slogan leutika prio

Katalog Buku

901. Lukisan Jiwa Manusia

Lukisan Jiwa ManusiaPuisi adalah tulisan yang terukir indah serapan perasaan. Dengan yakin kita dapat menuangkan isi perasaan kita pada goresan tinta. Dengan puisi kita dapat bebas menuangkan buah pikir kita, perasaan resah, gundah, maupun senang yang menyelimuti diri. Puisi, serapan perasaan yang mengantarkan khayali ‘tuk indah dibaca dan dilantunkan. Dalam menulis puisi dibutuhkan imajinasi. Imajinasi yang melekat pada diri setiap insan pastilah berbeda. Itulah yang membuat puisi satu dengan yang lainnya tak sama

902. LUKISAN SANG BAPA

LUKISAN SANG BAPATidak semua keinginan dapat kita raih Terkadang apa yang kita kumpulkan dengan susah payah harus kita relakan berhamburan di tanah Namun, pemenang sejati adalah dia yang mampu mensyukuri apapun yang terjadi Terkadang kita menuduh DIA bisu, karena DIA tak segra menjawab Terkadang kita menuduh DIA tuli, karena DIA sepertinya tak mendengar Terkadang kita menuduh DIA jahat, ketika DIA mengambil yang baik padahal sesungguhnya DIA sedang menggantinya dengan yang terbaik Masalahnya hanyalah masalah waktu, seandainya kita mau sedikit bersabar kita kan melihat waktu-NYA pastilah yang terindah DIA tak meminta apapun dari kita, DIA hanya meminta kita mempercayai-NYA dengan sepenuh hati Dengarkan apa yang di katakan-NYA : “ Oleh karena engkau berharga di mata-KU dan mulia dan AKU ini mengasihi engkau “ (YESAYA 43:4a) “Lihat, AKU telah melukiskan engkau di telapak tangan-KU” (YESAYA 49:16a) Kau dan aku terlukis di telapak tangan Sang BAPA.

903. MagaHaya: Catatan Gigital DokterGigiGaul

MagaHaya: Catatan Gigital DokterGigiGaulMenjadi pemenang dalam Event LeutikaPrio “BookYourBlog” menyebabkan tidak ada alasan untuk mundur dalam menyebarkan ilmu seputar Kedokteran Gigi dan Mulut yang diharapkan berguna bagi siapa pun.

904. Magnet Baitullah [Tiga Syarat Utama Memakmurkan Masjid]

Magnet Baitullah [Tiga Syarat Utama Memakmurkan Masjid]Sesungguhnya muara dari menulis adalah buku, karena buku bersifat abadi dan menjadi alibi tak terbantahkan atas kehadiran seorang anak manusa di muka bumi ini. Buku Magnet Baitullah merupakan karya ke-8 setelah vakum selama dua tahun tidak menerbitkan buku. Buku pertama Bukan Orang Terkenal dan buku ke-3 Celoteh Kompasianer Tede dicetak dan diterbitkan oleh Leutikaprio. Magnet Baitullah (Tiga Syarat Utama Memakmurkan Masjid) merupakan rangkaian reportase kegiatan Masjid Jami An Nur sejak 2010.

905. Mah, Inikah Tuhan? (Tuhan dalam Pengenalan dan Pengajaran Anak-anak)

Mah, Inikah Tuhan? (Tuhan dalam Pengenalan dan Pengajaran Anak-anak)Banyak orang beranggapan proses terbentuknya konsep Tuhan pada anak terjadi karena adanya "pengalihan" gagasan dari orang dewasa kepada anak. Padahal, tidak semudah itu, konsep Tuhan adalah konsep dengan "kerumitan" yang tinggi yang bisa dipastikan untuk membentuknya butuh proses yang kompleks. Dalam buku ini, Anda akan diajak untuk memahami bagaimana konsep Tuhan pada seorang anak terbentuk beserta dinamika terbentuknya. Buku yang merupakan hasil olahan penelitian untuk mendapatkan gelar sarja

906. Mahasiswa Setengah Blogger

Mahasiswa Setengah BloggerBlog sebagai media publikasi sangat erat dengan mahasiswa. Ilmu-ilmu yang didapat di kampus dapat dirangkum dan ditulis sebagai perpustakaan online, membagi ilmu pengetahuan, dan passive income. Tidak hanya itu saja, dengan memiliki blog juga meningkatkan personal branding blogger di internet. Namun, di satu sisi, seringkali blog-blog dengan materi yang bagus disajikan dalam bentuk format penulisan yang berantakan, tampilan blog yang acak-acakan, serta manajemen blog yang tidak dikelola dengan

907. Mahir CorelDRAW Dalam 4 Hari

Mahir CorelDRAW Dalam 4 HariBuku ini diperuntukkan bagi yang benar-benar baru belajar CorelDRAW (pemula) supaya bisa belajar sendiri dan bisa menguasainya dengan cepat. Oleh karena itu tiap materi sudah dibagi dalam 4 hari.

908. Maisuta

MaisutaSeorang gadis manis bernama Tasya, hidup dengan penuh penderitaan. Tiap hari ia harus merasakan penderitaan yang bertubi-tubi. Sebelum akhirnya ia bertemu dengan seorang lelaki, yang selalu ada untuknya dan membantunya. Kisah hidupnya semakin rumit ketika semua orang yang ia sayangi pergi meninggalkannya. Namun ia tak pernah menyerah, ia selalu berusaha, dan ia melewati hari-harinya dengan senyuman.

909. Make a Wish

Make a WishDi ujung jalan, Inu selalu menunggu Ita seperti biasa setiap pukul 17.30 sore. Sambil berjalan menuju ke sebuah pohon besar mereka kerap bergurau bersama. Tanpa mereka sadari, ada mobil melaju di seberang jalan. Seorang anak laki-laki memperhatikan keceriaan Ita dan Inu yang tertawa riang di bawah pohon besar yang sangat rindang. Nama anak tersebut adalah Indra Petualangan tiga anak yang bersahabat sejak kecil dan memiliki cita-cita yang digantungkan di atas pohon senja milik mereka. Hingga akhirnya memiliki sebuah ritual mengasyikkan. Hmmm… ritual apa saja yang dilakukan oleh Ita, Inu, dan Indra dari atas pohon senja itu? Dan, harta karun apa yang membuat ketiganya bersemangat mengejar impian? “…Novel ini mempunyai banyak pesan yang mendalam, tidak takut untuk bercita-cita setinggi-tingginya, tidak mudah berputus asa dan menjaga persahabatan…” (Silvani Habibah, Blogger dan Penulis Antologi Love Journey: Ada Cinta di Tiap Perjalanan) “Make a Wish itu buat kita tahu ketika bermimpi itu menjadi hak siapa saja, tak memandang apapun dan siapapun.” (Meryl Dwi Susanti, Pendidik Anak Usia Dini) “…Membaca karya Make a Wish ini, juga menyadari ingatan untuk senantiasa mensyukuri setiap ritme kebersamaan” (Syafbrani, Penulis dan Penikmat Dunia Literasi)

910. Mala Nazadon

Mala NazadonPernah, tebersit di dalam hati untuk merengkuh senja jingga yang berkilau diiringi pertalian awan putih; mengundang untuk melukis seraut wajah yang pernah dicintai dalam diam. Juga, pernah memendam suatu asa untuk bisa memeluk rembulan purnama bila kesepian merajam jiwa. “Indah dan syahdu. Bahkan, resonansi yang dicipta oleh kisah cinta dalam buku ini masih akan terus membuaimu dari hari ke hari. Sebuah buku dengan kisah-kisah yang everlasting dalam ingatanmu.” (Sahid Salahudin, Penggila Sastra

Leutika Leutika