slogan leutika prio

Katalog Buku

81. Aku dan Ayah

Aku dan AyahRangkaian cerita unik, menarik dan bersahaja tentang seorang anak lelaki yang tumbuh besar di Tapanuli Selatan, dalam rentang waktu setelah Indonesia merdeka. Memiliki ayah yang keras bukan kepalang, tak berarti menjadikannya anak pembangkang. Cita-cita ayahnya agar ia bersekolah tinggi, diwujudkannya dengan merantau ke Pulau Jawa. Berhasilkah ia menggapai gelar sarjana meski mengaku telah salah jurusan? Berbalut bahasa yang mudah dicerna, kisah-kisah di dalam buku ini hadir sebagai teman yang diharapkan dapat menghibur dan menginspirasi siapa saja. Sebutlah ini sebuah memoar, novel biografi -atau apapun itu namanya- tentang sosok ayah yang dicintai, disayangi, dihormati, sekaligus dirindukan, yang dalam kebersahajaan sikap dan perilakunya senantiasa memberi teladan tentang warna-warni kehidupan.

82. Aku dan Dia Takdir di ujung jalan-Mu

Aku dan Dia Takdir di ujung jalan-MuALLAH mempertemukan dua insan manusia, dengan cara yang tidak pernah terduga oleh logika manusia. Itulah takdir-Nya hanya ALLAH yang menggenggam jodoh pertemuan, perpisahan, pekerjaan, persahabatan, pertemanan atau bahkan akan menjadi musuh.

83. Aku dan Duniaku (Antologi Puisi: Tentang Rasa)

Aku dan Duniaku (Antologi Puisi: Tentang Rasa)Buku ini lahir karena pertemuan dua anak manusia, yang terjadi bukan karena kebetulan, bertemu saat kopi darat karena senang mendengar program radio, mereka menderita insomnia, dari pertemuan itu, dan komunikasi maka cerita sayair ini terkumpul menjadi elegi cinta, 50 puisi tersaji di buku ini, tentang cinta, arti persahabatan, hubungan dengan alam, dan meditasi pribadi dengan sang Pencipta. Tentang Rasa Kendati perpisahan bukan akhir segalanya Kendati pertemuan awal segalanya Jangan tangisi perpisahan tapi tangisilah pertemuan… Perpisahan kalah membuat kita rindu Pertemuan kalah membuat bahagia Selama di atas bumi masih ada langit Disinilah manusia dipertemukan

84. Aku dan Gadget, Cerita dari Seberang

Aku dan Gadget, Cerita dari SeberangSiapa yang tidak kenal dengan pulau Sapudi? mereka yang pernah tahu seputar Sapudi akan mengira ini adalah pulau di tengah lautan harta karun di dalamnya. Tapi bagi mereka yang asing dengan kata Sapudi maka perkenalkan lah dari kami yang sedia mengisyaratkan kepada duni, memberi kabar akan pesona Sapudi yang memukai mata hati mereka. Satu kesaksian kami yang hidup di tengah-tengah masyarakat pulau Sapudi, merasa aman dan tenang mendengar simfoni pagi yang dititipkan pada angin-angin itu. Pulau Sapudi banyak ditinggalkan pemudanya merantau ke luar pulau Sapudi. Di sini rasanya sangat sepi tanpa hilir mudik para pemuda. Hanya satu tahun sekali rasanya pulau Sapudi akan ramai oleh pemuda, ketika menjelang hari raya idul fitri. Kala itu mungkin keharmonisan dan cinta akan hadir di tengah-tengah pulau ini. Tapi saat saat begini, pulau Sapudi rasanya sepi sekali. Lewat tulisan-tulisan ini, kami kirimkan kabar tentang pulau Sapudi bersama pelajar SMPN 1 Gayam. Di era sekarang mungkin kita bisa bertegur sapa dan mencari informasi dalam medai sosial. Tapi mari coba kita pahami keluh kesah mereka di dalam buku ini, tentang akses internet dan gawai yang menjadi teman sehari-hari. Mereka yang hidup di tengah-tengah pulau bisa bertahan dan menyesuaikan dengan keadaan di daratan bersama kemajuan teknologi yang berkembang semakin pesat. Tidak mudah mendapat akses internet di sini. Pada kisah ini, mereka akan mewartakan keadaan Sapudi di abad ke 21 ini. Masih sama atau ada yang berubah? Mari kita sama-sama temukan jawabannya dalam bait-bait hangat di dalamnya.

85. Aku dan Kursi Roda Ajaibku di Sepanjang Jalur Protokol Jl. Sudirman-Jl. Thamrin : Pengamatan untuk Kota Ramah Disailitas

Aku dan Kursi Roda Ajaibku di Sepanjang Jalur Protokol Jl. Sudirman-Jl. Thamrin : Pengamatan untuk Kota Ramah DisailitasPerjalananku diseputaran jalur protocol Jalan Sudirman – Thamrin, berakhir di Hotel Le Meredien. Dari hotel ini juga, pagi itu kami berjalan sampai Jalan Thamrin, makan siang di sekitaran Bank BBD. Sempat naik JPO untuk melihat dari atas Jalur BusWay TransJakarta serta mencoba kenyamanan ramp untuk kursi roda ajaibku. Setelah itu, kami naik MRT di Stasiun depan Kedutaan Jerman di Jalan Thamtin, dan menuju Stasiun Gelora Senayan. Berjalan2 sekitaran sana dan naik turun JPO yang viral dengan bentuk yang intagramable. Dan, kembali ke Hotel Le Meredien, sekitar jam 18.00. Setelah itu, kami sedikit beristirahat dan pulang, dengan diantar mas Ivan ke rumahku. Aku memang ingin melihat dan merasakan sendiri, apakah aku mampu dengan nyaman untuk berkeliling dengan kursi rida ajaibku, karena itu yang aku mau bahwa, Jakarta harus segera memulai konsep “kita ramah disabilitas” nya. Juga, aku memang ingin melihat dengan detail, apa yang dikatakan banyak orang tentang kenyamanan pedestrian di jalur protocol Sudirman – Thamrin ini. Ya, memang. Pedestrian disepanjang jalan itu memang sangat nyaman, tetapi apakah hanya di jalur protokolnya saja? Bagaimana dengan jalur2 non-protokol nya? Bahkan, sedikir berbelok dari jalur itu saja, pedestrian sama sekali tidak nyaman ….. Sebagai ibukora, Jakaarta seharusnya membangun kota yang ramah untuk warganya, siapaun itu, terutama untuk disabilitas dan prioritas. Bukan hanya untuk pencitraan saja, dengan hanya membangun jalur2 protokolnya saja, yang ramah. Semoga, buku ini bisa membukakan mata dan hati kita, terutama pemerintah

86. Aku dan Taxi Online kemanapun,kapanpun & dimanapun

Aku dan Taxi Online  kemanapun,kapanpun & dimanapunSejak akhir tahun 2017, setelah sopirku ditanggil Tuhan karena sakit, padahal beliau sudah ikut denganku sejak tahun 1999, aku tidak ingin mencari sopir pribadiku lagi. Karena kriteriaku banyak. Karena aku cacat, ibuku saat itu sudah renta, jadi butuh sopir yang dekat dengan rumah atau bersedia tinggal di rumah. Itu tidak mudah. Sehingga, aku memutuskan lebih baik mencari taxi online. Sekarang, lebih cepat, lebih murah, dan gampang mencarinya. Jadi sejak Pak Emon sopir pribadiku meninggal, ke mana pun dan kapan pun aku mencari taxi online. Cepat sekali dapatnya dan aku tidak harus berpikir tentang perawatan mobil pribadiku lagi, biar anakku yang berganti-ganti dengan mobilnya sendiri dengan mobilku, juga untuk melewati area “ganjil–genap”. Lalu, mulailah aku “bertualang” dengan taxi online, dan aku merasa aman dan nyaman walau tengah malam sendirian harus pulang setelah selesai pameran-pameranku, aku tetap dijemput taxi online, yang aku tidak kenal. Suka dan dukaku bersama driver taxi online, aku tuliskan di buku ini, semoga menambah wawasan bagi orang-orang yang masih mencari alternatif untuk kendaraan umum, tetapi “tidak terlalu umum”, hi-hi-hi…. Yuk, kita bertualang.

87. Aku Melahirkan Suamiku

Aku Melahirkan Suamikusebuah surat tergeletak di depan meja Nayala ditinggalkan suaminya setelah menghamili dia. Penta meninggalkan surat itu dan bayi mereka Adim. Semua rahasia itu ada surat itu, misteri terungkap jika Nayala membuka surat itu. Tapi Nayala ragu antara membukanya atau tidak.

88. Aku Melihat Neraka Bersarang di Matanya

Aku Melihat Neraka Bersarang di Matanya“Benar kau mencintainya?” interogasi berlanjut pada pertanyaan berikutnya. “Kurasa,” kata itu meluncur begitu saja dari bibirku meski sebelumnya telah kuputuskan untuk tak menjawab apa pun. “Jauhi dia!” “Kenapa?” tanyaku memprotes. “Kalau hanya karena laki-laki itu membawaku pergi diam-diam lalu mengantarku pulang terlalu malam, rasanya hukuman itu terlalu mengada-ada. Lebih-lebih Ibu belum mengenal laki-lakiku kecuali dari kaca jendela,” timpalku, meminta penjelasan. “Aku melihat neraka bersarang di matanya!” katanya bagai roket. Cepat dan membuatku terenyak. “Ha? Hahaha,” tawaku terbelah-belah teriris pisau yang menggelitik. Antara geli, lucu, dan bingung. “Neraka yang bersarang di matanya akan menjebakmu sedemikian rupa, berhati-hatilah karenanya,” pungkas Ibu seraya berlalu meninggalkanku. Aku bergeming dalam ketermenunganku, dalam remang yang seolah telah mengurungku dalam pekatnya. *** Kutipan di atas diambil dari salah satu cerpen yang menjadi judul buku ini. Dengan bahasa yang lugas dan sederhana, cerita-ceritanya meluncur dengan indah dan bermakna. Kisah-kisah di sekitar kita yang dikemas dengan apik menyuguhkan nilai-nilai lain dari kehidupan manusia. (Mash, Penikmat Sastra)

89. Aku Naga Anak Samudra

Aku Naga Anak Samudracatatan harian anak-anak Sumbawa, petualang sejati....sayang untuk dilewatkan!

90. Aku Pecandumu

Aku PecandumuSatu hal yang kamu perlu lakukan adalah membalikkan kertas ini ke lembar selanjutnya. Itu saja. Buku ini akan membawa kamu untuk terus membalikkan lembar demi lembar, hingga kamu semua menyadari bahwa di balik lembar selanjutnya itu sudah sampul buku ini sendiri. Sama seperti hidup ini, kita terus membalikkan lembar hari-hari kita, hingga tanpa sadar kita sudah mencapai lembar akhir dan menemukan sampul hidup itu sendiri. Harus kembali ke awal, kembali seperti semula.

Leutika Leutika