Katalog Buku
401. DI BALIK KECEWA
Kecewa adalah suasana hati ketika sesuatu yang diinginkan atau sesuatu diharapkan belum terujud atau bisa juga karena sesuatu yang dimiliki kemudian hilang. Kenapa seseorang bisa kecewa? Karena manusia di anugerahkan Tuhan Nafsu dan hati nurani sehingga ketika ada keinganan hawa nafsu yang tidak atau belum tercapai maka hati merasa kekecewaan. Berbeda dengan hewan yang hanya dilengkapi dengan hawa nafsu tapi tanpa hati nurani maka ketika ada keingan nafsunya yang tidak terpenuhi maka hewan biasa saja. Makanya tidak pernah ada hewan yang kecewa karena tidak mendapat makanan terus putus asa dan tidak mau makan lagi. Dengan begitu tentunya ada maksud dan tujuannya kenapa Tuhan menjadikan manusia memiliki hati nurani sekaligus hawa nafsu. Agar dengan hawa nafsunya manusia bersemangat berbuat untuk kesejahteraan dirinya dan agar dengan hati nuraninya manusia mengontrol diri dari hal-hal yang tidak boleh dilakukannya. Keseimbangan nafsu dan hati nurani bukan hanya berguna pada awal usaha atau ketika akan memulai atau mengusahkan sesuatu. Tetapi seharusnya juga digunakan pada akhir usaha atau ketika apapun hasil dari usaha atau keinginan yang sudah dilakukan. Sehingga seharusnya ketika usaha telah membuahkan hasil yang sesuai dengan keinganan hawa nafsu maka hati nurani akan berbahagia dan bersyukur. Sebaliknya ketika usaha belum membuahkan hasil sesuai dengan keinginan hawa nafsu maka seharusnya hati meresponnya dengan sabar dan ikhlas. Lalu pertanyaannya kenapa ada hati yang kecewa? Kekecewaan hati muncul karena dalam menyikapi hasil usaha seseorang lebih dominan menggunakan hawa nafsu dari pada hati nurani. Lalu apakah kecewa salah? Jawabannya : Tidak!! Asal kecewanya hanya sesaat saja. Selanjutnya menjadikan kecewa tersebut sebagai pemicu untuk seseorang selalu mengintrospeksi diri atas semua rencana dan perbuatannya selama ini serta menemukan penyebab kegagalan. Bahkan untuk memicu munculnya energi ekstra untuk meraih kesuksesan demi kesuksesan kadang-kadang diperlukan efek dari kecewa terlebih dahulu. Adakalanya efek dari satu kali kekecewaan saja sudah cukup dan mampu membangkitkan energi ekstra untuk meraih kesuksesan demi kesuksesan. Namun kadang-kadang dibutuhkan beberapa kali kekecewaan barulah terpicu energi ekstra dan jalan terang meraih sukses atau keberhasilan. Untuk itu jangan pernah menganggap kekecewaan sebagai malapetaka yang mengancam atau menutup peluang kesuksesan berikutnya. Tentunya jika kecewa tersebut disikapi secara positif dengan mengambil hikmah dan pelajaran serta kecewa harus diikuti dengan tekad untuk tidak mengulang kekecewaan berikutnya. Analoginya seperti seorang pemain layangan yang kecewa karena layangannya putus ketika layangan tersebut sedang melayang tinggi di atas awan. Layangan yang bisa naik tinggi menembus awan pasti layangan yang baik dan dibuat dari bahan yang baik sehingga juga sangat disayang oleh pemiliknya. Sehingga ketika layangan tersebut putus maka si empunya layangan pasti berusaha mengejar dan mencari sampai layangan tersebut didapat kembali. Kecepatan lari dan stamina si empunya layangan ketika mengejar layangan tersebut sampai didapatkannya layangan tersebut kembali sudah pasti jauh lebih cepat dan lebih kuat.402. Di Balik Kecewa (Edisi 2)
Kecewa adalah suasana hati ketika sesuatu yang diinginkan atau sesuatu diharapkan belum terwujud atau ketika sesuatu yang dimiliki kemudian tidak lagi dimiliki. Kenapa seseorang bisa kecewa? 1. Karena menganggap apa yang diinginkan dan apa yang dimiliki bukanlah milik Tuhan sehingga kapan diberikan dan kapan diambil lagi bukan hak Tuhan. 2. Kurang sabar atau kurang yakin menunggu sesuatu yang diharapkan. 3. Kurang meyakini sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 4. Kurang meyakini ka403. Di Bawah Bayang-bayang Imigran Gelap
Tanpa mereka sadari, mereka telah diikuti oleh beberapa perampok yang tiba-tiba satu di antaranya langsung menyerang mereka. Orang itu menabrakkan badannya ke Jayadi dan mengancam Jayadi dengan sebilah pisau.404. Di Bawah Langit Bandung
“Lo mungkin sekarang nggak akan tahu. Setahun, lima tahun, atau sepuluh tahun lagi lo bakalan jadi apa, dan tinggal di negara mana. Yang perlu lo lakuin adalah yakin sama garis takdir dari Allah. Yakinlah seperti Tebing Keraton, karena pasti dia nggak akan nyangka kalo bisa jadi tempat wisata yang banyak dikunjungi orang seperti sekarang ini.” Mungkin hanya manusia saja yang dapat bercerita, tetapi tahukah kamu bahwa tempat yang pernah kamu kunjungi dapat bercerita? Mereka bercerita dengan cara405. Di bawah Langit Kebangsaan
Apa kabar bangsamu, nak?. Barangkali engkau lupa dan lebih disibukan dengan jadwal malam minggu atau konser boyband kesayanganmu. Sempit sekali waktu untuk sempat melihat apa yang terjadi pada peradaban yang saat ini sebenarnya adalah tanggung jawabmu. Ah sudahlah, berkelit sana sini menunjuk bahwa bangsa ini urusan mahasiswa fakultas sosial dan politik. Anak teknik diam saja, yang penting bagaimana setelah lulus bekerja diperusahaan asing. Anak ekonomi bagaimana bekerja di BUMN, anak bahasa bagaimana mendapatkan pekerjaan harapannya. Juga dinamika agama yang jadi tanggung jawab ustadz dan pemuka agama. Cukup bayar pajak dan tidak menjadi teroris sudah lebih dari cukup menjadi warga negara yang baik. Tidurlah, mengamati berita tentang perkembangan bangsa adalah tugas manusia sok idealis, sok tahu dan sok sibuk. Celaka, jika yang seperti ini yang terpatri dalam kolom pemikiran kita!. Ingatlah, yang terpenting dari belajar dan kuliah yang selama ini kita jalani bukan sekedar untuk tahu, tapi untuk bisa peka. Soal rezeki, Tuhan yang atur. Tapi untuk bisa peka dan tidak apatis, kemauan kita yang atur, kemauan untuk memilih menjadi bermanfaat atau tidak. Dengan peka akan menghasilkan rasa memiliki, dengan rasa memiliki akan menghasilkan cara dan solusi, dengan cara dan solusi akan menghasilkan perubahan. Perubahan memang selalu diawali dari rasa peka. Itu hukumnya. Dan buku ini menawarkan obar penyubur kepekaan tersebut. Semoga. ‘Dibawah langit kebangsaan’, mencoba berinteraksi dengan pikiran anda untuk lebih variatif. Menggali yang selama ini masih terpendam pleh runitas s406. Di Bawah Langit Ramadhan
Kisah cinta berliku, penuh drama dan pengorbanan. Elang, lelaki yang kehilangan arah hidup di tengah kemelut keluarga, terjebak dalam dua cinta wanita.407. Di Masjid Hatiku Terkait
Di pojok masjid ini kami banyak menemukan keajaiban. Ada cerita sederhana, reflektif dan keindahan hati yang sulit terlukiskan. Kadang, barisan itu punah, menyisakan puing tanpa manusia.408. Di Serambi Jiwa
Kumpulan puisi renungan dan motivasi, yang ketika Anda membacanya maka seolah jiwa Andalah yang mengeluarkan bait demi bait katanya… dari serambi yang telah tercipta untuk terwujudkan!409. Di Taman Itu, Aku Memperjuangkan-Mu
“Menunggu apa lagi dirimu?” tiba-tiba suara itu menanggalkan lamunanku. Menyentak pelan tapi pasti. “Bukankah seorang pencari, tidak hanya berdiam diri? Menunggu? Bukankah seorang pencari itu kuat sebab berjuang untuk tetap berjalan dan berjalan? Bukan duduk dan mendiamkan diri.” Itulah sentakan Bapak,seorang laki-laki penjaga taman yang menyadarkan tokoh 'aku'--bahwa mencintai itu adalah sebuah perjalanan ke dalam dan bukan hanya berdiam diri menanti harapan itu datang di depan mata. Perjalan410. Di Ujung Langit Masih Ada Mimpi
Tiga belas cerita yang ditulis oleh 13 penulis cilik siswa Sekolah Alam Bogor. Cerita yang diangkat bercerita tentang kehidupan, persahabatan, lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Di Ujung Langit Masih Ada Mimpi adalah cerita pendek karya Nesya (siswa kelas 4 SD Sekolah Alam Bogor), bercerita tentang perjuangan anak-anak kampung dalam meraih mimpi di tengah keterbatasan. Ada juga cerita berjudul Gara-gara Slime yang ditulis oleh Theta (Kels 3 SD Sekolah Alam Bogor) bercerita tentang seorang anak yang terpaksa berbohong demi membeli bahan-bahan slime. Cerita berjudul Tetangga Baru yang ditulis Sheila (Siswa kelas 5 SD), bercerita tentang sahabat sejati yang sempat terlupakan karena tabrak lari. Selain tiga cerita di atas, masih ada 10 cerita lainnya yang tak kalah seru. Cerita dalam kumcer ini ditulis oleh siswa kelas 2, 3, 4, dan 5 SD Sekolah Alam Bogor.Sebelumnnya [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22] [23] [24] [25] [26] [27] [28] [29] [30] [31] [32] [33] [34] [35] [36] [37] [38] [39] [40] [41] [42] [43] [44] [45] [46] [47] [48] [49] [50] [51] [52] [53] [54] [55] [56] [57] [58] [59] [60] [61] [62] [63] [64] [65] [66] [67] [68] [69] [70] [71] [72] [73] [74] [75] [76] [77] [78] [79] [80] [81] [82] [83] [84] [85] [86] [87] [88] [89] [90] [91] [92] [93] [94] [95] [96] [97] [98] [99] [100] [101] [102] [103] [104] [105] [106] [107] [108] [109] [110] [111] [112] [113] [114] [115] [116] [117] [118] [119] [120] [121] [122] [123] [124] [125] [126] [127] [128] [129] [130] [131] [132] [133] [134] [135] [136] [137] [138] [139] [140] [141] [142] [143] [144] [145] [146] [147] [148] [149] [150] [151] [152] [153] [154] [155] [156] [157] [158] [159] [160] [161] [162] [163] [164] [165] [166] [167] [168] [169] [170] [171] [172] [173] [174] [175] [176] [177] [178] [179] [180] [181] [182] [183] [184] [185] [186] Selanjutnya