako yang saya kenal mampu untuk menulis puisi. Melankolis, jenaka, marah, cinta, semua menggambarkan ekspresi sang penulis. Gender itu memang konstruksi sosial mas! Bukan karena hanya ada yang menggantung di dalam celana (hal 27) hahaha...Sesungguhnya puisi-puisi dalam buku ini, memperlihatkan sisi feminitas penulisnya. Selamat menikmati. (Nurul Arifin, perempuan aktivis dan politisi) Kata-kata sering jadi kehilangan makna justru ketika ia diuntai, ditata secara berlebihan, dan dipolitisasi. Hirish Prako tidak termasuk dalam golongan penyair yang suka berlebih-lebihan. Kata-katanya sederhana, efisien, seperti hujan lewat. Imajinatif. Mengingatkan kita pada Haiku, puisi klasik Jepang. Banyak peristiwa melintas. Seperti dalam siaran berita di televisi. (Adhie M Massardi, mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid. Kini Koordinator Gerakan Indonesia Bersih) Buku puisi “Detak Takut” karya Hirish Prako adalah refleksi kehidupan sehari-hari penyairnya yang penuh warna. Salah satu warna itu adalah takut. Ketakutan sebenarnya penting untuk menghargai hidup yang penuh tantangan. Ada kebimbangan, kesepian, ketakpastian, cinta, tragedi, dilema, pilihan, pertemuan, pengkhianatan, kegelisahan, dan beragam situasi yang dihadapi. Hidup tanpa ketakutan seperti sayur tanpa garam. Namun hidup yang disandera ketakutan, seperti tersesat di ruang waktu, berujung sia-sia. Selamat pada Hirish Prako yang telah menghadirkan dialog jujur dalam puisi-puisinya. (Fadli Zon, politisi dan budayawan)


Leutika Leutika