Move On dari Penolakan!
Posted: 30-04-2013 14:33Sender: admin
Yuhuuu… mimin kembali lagi untuk memberimu motivasi cinta
menulis. Kalau beberapa waktu lalu mimin memberikan tips Menerbitkan Murah Ala Pelajar, kali ini mimin akan
memberimu motivasi untuk terus menulis. Asyeeek. Sebenarnya hal ini sudah pernah mimin kultweetkan di Twitter @leutikaprio,
tapi mungkin banyak yang belum menyimak, jadi mimin buatkan artikel singkatnya.
Tiap manusia di dunia ini pasti akan/sudah mengalami penolakan. Iya kan? Entah itu ditolak sekolah yang diinginkan, ditolak perusahaan untuk sebuah lowongan pekerjaan, ditolak gebetan untuk jadi pacar, bahkan ditolak penerbit untuk naskah yang telah dikirimkan. Dan entah kenapa, yang namanya penolakan itu selalu menyakitkan. Mau diucapkan dengan bahasa halus, ditulis dalam surat yang mendayu-dayu, ataupun email dengan bahasa formal, tetap saja yang namanya penolakan itu #Jleb banget. Bikin patah hati nggak mau makan tiga hari, lauk ikan rasa tempe, dan lauk tempe rasa ikan. -___- (sudah min, cukup ngelanturnya. #plak)
Buat kalian yang sering mengirim naskah ke penerbit atau majalah pasti pernah atau bahkan sering mengalami yang namanya penolakan. Bagi beberapa penulis, penolakan ini menjadi momok tersendiri, beberapa ada yang kemudian justru mengalami writer block, macet menulis setelah naskahnya ditolak. Menurut Ayyashiyahya dalam opininya berjudul “Everything Depends on Us (Writer)”: penolakan naskah bagi penulis pemula itu bagai pisau tajam yang menusuk dan mematikan, meskipun di sisi lain adalah sebuah cambuk penyemangat. Selain Ayyashiyahya, masih banyak lagi penulis yang curhat ke mimin melalui Twitter @leutikaprio, kalau penolakan sempat membuat hati mereka tersayat-sayat dan jadi malas menulis.
Writers, jangan menyerah hanya karena satu penolakan! (bayangkan mimin sebagai Pak Mario Teguh) Ditolak penerbit konvensional jangan langsung down, terus nggak mau menulis. Bahaya kalau ditolak penerbit kemudian putus asa dan berhenti menulis. That’s not good. Anggap saja penolakan itu sebagai alarm buatmu untuk memperbaiki diri. Mengirimkan naskah itu ibarat mengirimkan proposal cinta ke gebetan. Apakah ditolak gebetan membuatmu berpikir kalau kamu itu buruk? Nggak juga. Bisa jadi kamu memang belum menemukan seseorang yang bisa menerimamu apa adanya. Oke, mungkin memang ada sifat atau tingkah laku yang tidak disukai oleh gebetan, tapi itu tidak lantas menjadi alasan kamu tak pantas untuk dicintai. Begitu ibaratnya. Bisa jadi tulisanmu sudah bagus, hanya saja ada beberapa hal teknis yang terlewat, jadi naskah belum bisa diterbitkan.
Sebagai orang yang bijak, kita memang harus belajar dari semua hal. Memperbaiki diri merupakan salah satu langkah yang baik untuk menghindari penolakan, termasuk penolakan dari penerbit. Ditolak oleh penerbit bukan berarti tulisanmu jelek. Itu tetaplah hasil karyamu, harus tetap kamu hargai sebagai buah karya terbaik. Mimin pernah membahas perihal penolakan naskah di Twitter. Jika penasaran kenapa naskah bisa ditolak oleh penebrit, bisa kamu cek di favorite Twitter @leutikaprio. Lain kali akan mimin buatkan artikelnya.
Kalau kamu memang benar-benar takut terhadap penolakan penerbit, boleh deh bilang ke diri sendiri, “Nggak papa, masih bisa diterbitkan di LeutikaPrio yang menerima naskahku apa adanya.” Ibarat gebetan, LeutikaPrio selalu menerima naskahmu apa adanya #Eaaa. LeutikaPrio selalu menerima naskahmu dengan penuh cinta, tanpa penolakan. Karena semua naskah bisa diterbitkan di LeutikaPrio. Buat yang belum tahu paket penerbitan LeutikaPrio, bisa buka di Paket Penerbitan.
Menerbitkan buku di LeutikaPrio pun harus tetap banyak belajar. Intinya, jangan mudah puas. Boleh kok kalau mau menganggap LeutikaPrio ini batu loncatan sebelum ke penerbit mayor. Toh, memang banyak penulis yang seperti itu. Penulis yang awalnya menerbitkan di LeutikaPrio dan pada akhirnya bertemu dengan penerbit mayor, ya akhirnya mereka sukses menerbitkan buku di penerbit mayor. Mimin dan teman-teman LeutikaPrio yang lain ikut bangga jika ada penulis LeutikaPrio yang akhirnya menerbitkan buku di penerbit konvensional.
Siapa saja mereka? Duh, banyak banget. Mari kita cek satu-satu, semoga semuanya tertulis di sini:
a. Sisca Viasari
b. Robin Wijaya
d. Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
j. Onet Adithia Rizlan
(Kalau ada penulis LeutikaPrio yang sudah menerbitkan buku di penerbit mayor, tapi belum tertulis di sini kalian bisa memberitahu rekadsi LeutikaPrio ke redaksi@leutikaprio.com)
Yang jelas, penulis-penulis tersebut merupakan penulis yang nggak pernah berhenti menulis, meski naskahnya pernah ditolak penerbit konvensional. Sekarang, tinggal dirimu sendiri, apakah mau berhenti atau tetap menulis, meskipun banyak yang bilang kamu tidak bisa menulis dan penerbit menolak naskahmu. Pilihan ada di tanganmu. Kalau mulai patah hati karena penolakan, ingat-ingat lagi tujuan awalmu: penolakan itu bukan akhir dari segalanya. Selama masih bisa menghirup udara segar, artinya kamu masih diberi kesempatan untuk mencoba lagi. Tapi, kalau memang sudah tidak sabar menunggu bukumu dijual di TB Gramedia, kamu bisa kok memanfaatkan Paket Distribusi Nasional dari LeutikaPrio, mumpung ada diskon 25% sampai 15 Mei 2013.
Ingat, jangan mudah menyerah, jangan berhenti belajar, dan jangan mudah puas. Keep writing ya! ^^
Yang menyayangimu,
Admin kece @leutikaprio