Seorang Ramadhan Pohan pernah mencatat rekor di MURI sebagai anggota dewan yang pertama kali mengelola website sebagai ruang komunikasi dan informasi dengan konstituen. Wakil rakyat dari Partai Demokrat ini dulu memang berprofesi sebagai wartawan, jadi urusan jurnalistik sudah tidak begitu asing lagi. Pak AM Fatwa, saat menjadi anggota DPR dari PAN juga pernah menorehkan prestasi, yakni penulis buku terbanyak selama berkiprah di Senayan. Selain itu, ada sosok Anis Matta, mantan wakil ketua DPR dari PKS yang sangat piawai merangkai kata dalam setiap tulisannya. Anis terkenal sebagai penulis buku-buku politik dan dakwah, dan tulisannya banyak menjadi rujukan di kalangan aktivis dakwah kampus.

 

Anggota dewan seperti Pak Ramadhan, Pak Fatwa, dan Pak Anis pasti juga punya kebiasaan banyak bicara. Ini sebagai konsekuensi menjadi wakil rakyat. Wakil rakyat adalah penyambung lidah rakyat, apa jadinya jika diam membisu. Maka, seharusnya wakil rakyat juga menuangkan apa yang mereka suarakan dalam bentuk tulisan. Mereka harus menulis. Dengan tulisan ide-ide yang dikeluarkan akan lebih abadi. Jangkauannya pun meluas. Paling tidak bila dibandingkan dengan berbicara yang seketika gaungnya hilang, kecuali bila direkam.

 

Orang dikenang karena tulisannya. Orang dikecam juga karena tulisannya. Banyak manfaat dari menulis. Selain menyalurkan hobi, menjadikan sebagai profesi, juga sebagai saluran komunikasi. Namun, jarang sekali orang mau menulis. Kalaupun ada yang mau, tak jarang mereka merasa tak mampu. Mengutip nasihat Imam Al Ghazali, “Bila kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.” Maka, tulisan-tulisan di dalam buku ini merupakan sebuah ikhtiar untuk meninggalkan jejak di dunia. Jejak yang baik tentunya. Ini bukanlah buku tentang biografi, meskipun ada sebagian catatan kehidupan saya di dalamnya. Apalah saya, anak raja bukan, anak ulama besar juga bukan. Mudah-mudahan tulisan-tulisan di dalam buku ini membawa manfaat. Selamat menikmati.