slogan leutika prio

Katalog Buku

741. Keong Racun dan Tokek Belang

Keong Racun dan Tokek BelangShinta dan Jojo adalah dua gadis yang menderita penyakit kulit sejak lahir sehingga orang-orang merasa jijik dengan penyakit gadis itu. Ia hidup bersama kedua orang tuanya yg bernama Paijo dan Sartiyem, sehari-hari ia bekerja sebagai petani dan pengumpul kayu bakar untuk memenuhi kehidupan hidupnya. Pada suatu hari, mereka pergi ke hutan mencari kayu bakar dan tiba-tiba turun hujan deras, mereka mencari tempat berteduh tetapi tak disangka ia menemukan sebuah goa keramat yang ada penunggunya “Mbah Maridjan”. Di dalam goa itu mereka menemukan sebuah kolam air yg mengeluarkan cahaya terang benderang, yang kabarnya jika air itu dibasuhkan ke seluruh wajah dan tubuhnya karena konon kabarnya dapat menyembuhkan penyakit kulit yang di derita oleh Shinta dan Jojo. Setelah Shinta dan Jojo meminum air pada saat bulan purnama perubahan terjadi pada kulitnya, mereka jadi berubah menjadi dua wanita cantik dan tidak buruk rupa lagi. Bagaiamana kelanjutan kisahnya, silahkan pesan buku ini

742. Kepada lelakiku

Kepada lelakikuSurat-surat cinta untuk suami tersayang

743. Kepemimpinan Strategis, Desain Pekerjaan Terhadap Motivasi Dan Kinerja Sumber Daya Manusia

Kepemimpinan Strategis, Desain Pekerjaan Terhadap Motivasi Dan Kinerja Sumber Daya ManusiaBuku ini membahas tentang Kepemimpinan strategis, desain pekerjaan terhadap Motivasi dan Kinerja Sumber daya manusia khususnya Perbankan. Buku ini terwujud sejalan dengan program transformasi yang tengah dijalankan oleh Bank Sulselbar dalam melakukan inovasi untuk memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan. Serta hasil diskusi dengan para ahli dan praktisi perbankan yang senantiasa memberi dukungan pemikiran dan data terupdate khusunya menyangkut sumber daya manusia. Bagi pembaca yang memerlukan referensi terkait sumber daya manusia buku ini sangat tepat karena disusun dengan dengan sangat simpel dan dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti agar memudahkan pembaca memahami isinya.

744. Kepentok Jodoh

Kepentok JodohJodoh? Bisa mudah tapi bisa juga susah mendapatkannya. Namun semuanya bisa dihadapi dengan santai dan jenaka seperti yang tertuang dalam buku Antologi cerpen fiksi mix kisah nyata seputar perjodohan ini!

745. Kepingan Mozaik

Kepingan MozaikSetiap manusia pasti memiliki kepingan-kepingan mozaik dalam hidupnya. Maka temukan dan susunlah kepingan-kepingan itu. Memang tak semuanya indah. Namun kita harus tahan melihat ulat jika kita ingin melihat kupu-kupu.

746. Keputusan

KeputusanBenang takdir menyulam kembali kedua insan yang telah lama berpisah, Aries dan Sagitarius dipertemukan kembali setelah satu tahun menyudahi hubungan cinta mereka. Pertemuan mereka justru membuat rasa yang telah lama tenggelam di dasar hati kembali muncul ke permukaan. Mencoba menepis semua rasa namun akhirnya memang semua itu terasa nyata. Aries pun mengungkapkan isi hatinya, namun tidak untuk Sagitarius. Mungkin rasa itu masih sama untuknya tapi tidak untuk keadaannya.

747. Kereta Terakhir

Kereta TerakhirCinta... Rangkaian aksara yang tak akan pernah kehabisan makna. Tak terprediksi kapan datangnya dan acapkali si empunya hati tak menyadari keberadaannya.

748. Kerinduan Di Balik Toga

Kerinduan Di Balik TogaAku menatap mama hingga tubuhnya menghilang di balik pintu masuk menuju pesawat, ada kesedihan yang tiba-tiba menyelimutiku saat itu. Aku harus berjuang mengusir kesepian dan kesunyian saat orang-orang terkasihku sangat jauh di pelupuk mata. Aku harus terlihat semangat di hadapan adikku. Aku tidak boleh rapuh. Namun menjalani hidup tanpa mereka memang benar-benar butuh perjuangan. Setiap malam diam-diam ku tatap wajah adikku yang tertidur pulas dengan linangan air mata. Aku tidak dapat memejamkan mata pikiranku terbang menuju papa. Aku rindu saat-saat bersama papa, aku rindu masa kecilku bersama papa atau setidaknya keadaan rumah dengan anggota keluarga yang lengkap.

749. Keringat Lelaki Tua, Kumpulan Cerpen

Keringat Lelaki Tua, Kumpulan CerpenKumpulan cerpen ini sebagian sudah dimuat di Harian Kaltim Post dan dikirim dalam berbagai even. Cerpen-cerpen ini ditulis pada tahun 2008 ke atas. Banyak refleksi kemanusiaan kita temukan dalam cerpen-cerpen ini. Di sinilah kelebihan cerpen-cerpen Sunaryo Broto. Meski cara berceritanya datar, tapi selalu saja ada titik-titik yang membuat kita sebagai pembaca merasa tersentuh dan tersentak. Sentuhan dan sentakan itu bisa berasal dari tampilnya beragam karakter manusia dan cerita yang mengelilinginya. Dalam “Pada Sebuah Buku, Pada Seorang Kawan”, misalnya, kita tersentuh oleh cerita nostalgia zaman menjadi mahasiswa dalam keadaan keterbatasan fasilitas dan finansial. Sentuhan itu dipertajam dengan hadirnya tokoh Joko yang sampai sekarang pun masih hidup dalam keterjepitan ekonomi. Cerpen “Doa Ibu”, kita bisa digoda untuk teringat pada ibu kita masing-masing dengan berbagai cerita nostalgia yang kita alami. Romantisme keluarga dengan menampilkan indahnya kehidupan “berselara masa lalu” ini juga terulang setidaknya dalam cerpen “Mudik Lebaran” dan “Keringat Lelaki Tua”. Di cerpen “Doa Ibu”, selain dibawa bernostalgia kita juga diajak berdiskusi tentang kearifan kultural, semisal pada kasus tokoh “Ibu” dan beberapa tokoh lain yang memegang teguh tradisi. Tokoh “Aku” sebagai wakil anak muda atau generasi modern yang tidak percaya pada mistisisme generasi lama ternyata tetap tak bisa lari darinya dan ketika ingin mendobrak ia mengalami kegagalan. Cerpen “Galeri Librari Nurseri” menampilkan kisah kehidupan orang tua yang bahagia dengan masa tuanya. Dari sini kita tergoda untuk gemas pada kehidupan kemanusiaan kita. Kenapa tidak semua bisa memiliki jalan hidup yang lurus-lurus seperti itu? Kenapa harus ada cerita sedih? Kenapa harus ada yang hidupnya dibayang-bayangi oleh was-was, ketegangan, dan pertikaian? “Bagaimana Rasanya Dicium Artis Setenar Desi Ratnasari?” dengan bahasa yang tidak langsung telah mengkritik fenomena lunturnya penghargaan keperempuanan. Para perempuan telah melucuti perhiasan yang secara sakral tersemat dalam dirinya dan melakukan desakralisasi. Tokoh “Anton” tak siap menerima kenyataan bahwa “Sri Lestari” yang dulu lugu itu kini terbiasa berciuman dengan lelaki. “Kurban Sapi” membuat kita terhenyak dan tersadar bahwa seringkali justru orang-orang dari kalangan bawah atau miskin lebih memiliki keikhlashan dalam bekerja untuk kemanusiaan dan ghirah dalam menjalankan ajaran agama. Perihal orang miskin dan terpinggirkan ini, dalam konteks diskusi yang berbeda, juga muncul dalam “Puisi Guru dan Sekolah Laut” dan “Cerita Sendu dari Marangkayu”. “Sepasang Sandal Tertinggal di Masjid Nan Dou Ya” sangat menarik. Beberapa hal menggelitik kita; tentang kesahajaan hidup, barang-barang mewah yang justru membelenggu pemiliknya, kejujuran manusia, serta keragaman budaya. Persoalan keragaman budaya juga sedikit tersinggung dalam “Pesan Rindu dari Kathmandu”. Cerpen ini juga menghadirkan tema romantik dan kita menjadi trenyuh menyaksikan ketegaran perempuan yang mengalami loneliness hidup sebagai janda di negeri orang. Dari luar dia tampak sebagai aktivis yang energik, tapi di sebalik itu adalah kesunyian dan getir.

750. Kerja Keras, Cerdas dan Ikhlas

Kerja Keras, Cerdas dan IkhlasSemua orang ingin baik. Itu pasti. Tapi, realitas sering bicara lain. Banyak orang yang –sudah hati-hati mengisi lembarana hidup— ternyata langkahnya masih saja terperosok ke dalam jurang kehidupan yang dalam, gelap, dan berliku. Menghadapi kenyataan ini hati terasa sakit, harga diri jatuh, dan masa depannya tak jelas: kacau. Akhirnya ada yang tidak sabar, mengambil jalan pintas: mengakhiri hidup secara tragis: bunuh diri. Na’udzu billahi mindzalik. Orang yang demikian ini lazimnya hatinya jauh dari Allah. Hatinya gelap, tak ada penyuluh. Begitu ada masalah, langkahnya gontai, ingin cepat mengkahiri hidup. Ini fenomena dunia. Setiap negara angka bunuh diri cenderung naik. Padahal bunuh diri bukan menyelesaikan masalah. Justru ini awal dari masalah besar yang dihadapi hamba untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan. Berbeda dengan orang yang dekat pada agama. Setiap ada persoalan, direnungkan dalam-dalam. Di sana ada jawaban. Dia sadar orang yang punya masalah bukan hanya dirinya. Orang lain juga diterpa masalah juga. Bahkan ada yang lebih berat lagi. Tetapi, orang lain itu berupaya tetap tenang, mengadukan persoalan kepada Allah Swt sebagai “ujung” pencarian solusi dan jawaban. Orang beriman yakin, disaat suasana genting maka pertolongan Allah pasti datang.

Leutika Leutika