Katalog Buku
981. Mendendam
Akhirnya, hari yang dinanti-nati pun tiba. Hari yang akan meluruhkan setumpuk kegelisahan yang sudah hampir setahun menyelimutinya. Setelah melewati belasan kali persidangan, hari ini majelis hakim akan membacakan putusan perkara perdata yang dikuasakan salah satu pihak yang berperkara, kepadanya. Kliennya; yang memberinya kuasa, hari ini terus menatapnya dengan antusias. Tak sedikit pun ia melihat ketegangan atau cemas dari sorot matanya. Tak seperti orang-orang lain yang pernah ia bantu. Mungkin sang klien sudah sangat yakin dengan kemampuannya, atau mungkin pula, sangat yakin pada Dewi Keadilan yang akan berpihak pada mereka. Tapi, sesekali ia bisa memastikan sesuatu yang lain dari tatapan kliennya itu. Terpancar sebuah kebohongan. Ketika ia berusaha mencari tahu kebenaran lewat tatapan yang didapatnya, ia justru menemukan dirinya, tersesat.982. Mendidik Calon Pemimpin Bangsa (Sebagai Referensi bagi Guru dan Mahasiswa PAI)
Seorang guru berpengaruh selamanya, dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir. (Henry Adams) Banyak di antara kita yang mungkin belum menyadari, betapa berat dan mulia tugas kita. Sehingga terkadang kita mengajar anak didik kita tanpa persiapan dan apa adanya. Padahal, bisa jadi di antara mereka (yang mungkin sekarang dalam kondisi dekil dan kotor) suatu saat nanti menjadi pemimpin bangsa, yang akan mewarnai dan berpengaruh di negeri kita tercinta ini. Sebagai gurunya calon pemimpin bangs983. Menebar Serpih Asa: Catatan Harian Guru Ladang Sawit Sabah-Malaysia
Hari-hari begitu cepat berlalu. Datang dan pergi silih berganti, membekaskan memori dan menajamkan kenangan. Terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Segala peristiwa dan serpih-serpih kisah selama bertugas di CLC Terusan 2 meminta haknya agar tetap terjaga dalam arus sejarah. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Memulai dengan menulis hal-hal yang kita alami adalah langkah ya984. Menembus Batas
Buku Menembus Batas bercerita tentang suka duka para Sarjana Pendidikan Makassar dalam melaksanakan profesinya sebagai guru kontrak setahun di Papua. Terlau banyak sisi kreativitas dan humanisme yang dibahas dalam buku ini. Oleh karena itu besar harapan buku ini bisa memberikan sedikit sudut pandang kebijaksanaan dalam mendidik di daerah terdepan, terluar, dan terpencil.985. Menengok Jendela Dunia
Menengok Jendela Dunia berisi catatan perjalanan 13 karyawan Pupuk Kaltim yang telah bepergian di lima benua. Tulisan-tulisan tersebut mewakili perjalanan dinas, tugas belajar, rekreasi di sela dinas para karyawan, mereka masih sempat menengok dan menikmati indahnya dunia di sekitar penugasannya. Sebagian menggambarkan bagaimana perasaan seorang karyawan yang melihat dunia lain dan dapat menjejakkan kaki ke tanah kehidupan bangsa lain. Ada yang begitu detail menggambarkan suasana. Ada satu dua refrensi yang dikutip. Juga obrolan sepintas dengan masyarakat lokal. Semua bisa memperkaya bahan cerita. Para penulis dari berbagai generasi mengurai dan bercerita tentang pengalaman mereka dalam buku ini. Peristiwanya juga berbeda waktunya. Tentunya juga berbeda sudut pandangnya. Para penulis tersebut adalah : Prabowo, Mudjib Utomo, Wagiyo, Praharso, Wien Hartono, Ezrinal Azis, Supriyoto, Manik Priandani, Hanggara Patrianta, Sunaryo Broto, Muhammad Burmansyah, Mustanginah dan Awaliyah Noor Baroroh. Gaya penulisan bebas, sesuai gaya dan kebiasaan masing-masing makanya terkesan tulisan ini seperti gado-gado. Tak apa. Gado-gado kan enak juga he..he.. Tulisan berawal dari tempat terdekat yaitu Malaysia dan Singapura. Lalu merembet ke Laos, Vietnam, dan Kamboja. Menyeberang ke Nepal dan Thailand. Lalu ke negeri ras kuning, Jepang, Korea Selatan, Taipeh dan China. Menyeberang ke negeri Saudi Arabia, Bahrain dan Yordania. Benua terdekat Australia, terutama Sydney dan Pert. Menikmati negeri-negeri beriklim dingin Eropa. Di beberapa negara Paris, Itali, Skandinavia sampai negeri Dewa-Dewi,986. Meneropong Industri Media Massa
Buku Meneropong Industri Media Massa ditulis oleh para mahasiswa Pascasarjana Sosiologi UMM yang memilih konsentrasi Sosiologi Komunikasi. Para penulis terdiri dari praktisi pers, dosen, humas, dan pemerhati media. Isi buku memaparkan fakta-fakta institusi media massa yang dijalankan secara bisnis sehingga seringkali meninggalkan fungsi media massa sebagai pilar ke empat dalam sistim kenegaraan. Sebagai institusi bisnis, kekuatan konsentrasi media terbukti lebih memihak kepentingan bisnis sang pemilik, dunia usaha, dan kekuatan-kekuatan sosial yang dominan. Konsentrasi kekuatan tersebut mempengaruhi kecenderungan manajemen (pengelolaan) media, isi media, dan agenda media.987. Meneropong Jakarta dari Hati Nurani
Hidup di Jakarta itu memang tidak gampang. Bukan hanya karena Jakarta adalah ibu kota negara dan penuh sesak dengan warga masyarakat serta perpaduan budaya lokal dan internasional—karena Jakarta sudah berada dalam ‘kota dunia’ saja—, tetapi karena Jakarta sekarang lebih menonjolkan pembangunannya secara fisik, meskipun belum melihat kenyamanan apalagi kemanannya. Sebagai arsitek dan urban planner, saya sangat terobsesi untuk memperbaiki Kota Jakarta sebagai tempat tinggal yang nyaman. Saya buk988. Mengabadikan Kita : Tentang Perjalanan Senja
Aku namai ini rindu sebuah debaran dada sebelah kiriku dan baris puisiku yang tak mampu aku tuliskan hingga entah. Aku masih menunggu di sini, Nona. Di tepian telaga ketika senja merayap diam dalam rintik matamu. Aku rindu. Jika kamu adalah pagi, aku akan selalu merindukanmu seperti nyanyi puisi yang mencintai sajaknya Suatu kejutan yang tak terkira bisa memenangkan sebuah event yang luar biasa ini. Sebelumnya saya hanya coba-coba buat ikut event BYT ini untuk mencari pengalama989. Mengajakmu Bermain Layang-Layang
Mengajakmu Bermain Layang-layang “… membuat saya teringat banyak hal dan pada akhirnya kembali merenungkan “hakikat” jalan.990. Mengalir Bukan Air: Percikan Spirit Hidup
Membaca buku ini, kita mendapati goresan-goresan pena yang mungkin biasa-biasa saja. Di balik itu, ada semacam refleksi untuk memaknai dan menjalani hidup.Sebelumnnya [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22] [23] [24] [25] [26] [27] [28] [29] [30] [31] [32] [33] [34] [35] [36] [37] [38] [39] [40] [41] [42] [43] [44] [45] [46] [47] [48] [49] [50] [51] [52] [53] [54] [55] [56] [57] [58] [59] [60] [61] [62] [63] [64] [65] [66] [67] [68] [69] [70] [71] [72] [73] [74] [75] [76] [77] [78] [79] [80] [81] [82] [83] [84] [85] [86] [87] [88] [89] [90] [91] [92] [93] [94] [95] [96] [97] [98] [99] [100] [101] [102] [103] [104] [105] [106] [107] [108] [109] [110] [111] [112] [113] [114] [115] [116] [117] [118] [119] [120] [121] [122] [123] [124] [125] [126] [127] [128] [129] [130] [131] [132] [133] [134] [135] [136] [137] [138] [139] [140] [141] [142] [143] [144] [145] [146] [147] [148] [149] [150] [151] [152] [153] [154] [155] [156] [157] [158] [159] [160] [161] [162] [163] [164] [165] [166] [167] [168] [169] [170] [171] [172] [173] [174] [175] [176] [177] [178] [179] [180] [181] [182] [183] [184] [185] [186] Selanjutnya