Katalog Buku
391. Dejavu Rindu
sudah ada392. Deklarasi Mimpi
“Jika tak sanggup, pulanglah nak. Kau masih bisa makan di desa ini tanpa kuliah.” “Benar kata ibumu, kita sudah ditakdirkan menjadi orang desa. Tak ada gunanya memaksakan diri menjadi orang kota.” Pungkas ayah “Aku hanya ingin di doakan bu, yah. Tolong doakan yang baik-baik untukku. Aku pamit ya.” Menjadi anak desa dan memiliki mimpi besar di Kota sudah bukan hal yang tabu, hamper seluruh dari kami yang notabennya anak desa memilih merantau. Ada yang benar-benar ingin menggapai mimpi, ada yang hanya untuk pembuktian diri bahkan adapula yang hanya gaya-gayaan. Kisah anak desa yang mendapatkan beasiswa pun tak sedikit, sayangnya tak sedikit pula yang mempergunakan uangnya diajalan yang salah bahkan berakhir putus kuliah. Aku tak berniat mendaftar beasiswa, karena ku tahu jumlah saingan yang tidak sedikit. Walau sudah tentu aku ikut memasukkan berkas pendaftaran. Saat keluar meninggalkan desa, aku ditampung oleh seorang polisi dengan catatan aku bertugas mengurusi rumah dan merawat anak-anaknya yang masih kecil. Karena sudah menyukai dunia pertanian, aku mencoba menanam sendiri berbagai macam bunga hias untuk ku jual. Saat itu belum ramai orang yang memajang bunga-bunga hias di teras dan halaman rumah mereka, hal tersebut menjadi nilai tambah untukku karena bunga yang ku jual cukup laris diburu. Awalnya hanya sekitar rumah yang ku tawarkan, lalu lama-kelamaan mulai tersebar karena sering dibicarakan ibu-ibu rumah tangga yang sering membeli bungaku.393. DEMIT
Semua cerpen dalam naskah ini berlatar sosial dan budaya kehidupan Jawa. Cerita pada naskah ini dimaksudkan untuk membalikkan tahayul dengan logika dan nalar sehat.394. Dengan Cinta-Mu Aku Memberi
Dengan cinta seseorang mampu tegak berdiri menjalani hidup penuh dengan keterkejutan. Dengan cinta pun seseorang mampu terperosok hingga tak bermuara dan tak berujung. Namun, hal ini tak kan pernah berlaku bila Tuhan Bicara Cinta. Kekerasan, kebakhilan akan luluh bila cinta yang bicara hingga muncul keikhlasan, kedermawanan, keharmonisan, dan kesetiaan. Kisah bertabur makna dan berhias inspirasi yang membuat Anda penasaran??? Selami kisahnya di buku sederhana ini.395. DESAIN & PEMROGRAMAN WEB
Pemrograman web merupakan kajian yang sangat kompleks. Buku ini secara umum menceritakan dan menyajikan desain perancangan dan pemrograman web secara ringan dan menarik. Semoga bisa membantu siapa saja yang ingin mempelajarinya. ~Lucky Agus Saputra~396. Desain Pembelajaran Blended Learning untuk Mata Kuliah Statistik
Buku ini berisi tentang Desain Pembelajaran Berbasis Blended Learning khusus untuk Mata Kuliah Statistik Strata Satu. Materi yang ada dalam buku meliputi: 1. Pendahuluan Blended Learning 2. Perancangan Blended Learning Mata Kuliah Statistik 3. Pengertian Dasar Ilmu Statistik 4. Skala Pengukuran 5. Operasi Program SPSS 6. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen 7. Uji Normalitas Dan Outlier 8. Uji Beda T Test 9. Uji Asumsi Klasik 10. Regresi Linier 11. Analisis Korelasi 12. Analisis Faktor 13397. Detak Takut
Ahh..., ternyata Hirish Prako yang saya kenal mampu untuk menulis puisi. Melankolis, jenaka, marah, cinta, semua menggambarkan ekspresi sang penulis. Gender itu memang konstruksi sosial mas! Bukan karena hanya ada yang menggantung di dalam celana (hal 27) hahaha...Sesungguhnya puisi-puisi dalam buku ini, memperlihatkan sisi feminitas penulisnya. Selamat menikmati. (Nurul Arifin, perempuan aktivis dan politisi) Kata-kata sering jadi kehilangan makna justru ketika ia diuntai, ditata secara berlebihan, dan dipolitisasi. Hirish Prako tidak termasuk dalam golongan penyair yang suka berlebih-lebihan. Kata-katanya sederhana, efisien, seperti hujan lewat. Imajinatif. Mengingatkan kita pada Haiku, puisi klasik Jepang. Banyak peristiwa melintas. Seperti dalam siaran berita di televisi. (Adhie M Massardi, mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid. Kini Koordinator Gerakan Indonesia Bersih) Buku puisi “Detak Takut” karya Hirish Prako adalah refleksi kehidupan sehari-hari penyairnya yang penuh warna. Salah satu warna itu adalah takut. Ketakutan sebenarnya penting untuk menghargai hidup yang penuh tantangan. Ada kebimbangan, kesepian, ketakpastian, cinta, tragedi, dilema, pilihan, pertemuan, pengkhianatan, kegelisahan, dan beragam situasi yang dihadapi. Hidup tanpa ketakutan seperti sayur tanpa garam. Namun hidup yang disandera ketakutan, seperti tersesat di ruang waktu, berujung sia-sia. Selamat pada Hirish Prako yang telah menghadirkan dialog jujur dalam puisi-puisinya. (Fadli Zon, politisi dan budayawan)398. Deteksi Dini Kanker Rongga Mulut
Beragam jenis kanker yang bermanifestasi di dalam rongga mulut dapat dikenali dan dideteksi secara dini sehingga penderita mendapatkan terapi sedini mungkin. Buku ini menguraikan secara ringkas mengenai deteksi dini kanker pada rongga mulut dan upaya pencegahannya.399. Determinan Kualitas Hidup Lansia: Monograf
Buku Monograf ini berisi tentang pengalaman penulis dalam melakukan penelitian Bidang Kesehatan dengan Topik “Determinan Kualitas Hidup Lansia” pada sub ilmu Keperawatan Gerontik. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara sebagai wudud tanggung jawab penulis dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hadirnya buku ini dimaksudkan untuk membagi pengalaman peneliti dengan sesama peneliti maupun mahasiswa sehingga ke depan dapat lebih b400. Dhemit Nguntal Dhuwit
Kenapa irah-irahan antologi geguritam iki “Dhemit Nguntal Dhuwit”? Dhemit iku aran liya saka setan utawa lelembut. Luwih saka iku, laku dedhemitan asring digunakake marang tindakan sesidheman yaiku meneng-menengan ora ana siji wong kang weruh. Korupsi itu umume dilakoni kanthi sesidheman alias nglimpekke. Yen bisa aja nganti ana sing weruh lan oleh-olehane rupa dhuwit kang panas utawa haram. Geguritan kang kapacak ana ing buku iki ditulis dening penyair asal sakdengah daerah, kayata Jakarta, Bekasi, Ngawi, Sragen, Banyumas, Mojokerto , Semarang lan liya-liyane. Antologi geguritan iki mbokmewa nembe siji-sijine buku kang isine geguritan ngemu tema nolak korupsi kang diterbitake ana ing sastra Jawi.Sebelumnnya [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22] [23] [24] [25] [26] [27] [28] [29] [30] [31] [32] [33] [34] [35] [36] [37] [38] [39] [40] [41] [42] [43] [44] [45] [46] [47] [48] [49] [50] [51] [52] [53] [54] [55] [56] [57] [58] [59] [60] [61] [62] [63] [64] [65] [66] [67] [68] [69] [70] [71] [72] [73] [74] [75] [76] [77] [78] [79] [80] [81] [82] [83] [84] [85] [86] [87] [88] [89] [90] [91] [92] [93] [94] [95] [96] [97] [98] [99] [100] [101] [102] [103] [104] [105] [106] [107] [108] [109] [110] [111] [112] [113] [114] [115] [116] [117] [118] [119] [120] [121] [122] [123] [124] [125] [126] [127] [128] [129] [130] [131] [132] [133] [134] [135] [136] [137] [138] [139] [140] [141] [142] [143] [144] [145] [146] [147] [148] [149] [150] [151] [152] [153] [154] [155] [156] [157] [158] [159] [160] [161] [162] [163] [164] [165] [166] [167] [168] [169] [170] [171] [172] [173] [174] [175] [176] [177] [178] [179] [180] [181] [182] [183] [184] [185] [186] Selanjutnya